Akhirnya “Si Anu” Jadi DPR
Sebelum di lantik hari ini (1 Oktober 2014) sebagai anggota DPR periode 2014-2019, Si Anu dari seberang pulau Jawa, dua hari lalu pergi ke Salon Rudi. Wajah, tangan dan kakinya di di-facial. Si Anu juga mandi luluran-wewangian. Rambutnya dikrimbat. Satu bulan sebelumnya, si Anu sudah menjahit sepasang jas di lantai 3 Grand Indonesia-Jakarta. Harga jasnya belasan atau puluhan juta. Dua hari lalu, si Anu juga nginap di Hotel mewah Borobudur, mengikuti pembekalan anggota baru DPR.
Pagi hari 01 Akotober 2014, sebelum ke Senayan, pagi buta ia nagkring bolak-balik depan kaca lemari, yang baru dibelinya dari mebel terkenal di kawasan Blok M-Jakarta Selatan. Tepat jam 7 pagi sopir dan mobil baru Toyota Fortuner (kreditan) sudah nangkring depan halaman rumah. Si Anu sudah mengundang keluarganya, selepas pelantikan, acara makan-makan berlangsung di Senayan City-Jakarta.
Pagi pukul 09.30, dari balik kaca pintu DPR, langka kakinya gontai berwibawa masuk pintu lobby DPR. Derap kakinya mulai rapi terhitung. Sesekali jempolnya membasuh jas kinclong, sambil merapikan dasi yang melilit di leher. Ia dibuntuti pengawal dan calon sekretaris pribadi bohai.
Ia terengah sedikit sesak nafas. Si Anu yang biasanya tak pake jas terpaksa memakai. Di balik kaca pintu lobby, wajahnya cerah dipandu kopiah hitam. Kilauan Pin DPR gagah menempel sebelah dadanya. Diameter senyum di bibirnya bertambah lebar. Meski engahan nafas terus ditahannya.
Ia merdeka dan tak memikirkan apapun, selain “senyum kepastian yang terus bertengger di ujung bibirnya.” Ia tak peduli, di luar sana atau di dapil, hujatan membuncah, kenapa DPR di pilih DPRD. Ia tak urus kenapa ketua DPR bukan dari partai pemenang pemilu 2014.
Ia cuma tahu segala tumpukan kemewahan di depannya kelak. Gaji Rp. 16 juta, uang reses Rp. 180-an juta dan fasilitas rumah nyaman yang sudah menanti. Belum lagi kalau kelak ia duduk di Badan anggaran, atau alat kelengkapan DPR “yang basah.” Tentu di depan wajahnya selalu dibayang-bayang “sesuatu itu.”
Si Anu mendulang nasib baik, setelah satu atau dua tahun menyiram harapan di daerah pemilihan sebelum pileg. Ia mengumbar janji di provinsi yang selalu dibilangnya miskin. Meski ia tak tahu berapa presentasi kemiskinan di dapilnya. Meski ia tak paham sudut pandang kemiskinan seperti apa di sana.
Si Anu menambah “pelengkap penderita” di gedung berlantai 23 itu. Si Anu memperlengkap “kerumunan” di rumah rakyat itu. Apalagi bila kelak, si Anu tak tahu apa yang akan diperjuangkannya di DPR.
Jauh sebelumnya, si Anu pernah diingatkan rekannya yang lebih dulu menjabat DPR, kalau di rumah rakyat itu, pekerjaan kita “cuma omong. Termasuk omong kosong.” Sayangnya si Anu tak pandai omong. Ia cuma bisa senyum. Kelak si anu hanya bisa tersenyum-senyum di DPR mendengar keputusan pimpinan komisi atau DPR. Meski keputusan itu merugikan rakyatnya.
Si Anu juga diingatkan, tentang ihwal dua macam tipe orang stres di DPR. Orang stres tipe pertama; ia stres karena tak bisa omong apa-apa di DPR. Dan orang stres kedua; sudah omong tapi ditertawai rekan-rekan sesama anggota DPR, karena pilihan katanya tak karuan, tak jelas mana subyek, predikat, Obyek dan keterangan (SPOK). Belum lagi substansi omongannya yang bias—cak aduL. Orang stres kedua ini asal omong, meski akhirnya stres sendiri karena jadi bahan olokan dan bulan-bulanan. Tapi apa lacur, ekspektasi si Anu sudah di bulan. Sedemikian tingginya. Ia tak peduli. Entah?
Dulu semasa tinggal di Kampung, si Anu pernah datang Jakarta. Sekederan foto-foto di depan air mancur depan gedung bundar DPR. Ketika masuk halaman DPR, si Anu langsung bertanya pada temannya “ini gudang DPR ya?” Teman-temannya tertawa ngakak karena disebutnya “gudang DPR.” Tapi belasan tahunnya setelahnya, si Anu baru tahu kalau “gudang DPR” itu kini telah menampungnya.
DPR memang menyimpan segudang soal. Soal Ideologi perjuangan dan militansi kerakyatan. Entah Sampai lima tahun menjabat, si Anu diantara setumpuk soal pelik itu. Sementara si Anu sendiri adalah soal; soal untuk rakyatnya yang terus bertanya, kenapa si Anu begitu, begitu nekatnya jadi anggota DPR !
Sumber : http://ift.tt/1rsSLQY