TOLAK SUKU JAWA PNS PEMDA dan TOLAK BUDAYA JAWA
Akhir akhir ini sangat marak berbagai website yang bermuatan SARA dan mengadu domba. Diantaranya adalah website yang anti suku Jawa. Mereka menyoroti berbagai dominasi suku Jawa. Namun demikian menurut saya website itu kurang tepat.
1. Suku Jawa berbeda dengan suku lain. SukuJawa itu tidak punya organisasi suku, tidak ada kepala suku dan hidupnya individual bukan berkelompok. Suku Jawa sebenarnya adalah etnis (ethnic) bukan suku (tribe). Karena jumlahnya banyak dan relatif terpecah tidak bersatu atau heterogen. Suku lain punya organisasi suku, ada kepala suku dan hidupnya berkelompok. Suku Jawa sangat kecil solidaritas antar sesamanya berbeda dengan suku lain yang solidaritas antar sesama sukunya besar sekali. Buktinya bentrokan antar suku di Indonesia didominasi bentrokan suku luar Jawa. Seperti suku Kalimantan (Dayak), suku Madura, suku Bugis, suku Melayu, suku Lampung, suku Tionghoa, suku Batak, suku Minang, suku Betawi, suku Bali, suku NTT, suku Maluku, suku Papua dll. Debat di internet juga lebih ramai antar suku luar Jawa. Karena mereka masih punya ikatan suku yang kuat. Beda dengan suku Jawa yang terpecah antar kota/kabupaten. Suku Jawa lebih suka menyebut dirinya dari kota/kabupaten mereka berasal. Pengelompokkan suku Jawa berdasarkan kota/kabupaten mereka berasal. Seperti orang Tegal, orang Surabaya, orang Solo, orang Malang, orang Semarang, orang Yogyakarta dll.
2. Dominasi suku Jawa di pekerjaan tertentu yaitu PNS pusat dan PNS pemda Jateng-DIY-Jatim adalah karena mereka secara individual melamar sendiri bukan dikerahkan organisasi suku. Dan tes penerimaannya memakai sistem komputer yang tidak melihat sukunya. Mereka diterima memang murni tes. Kalau dulu PNS pusat dan TNI-Polri didominasi orang Jawa karena saat itu yang mau melamar hanya orang Jawa karena gajinya kecil. Sekarang gaji PNS pusat dan TNI-Polri sudah dinaikkan sehingga orang orang luar Jawa berbondong bondong melamar PNS pusat dan TNI-Polri. Demikian pula pegawai BUMN didominasi orang Jawa karena melamar dengan sistem komputer tanpa kaitan dengan suku.
3. Justru orang Jawa terdiskriminasi mereka sangat jarang diterima di PNS pemda luar Jawa dan perusahaan swasta. Karena suku non Jawa punya organisasi kesukuan sehingga kesadaran suku mereka sangat tinggi. Di perusahaan swasta yang direkrut mayoritas berdasarkan suku pemilik perusahaan. Kalau pemiliknya orang Tionghoa yang direkrut pegawai biasanya orang Tionghoa. Kalau pemiliknya orang Sumatera yang direkrut pegawai biasanya orang Sumatera. Demikian pula PNS pemda yang mendominasi adalah suku yang banyak di tempat itu. Misalkan PNS pemda Kalimantan dan pemda Indonesia Timur didominasi penduduk setempat seperti Dayak, Banjar, Bugis, Minahasa, Mandar, Maluku, Bali, NTT, Papua.
4. Yang menarik justru di PNS pemda Sumatera dan PNS pemda Jakarta justru didominasi orang Sumatera dan orang Sunda-Betawi. Padahal orang Jawa terbanyak di Jakarta dan Sumatera. Jumlah orang Jawa di Jakarta mencapai 35% lebih banyak dari Betawi 27%, Sunda 15%, Minang-Melayu 5%, Tionghoa 5%, Batak 4%, Madura 3%, Indonesia Timur 6%. Tapi PNS pemda Jakarta didominasi orang Sumatera, Sunda dan Betawi. Jumlah orang Jawa di Sumatera mencapai 30% lebih besar daripada orang Melayu 15%, Batak 15%, Minang 14%, Aceh 10%, Tionghoa 5%, Lampung 2%, Sunda 2%, Bali 1%, lainnya 6%. Jumlah orang Jawa di Sumatera yang banyak terutama di Sumut (33%), Riau (25%) dan Lampung (60%). Tapi anehnya PNS pemda Sumatera didominasi suku asli Sumatera yaitu Minang, Melayu, Batak, Aceh dan Lampung.
5. DPRD Jakarta dan DPRD Sumatera juga didominasi orang Sumatera. Karena parpol lebih suka ajukan orang Sumatera yang punya organisasi kesukuan. Orang Sumatera di Jakarta dan Sumatera pasti lebih pilih caleg DPRD dari suku mereka sendiri. Sementara orang Jawa justru lebih netral dan belum tentu pilih orang Jawa.
