Untuk saudaraku, masyarakat Indonesia…
Melihat beberapa penyataan politikus akhir-akhir ini, terlebih dari pernyataan-pertanyaannya yang notabene seorang muslim dan muslimah sangat disayangkan sekali. Nurcahaya, politisi Gerindra yang berpenampilan muslimah menggunakan hijab, sangat tampak baginya seakan-akan ia seorang muslimah yang taat. Begitupun dengan Ali Mochtar Ngabalin, politisi yang dibesarkan dari latar belakang pendidikan Agama yang sangat kuat mulai MTs, MA dan juga mualimin di Makasar, hingga satu almamater dengan saya yang juga dibesarkan oleh IAIN.
Salah satu kalimat yang membuat gempar adalah kutipan wanita bernama Nurcahaya, asal Makassar, Sulawesi Selatan, itu yang mengatakan Prabowo sebagai titisan Allah SWT. “… Bukan cuma jihad nasionalisme, kita tidak hanya mendukung bapak Prabowo tetapi hanya visi besar pak Prabowo sebagai titisan Allah SWT…” ujarnya dengan suara yang berapi-api. dikutip dari tribunnews.com
Ngabalin juga sempat berorasi saat acara halal bihalal itu. Orasi Ngabalin di depan massa simpatisan Prabowo-Hatta itu direkam, kemudian diunggah ke YouTube.. Saat berorasi sekitar 6 menit, Ngabalin mengucapkan terima kasih dan meminta maaf kepada para simpatisan. Ia juga menyinggung gugatan hasil Pilpres 2014 di Mahkamah Konstitusi bahwa bukti yang dimiliki pihaknya sempurna. Ngabalin juga meyakini bahwa Prabowo-Hatta yang akan dilantik sebagai presiden dan wakil presiden pada Oktober mendatang. Namun, publik terganggu dengan pernyataan Ngabalin soal desakan kepada Allah SWT. Awalnya, ia meminta para pendukung untuk terus mendoakan perjuangan tim hukum Prabowo-Hatta. “Kita mendesak Allah SWT berpihak kepada kebenaran, berpihak kepada Prabowo-Hatta. Setuju?” ucap Ngabalin disambut teriakan “setuju” dari para pendukung. (kompas.com)
Mengingatkan saya pada sebuah surat dalam Al-Qur’an al-Hujurat ayat 2, yang artinya:
Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kalian mengangkat suara melebihi suara Sang nabi (SAW) dan jangan kalian berkata kepada sang Nabi (SAW) dengan suara keras sebagaimana kerasnya suara sebagian kalian terhadap sebagian yang lainnya, karena (sesungguhnya Allah) akan menghapus amal kalian, sedang kalian tidak menyadarinya (Al Hujurat ;2)
Dalam ayat tersebut Allah melarang kita untuk berbicara melebih ucapan rasulullah. Dalam hal politik, Islam telah memberi contoh bahwa pada zaman Nabi Muhammad terwujud dalam masyarakat Madinah. Muhammad selama sepuluh tahun di kota hijrah itu telah tampil sebagai penerima berita suci dan seorang pemimpin masyarakat politik. Dalam menjalankan peran sebagai seorang nabi, beliau adalah seorang yang tidak boleh dibantah karena mengemban mandat. Sedangkan dalam menjalankan peran sebagai kepala Negara, beliau melakukan musyawarah – sesuai dengan perintah Tuhan – yang dalam musyawarah itu beliau tidak jarang mengambil pendapat orang lain dan meninggalkan pendapatnya sendiri
Saya disini tidak sedang menghakimi ataupun ikut menyalahkan, Ali Mochtar yang seorang mubaligh dan pimpinan pondok pesantren serta aktif sebagai dosen luar biasa di sebuah institut agama Islam. Disamping itu, ia juga menjabat Ketua DPP Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia (PPMI) serta menjabat direktur eksekutif di sejumlah lembaga nirlaba. Sebagai seorang muslim sudah merupakan kewajiban saya untuk mengingatkan beliau. Bahwa rasulullah sebagai uswatun khasanah (pemberi contoh yang baik) telah memberikan banyak contoh. Kewajiban kita sebagai seorang muslim untuk mengikuti tuntunan beliau, bukan malah mengadu domba.
Dalam surat al-Mutofifin ayat 1 – 4:
Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, sedangkan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka menguranginya, tidakkah orang-orang itu menyangka bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan.
Ayat ini sudah sangat jelas menerangkan pada kita untuk berlaku adil, dalam timbangan baik itu masalah jual beli, maupun membandingkan antara satu orang dengan yang lain, melihat dengan takaran yang obyektif. Jangan sampai kita berat sebelah yang kemudian membuat kita menjadi orang yang dimaksud dalam ayat tersebut.
Semoga Allah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, agar kita tidak menjadi orang yang merugi. Mari kita bangun Indonesia dengan kemampuan dan keahlian kita masing-masing, agar tidak terjadi tumpang tindih.
