Andi Arief, Gunung Padang, dan Klinik Intelektual
Andi Arief, staf khusus presiden di bidang bencana itu pekerjaannya tidak hanya membantu kesigapan pemerintah saat ada bencana alam. Saat bencana alam enggan datang, ia aktif dibidang kepurbakalaan supaya tidak dituding publik sebagai staf khusus pengangguran.Pekerjaan itu datang saat gegap gempita berita situs gunung padang diberi imajinasi besar: sisa kebudayaan agung masa silam atau pun peradaban Atlantis yang hilang. Akibatnya, tim arkeologi yang didukung doktor dari dari berbagai ilmu termasuk geologi dan ilmu tidak pasti (klenikisme) ikut terlibat penggalian, menggelar ritual, dan berdialog dedngan nenek moyang dengan gelontoran dana publik (APBN) miliaran atau bahkan triliunan.
Tentu saja, ilmu kepurbakalaan yang didukung klenikisme ini menghasilkan kejutan: klaim-klaim cepat yang tidak rasional. Kemarin ditemukan koin yang diklaim berusia ribuan tahun. Nyatanya koin itu lebih mirip koin Belanda tahun 45-an. Sebelumnya di klaim koin itu dibuat dengan teknik cetakan teknik tinggi yang dilakukan peradaban kuno dan mengklaim kebudayaan kuno Gunung Padang akan mengubah sejarah dunia, atau stidak-tidaknya sejarah Indonesia di masa silam.
Seorang ahli sejarah, arkeolog, biasanya berhati-hati untuk mengklaim temuan tetapi tim peneliti Gunung Padang yang didukung Andi Arief melakukannya dengan serampangan, sembrono, dan mementingkan publikasi cepat yang tidak akurat. Kalau penelitian ilmiah arkeologi sudah dibarengi dengan klenikisme dan jampi-jampi, kemana bangsa ini akan pergi?
Indonesia tidak kekurangan arkeolog mumpuni dengan track record yang sangat baik seperti guru besar di UGM yang telah ikut penggalian manusia kerdil di Flores dan terlibat perdebatan akademis dengan peneliti-peneliti Barat. Tim peneliti Gunung Padang, sebaliknya, tidak mengikuti prosedur keilmuan dan kehati-hatian. Yang dituju sudah bias dengan klaim-klaim besar tentang Indoensian Atlantis dan manusia cerdas setangah dewa dan setengah alien di masa silam yang manjadi nenek moyang bangsa Indonesia.
Mengingat Andi Arief adalah tokoh klinik intelektual yang punya akses kekuasaan, kita harus awasi dana publik (APBN) yang digelontorkan untuk mendukung Tim Peneliti Gunung Padang.
Salam Kompasiana! Salam Demokrasi! Merdeka!
Sumber : http://ift.tt/1r3aVr4
Tentu saja, ilmu kepurbakalaan yang didukung klenikisme ini menghasilkan kejutan: klaim-klaim cepat yang tidak rasional. Kemarin ditemukan koin yang diklaim berusia ribuan tahun. Nyatanya koin itu lebih mirip koin Belanda tahun 45-an. Sebelumnya di klaim koin itu dibuat dengan teknik cetakan teknik tinggi yang dilakukan peradaban kuno dan mengklaim kebudayaan kuno Gunung Padang akan mengubah sejarah dunia, atau stidak-tidaknya sejarah Indonesia di masa silam.
Seorang ahli sejarah, arkeolog, biasanya berhati-hati untuk mengklaim temuan tetapi tim peneliti Gunung Padang yang didukung Andi Arief melakukannya dengan serampangan, sembrono, dan mementingkan publikasi cepat yang tidak akurat. Kalau penelitian ilmiah arkeologi sudah dibarengi dengan klenikisme dan jampi-jampi, kemana bangsa ini akan pergi?
Indonesia tidak kekurangan arkeolog mumpuni dengan track record yang sangat baik seperti guru besar di UGM yang telah ikut penggalian manusia kerdil di Flores dan terlibat perdebatan akademis dengan peneliti-peneliti Barat. Tim peneliti Gunung Padang, sebaliknya, tidak mengikuti prosedur keilmuan dan kehati-hatian. Yang dituju sudah bias dengan klaim-klaim besar tentang Indoensian Atlantis dan manusia cerdas setangah dewa dan setengah alien di masa silam yang manjadi nenek moyang bangsa Indonesia.
Mengingat Andi Arief adalah tokoh klinik intelektual yang punya akses kekuasaan, kita harus awasi dana publik (APBN) yang digelontorkan untuk mendukung Tim Peneliti Gunung Padang.
Salam Kompasiana! Salam Demokrasi! Merdeka!
Sumber : http://ift.tt/1r3aVr4