Indonesia Daruirat Air Bersih.
Indonesia, seumpama Tikus mati di lumbung padi. Meski negeri ini dikelilingi oleh laut, namun negara (pemerintah pusat/daerah) matikutu, mati akal, mati kemauan baiknya untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi rakyatnya. Tahun ke tahun, kemarau demi kemarau, bila musim kering tiba, keluhan masyarakat selalu sama: KESULITAN MENDAPATKAN AIR BERSIH.
Padahal banyak cara untuk mengantisipasi keadaan seperti ini. Dengan memodifikasi cuaca (membuat hujan buatan) atau mendirikan/membuat/membeli mesin pengubah air laut menjadi air tawar.
Mesin atau tehnologi mengubah air laut menjadi air tawar sesungguhnya bukan hal baru. Kapal-kapal Pesiar atau kapal-kapal besar sudah menerapkan tehnologi seperti ini. Bila hingga kini tak juga diusahakan atau digunakan, karena mahalkah tehnologi yang dimaksud?
Tak mahal jika dibandingkan dengan harga: pesawat kepresidenan, mobil mewah untuk menteri/pejabat tinggi atau kebocoran keuangan negara karena korupsi/sistem penyaluran anggaran yang tanpa pengawasan secara seksama.
Tak mahal! Bahkan, meski masih dalam proses pengajuan hak patent, Heru Susanto dan I Nyoman Widiarsa dari Undip Semarang berhasil menciptakan mesin pengubah air laut menjadi air tawar dengan sistem Ultra Filtrasi (UF) dan Reverse Osmosis (OS).
Untuk urusan pemenuhan kebutuhan rakyat, selama masih ada sesuatu hal yang mungkin untuk dibuat/dibeli, maka tak ada alasan untuk mengatakan MAHAL! Yang diperlukan adalah, kepekaan atau kemauan baik untuk melayani kebutuhan/hajat hidup masyrakat banyak sehingga hak-hak yang sudah diatur dalam UUD 45 itu terpenuhi.
Meski negeri ini dikelilingi oleh laut, namun hanya untuk memenuhi air bersih/tawar saja masyarakat harus berjuang keras dengan berjalan berkilo-kilo meter. Negara seperti kehilangan akal atau kemauan keras untuk mengusahakan dengan membuat/membeli mesin pengubah air laut menjadi air tawar.
Negeri impian, negeri titisan dewa laksana hamparan mutu manikam, negeri bagaikan surga dengan zamrut katulistiwanya, negeri gemah ripah loh jinawi, namun seumpama TIKUS MATI DILUMBUNG PADI.
- Materi pendukung tulisan ini dikutip dari berbagai sumber di Internet.
- Selamat malam Indonesia!
Sumber : http://ift.tt/1rzF25y
Padahal banyak cara untuk mengantisipasi keadaan seperti ini. Dengan memodifikasi cuaca (membuat hujan buatan) atau mendirikan/membuat/membeli mesin pengubah air laut menjadi air tawar.
Mesin atau tehnologi mengubah air laut menjadi air tawar sesungguhnya bukan hal baru. Kapal-kapal Pesiar atau kapal-kapal besar sudah menerapkan tehnologi seperti ini. Bila hingga kini tak juga diusahakan atau digunakan, karena mahalkah tehnologi yang dimaksud?
Tak mahal jika dibandingkan dengan harga: pesawat kepresidenan, mobil mewah untuk menteri/pejabat tinggi atau kebocoran keuangan negara karena korupsi/sistem penyaluran anggaran yang tanpa pengawasan secara seksama.
Tak mahal! Bahkan, meski masih dalam proses pengajuan hak patent, Heru Susanto dan I Nyoman Widiarsa dari Undip Semarang berhasil menciptakan mesin pengubah air laut menjadi air tawar dengan sistem Ultra Filtrasi (UF) dan Reverse Osmosis (OS).
Untuk urusan pemenuhan kebutuhan rakyat, selama masih ada sesuatu hal yang mungkin untuk dibuat/dibeli, maka tak ada alasan untuk mengatakan MAHAL! Yang diperlukan adalah, kepekaan atau kemauan baik untuk melayani kebutuhan/hajat hidup masyrakat banyak sehingga hak-hak yang sudah diatur dalam UUD 45 itu terpenuhi.
Meski negeri ini dikelilingi oleh laut, namun hanya untuk memenuhi air bersih/tawar saja masyarakat harus berjuang keras dengan berjalan berkilo-kilo meter. Negara seperti kehilangan akal atau kemauan keras untuk mengusahakan dengan membuat/membeli mesin pengubah air laut menjadi air tawar.
Negeri impian, negeri titisan dewa laksana hamparan mutu manikam, negeri bagaikan surga dengan zamrut katulistiwanya, negeri gemah ripah loh jinawi, namun seumpama TIKUS MATI DILUMBUNG PADI.
- Materi pendukung tulisan ini dikutip dari berbagai sumber di Internet.
- Selamat malam Indonesia!
Sumber : http://ift.tt/1rzF25y