Salam hangat, dari lereng kelud. Daerah bencana, yang sampai hari belum tahu akan sampai kapan bencana alam ini akan berakhir, atau malah sebaliknya merembet menjadi bencana sosial.
Sumber : http://ift.tt/1uB2P8Q
Salah satu kalimat yang membuat gempar adalah kutipan wanita bernama Nurcahaya, asal Makassar, Sulawesi Selatan, itu yang mengatakan Prabowo sebagai titisan Allah SWT. “… Bukan cuma jihad nasionalisme, kita tidak hanya mendukung bapak Prabowo tetapi hanya visi besar pak Prabowo sebagai titisan Allah SWT…” ujarnya dengan suara yang berapi-api. dikutip dari tribunnews.com
Ngabalin juga sempat berorasi saat acara halal bihalal itu. Orasi Ngabalin di depan massa simpatisan Prabowo-Hatta itu direkam, kemudian diunggah ke YouTube.. Saat berorasi sekitar 6 menit, Ngabalin mengucapkan terima kasih dan meminta maaf kepada para simpatisan. Ia juga menyinggung gugatan hasil Pilpres 2014 di Mahkamah Konstitusi bahwa bukti yang dimiliki pihaknya sempurna. Ngabalin juga meyakini bahwa Prabowo-Hatta yang akan dilantik sebagai presiden dan wakil presiden pada Oktober mendatang. Namun, publik terganggu dengan pernyataan Ngabalin soal desakan kepada Allah SWT. Awalnya, ia meminta para pendukung untuk terus mendoakan perjuangan tim hukum Prabowo-Hatta. “Kita mendesak Allah SWT berpihak kepada kebenaran, berpihak kepada Prabowo-Hatta. Setuju?” ucap Ngabalin disambut teriakan “setuju” dari para pendukung. (kompas.com)
Mengingatkan saya pada sebuah surat dalam Al-Qur’an al-Hujurat ayat 2, yang artinya:
Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kalian mengangkat suara melebihi suara Sang nabi (SAW) dan jangan kalian berkata kepada sang Nabi (SAW) dengan suara keras sebagaimana kerasnya suara sebagian kalian terhadap sebagian yang lainnya, karena (sesungguhnya Allah) akan menghapus amal kalian, sedang kalian tidak menyadarinya (Al Hujurat ;2)
Dalam ayat tersebut Allah melarang kita untuk berbicara melebih ucapan rasulullah. Dalam hal politik, Islam telah memberi contoh bahwa pada zaman Nabi Muhammad terwujud dalam masyarakat Madinah. Muhammad selama sepuluh tahun di kota hijrah itu telah tampil sebagai penerima berita suci dan seorang pemimpin masyarakat politik. Dalam menjalankan peran sebagai seorang nabi, beliau adalah seorang yang tidak boleh dibantah karena mengemban mandat. Sedangkan dalam menjalankan peran sebagai kepala Negara, beliau melakukan musyawarah – sesuai dengan perintah Tuhan – yang dalam musyawarah itu beliau tidak jarang mengambil pendapat orang lain dan meninggalkan pendapatnya sendiri
Saya disini tidak sedang menghakimi ataupun ikut menyalahkan, Ali Mochtar yang seorang mubaligh dan pimpinan pondok pesantren serta aktif sebagai dosen luar biasa di sebuah institut agama Islam. Disamping itu, ia juga menjabat Ketua DPP Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia (PPMI) serta menjabat direktur eksekutif di sejumlah lembaga nirlaba. Sebagai seorang muslim sudah merupakan kewajiban saya untuk mengingatkan beliau. Bahwa rasulullah sebagai uswatun khasanah (pemberi contoh yang baik) telah memberikan banyak contoh. Kewajiban kita sebagai seorang muslim untuk mengikuti tuntunan beliau, bukan malah mengadu domba.
Dalam surat al-Mutofifin ayat 1 – 4:
Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, sedangkan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka menguranginya, tidakkah orang-orang itu menyangka bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan.
Ayat ini sudah sangat jelas menerangkan pada kita untuk berlaku adil, dalam timbangan baik itu masalah jual beli, maupun membandingkan antara satu orang dengan yang lain, melihat dengan takaran yang obyektif. Jangan sampai kita berat sebelah yang kemudian membuat kita menjadi orang yang dimaksud dalam ayat tersebut.
Semoga Allah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, agar kita tidak menjadi orang yang merugi. Mari kita bangun Indonesia dengan kemampuan dan keahlian kita masing-masing, agar tidak terjadi tumpang tindih.
Salam hangat, dari lereng kelud. Daerah bencana, yang sampai hari belum tahu akan sampai kapan bencana alam ini akan berakhir, atau malah sebaliknya merembet menjadi bencana sosial.
Sumber : http://ift.tt/1uB2P8Q