Dan Jokowi pun Tidak Punya Pilihan…
Sore kemarin (2/9) saya menonton siaran berita di KompasTV. Ada yang menarik dalam berita di KompasTV itu, yaitu pernyataan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menyatakan bahwa Partai Demokrat dan Koalisi Merah Putih (pengusung Prabowo-Hatta) menjadi kekuatan penyeimbang pemerintahan Jokowi-Kalla yang terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden pada pilpres 2014 mendatang. Ini adalah lampu kuning bagi pemerintahan Jokowi.
Kekuatan koalisi merah putih di parlemen bukan main-main. Menghadapi kekuatan koalisi merah putih yang cukup besar di parlemen itu kubu Jokowi tidak bisa menggunakan cara-cara lama, seperti beriklan di media massa. Meskipun pada kampanye pemilihan presiden (pilpres) lalu iklan Jokowi di media massa sangat besar. Data dari website www.iklancapres.org, kubu Jokowi menghabiskan Rp61,94 miliar untuk beriklan di media massa (cetak, radio dan televisi) hanya di lima kota besar (Banjarmasin, Makassar, Jakarta, Surabaya dan Medan). Cara-cara konvensional itu tidak boleh dijadikan tulang punggung untuk menghadang koalisi merah putih. Lantas, apa yang bisa dilakukan Jokowi?
Nampaknya Jokowi tidak lagi memiliki banyak pilihan. Pilihan yang tersisa kini hanyalah berkoalisi dengan rakyat. Bagaimana bisa berkoalisi dengan rakyat? Jokowi tidak boleh lagi mengulang kebijakan pemerintah lama yang melukai rasa keadilan rakyat. Apa itu misalnya? Jokowi misalnya, tidak boleh lagi mengulang ketidakadilan pemerintahan yang lama dengan menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) tanpa lebih dulu menaikan pajak untuk mobil pribadi dan membangun infrastruktur transportasi massal. Tentu masih banyak kebijakan pemerintah lama yang melukai rasa keadilan masyarakat, seperti kebijakan soal penanganan kasus Lapindo dan liberalisasi ekonomi yang ugal-ugalan oleh pemerintah sebelumnya.
Kekuatan oposisi koalisi Merah Putih harus menjadi sebuah cambuk bagi Jokowi untuk lebih kreatif mendapatkan hati rakyat. Saatnya bekerja!
Sumber : http://ift.tt/1rjgCRs
Kekuatan koalisi merah putih di parlemen bukan main-main. Menghadapi kekuatan koalisi merah putih yang cukup besar di parlemen itu kubu Jokowi tidak bisa menggunakan cara-cara lama, seperti beriklan di media massa. Meskipun pada kampanye pemilihan presiden (pilpres) lalu iklan Jokowi di media massa sangat besar. Data dari website www.iklancapres.org, kubu Jokowi menghabiskan Rp61,94 miliar untuk beriklan di media massa (cetak, radio dan televisi) hanya di lima kota besar (Banjarmasin, Makassar, Jakarta, Surabaya dan Medan). Cara-cara konvensional itu tidak boleh dijadikan tulang punggung untuk menghadang koalisi merah putih. Lantas, apa yang bisa dilakukan Jokowi?
Nampaknya Jokowi tidak lagi memiliki banyak pilihan. Pilihan yang tersisa kini hanyalah berkoalisi dengan rakyat. Bagaimana bisa berkoalisi dengan rakyat? Jokowi tidak boleh lagi mengulang kebijakan pemerintah lama yang melukai rasa keadilan rakyat. Apa itu misalnya? Jokowi misalnya, tidak boleh lagi mengulang ketidakadilan pemerintahan yang lama dengan menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) tanpa lebih dulu menaikan pajak untuk mobil pribadi dan membangun infrastruktur transportasi massal. Tentu masih banyak kebijakan pemerintah lama yang melukai rasa keadilan masyarakat, seperti kebijakan soal penanganan kasus Lapindo dan liberalisasi ekonomi yang ugal-ugalan oleh pemerintah sebelumnya.
Kekuatan oposisi koalisi Merah Putih harus menjadi sebuah cambuk bagi Jokowi untuk lebih kreatif mendapatkan hati rakyat. Saatnya bekerja!
Sumber : http://ift.tt/1rjgCRs