Even A Monkey Bisa Jadi Menteri Keuangan
Mandat utama pengelolaan keuangan negara yang dilimpahkan ke Kementerian Keuangan ada dua. Pertama, mengelola isu-isu mikro efisiensi keuangan negara. Kedua, mengelola isu-isu makro efsiensi keuangan negara.
Isu-isu makro efisiensi mencakup defisit anggaran, inflasi, dan berbagai estimasi besaran makro fiskal. Estimasi-estimasi tersebut mencakup penerimaan dan pengeluaran negara, harga minyak, kurs, dan suku bunga. Untuk mengelola isu-isu makro efisiensi tersebut, Kementerian Keuangan sudah memiliki softwares, hardwares, dan, brainwares yang melimpah. Kemenkeu sudah memiliki dan menguasai model-model makroekonomi dan fiskal bertaraf internasional secara sempurna.
Semua orang sudah mengatakan bahwa tugas-tugas tersebut sudah dilaksanakan dengan baik sekali. Bahkan dapat dikatakan sudah auto pilot. Dan, dengan demikian tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa even a monkey dapat jadi Menteri Keuangan, jika tugasnya lebih terfokus pada isu-isu makro efisiensi.
Dengan demikian, tantangan utama Kementerian Keuangan saat ini adalah dalam perspektif mikro efisiensi. Bagaimana meminimalisir pemborosan-pemborosan seperti perjalanan dinas yang tidak perlu, rapat-rapat di hotel yang tidak begitu mendesak, kegiatan seminar, sosialisasi, dan lain-lain yang sejenisnya yang outputnya sangat tidak jelas.
Selain itu, tantangan Kemenkeu dalam rangka mendukung target pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 7 – 8 % adalah, bagaimana membuat rambu-rambu belanja modal yang baik. Misalnya, bagaimana agar uang misalnya Rp10T yang tadinya hanya menghasilkan beberapa km jalan raya saja dapat diefisienkan untuk membangunan ratusan kilometer jalan raya.
Tantangan lain dari Kemenkeu adalah pencapaian target penerimaan pajak seperti yang dijanjikan Jokowi. Misalnya, Menkeu harus berhasil meningkatkan penerimaan pajak dalam tahun 2015 pada tingkat 12.5% PDB, 2016 pada tingkat 13,5% dan seterusnya sehingga dalam tahun 2019 sudah dapat dipastikan mencapai kisaran 17 – 18 % PDB.
Keseluruhan tugas-tugas tersebut sudah tidak dapat lagi dibebankan ke a monkey.
Sumber : http://ift.tt/1ulBzKy
Isu-isu makro efisiensi mencakup defisit anggaran, inflasi, dan berbagai estimasi besaran makro fiskal. Estimasi-estimasi tersebut mencakup penerimaan dan pengeluaran negara, harga minyak, kurs, dan suku bunga. Untuk mengelola isu-isu makro efisiensi tersebut, Kementerian Keuangan sudah memiliki softwares, hardwares, dan, brainwares yang melimpah. Kemenkeu sudah memiliki dan menguasai model-model makroekonomi dan fiskal bertaraf internasional secara sempurna.
Semua orang sudah mengatakan bahwa tugas-tugas tersebut sudah dilaksanakan dengan baik sekali. Bahkan dapat dikatakan sudah auto pilot. Dan, dengan demikian tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa even a monkey dapat jadi Menteri Keuangan, jika tugasnya lebih terfokus pada isu-isu makro efisiensi.
Dengan demikian, tantangan utama Kementerian Keuangan saat ini adalah dalam perspektif mikro efisiensi. Bagaimana meminimalisir pemborosan-pemborosan seperti perjalanan dinas yang tidak perlu, rapat-rapat di hotel yang tidak begitu mendesak, kegiatan seminar, sosialisasi, dan lain-lain yang sejenisnya yang outputnya sangat tidak jelas.
Selain itu, tantangan Kemenkeu dalam rangka mendukung target pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 7 – 8 % adalah, bagaimana membuat rambu-rambu belanja modal yang baik. Misalnya, bagaimana agar uang misalnya Rp10T yang tadinya hanya menghasilkan beberapa km jalan raya saja dapat diefisienkan untuk membangunan ratusan kilometer jalan raya.
Tantangan lain dari Kemenkeu adalah pencapaian target penerimaan pajak seperti yang dijanjikan Jokowi. Misalnya, Menkeu harus berhasil meningkatkan penerimaan pajak dalam tahun 2015 pada tingkat 12.5% PDB, 2016 pada tingkat 13,5% dan seterusnya sehingga dalam tahun 2019 sudah dapat dipastikan mencapai kisaran 17 – 18 % PDB.
Keseluruhan tugas-tugas tersebut sudah tidak dapat lagi dibebankan ke a monkey.
Sumber : http://ift.tt/1ulBzKy