6. Orang luar Jawa juga menyoroti perguruan tinggi terbaik Indonesia yang didominasi orang Jawa. Memang betul menurut Webometrics dari 17 perguruan tinggi terbaik Indonesia ternyata 10 diantaranya didominasi orang Jawa. Ini karena orang Jawa sangat peduli perguruan tingginya. Mereka fanatik alumni perguruan tinggi. Orang Jawa alumnus UI lebih memilih orang Sumatera/Sunda/Kalimantan alumnus UI daripada sesama orang Jawa tetapi alumnus UGM. Itu sebabnya perguruan tinggi mayoritas orang Jawa memang dominan. Orang Jawa juga sangat menyukai teknologi dan sains itu sebabnya orang Jawa mendominasi ilmuwan Indonesia peraih paten.
http://ift.tt/1sGyELD
http://ift.tt/1C5fRAr
7. Orang luar Jawa juga memprotes ketimpangan ekonomi antar Jawa dan luar Jawa. Mereka berargumen karena kekayaan alam luar Jawa disedot ke Jawa. Tapi sebenarnya justru Jawa lah yang mensubsidi luar Jawa. Hanya Riau, Kaltim dan Papua yang berlimpah sumber daya alam. Jawa juga punya migas Cepu yang terbesar di Indonesia. Jawa masih punya pertanian yang hasilnya terbesar di Indonesia dan pajak penghasilan Jawa terbesar di Indonesia dari manufakfur non migas. Jangan lupa cukai rokok Jawa itu terbesar di Indonesia cuma dikembalikan 2% oleh pemerintah. Sisanya untuk luar Jawa. Namun memang ketimpangan ekonomi Jawa dan luar Jawa harus segera diatasi pemerintah.
http://ift.tt/1C5fRAs
Kalau masalah lain seperti budaya Jawa yang mendominasi seperti Batik, Keris, Wayang, Gamelan, Kebaya, Candi, Sastra Jawa dll itu cuma masalah asimilasi dan akulturasi. Tapi memang kurang tepat bila budaya itu dipaksakan ke luar Jawa. Masakan Jawa seperti gudeg, opor ayam, warteg, tongseng, bakso, rawon, sate ayam dan kambing, nasi goreng, soto ayam, rames, nasi tumpeng, martabak, mendoan, tahu petis, tempe, nasi kucing dll juga sangat jarang terdapat di luar Jawa (Sumatera, Kalimantan dan Indonesia Timur) dan isunya diboikot separatis tertentu. Tapi masakan itu tidak dipaksakan sebagai masakan semua orang.
Sumber : http://ift.tt/1sGyELN
1. Suku Jawa berbeda dengan suku lain. SukuJawa itu tidak punya organisasi suku, tidak ada kepala suku dan hidupnya individual bukan berkelompok. Suku Jawa sebenarnya adalah etnis (ethnic) bukan suku (tribe). Karena jumlahnya banyak dan relatif terpecah tidak bersatu atau heterogen. Suku lain punya organisasi suku, ada kepala suku dan hidupnya berkelompok. Suku Jawa sangat kecil solidaritas antar sesamanya berbeda dengan suku lain yang solidaritas antar sesama sukunya besar sekali. Buktinya bentrokan antar suku di Indonesia didominasi bentrokan suku luar Jawa. Seperti suku Kalimantan (Dayak), suku Madura, suku Bugis, suku Melayu, suku Lampung, suku Tionghoa, suku Batak, suku Minang, suku Betawi, suku Bali, suku NTT, suku Maluku, suku Papua dll. Debat di internet juga lebih ramai antar suku luar Jawa. Karena mereka masih punya ikatan suku yang kuat. Beda dengan suku Jawa yang terpecah antar kota/kabupaten. Suku Jawa lebih suka menyebut dirinya dari kota/kabupaten mereka berasal. Pengelompokkan suku Jawa berdasarkan kota/kabupaten mereka berasal. Seperti orang Tegal, orang Surabaya, orang Solo, orang Malang, orang Semarang, orang Yogyakarta dll.
2. Dominasi suku Jawa di pekerjaan tertentu yaitu PNS pusat dan PNS pemda Jateng-DIY-Jatim adalah karena mereka secara individual melamar sendiri bukan dikerahkan organisasi suku. Dan tes penerimaannya memakai sistem komputer yang tidak melihat sukunya. Mereka diterima memang murni tes. Kalau dulu PNS pusat dan TNI-Polri didominasi orang Jawa karena saat itu yang mau melamar hanya orang Jawa karena gajinya kecil. Sekarang gaji PNS pusat dan TNI-Polri sudah dinaikkan sehingga orang orang luar Jawa berbondong bondong melamar PNS pusat dan TNI-Polri. Demikian pula pegawai BUMN didominasi orang Jawa karena melamar dengan sistem komputer tanpa kaitan dengan suku.
3. Justru orang Jawa terdiskriminasi mereka sangat jarang diterima di PNS pemda luar Jawa dan perusahaan swasta. Karena suku non Jawa punya organisasi kesukuan sehingga kesadaran suku mereka sangat tinggi. Di perusahaan swasta yang direkrut mayoritas berdasarkan suku pemilik perusahaan. Kalau pemiliknya orang Tionghoa yang direkrut pegawai biasanya orang Tionghoa. Kalau pemiliknya orang Sumatera yang direkrut pegawai biasanya orang Sumatera. Demikian pula PNS pemda yang mendominasi adalah suku yang banyak di tempat itu. Misalkan PNS pemda Kalimantan dan pemda Indonesia Timur didominasi penduduk setempat seperti Dayak, Banjar, Bugis, Minahasa, Mandar, Maluku, Bali, NTT, Papua.
4. Yang menarik justru di PNS pemda Sumatera dan PNS pemda Jakarta justru didominasi orang Sumatera dan orang Sunda-Betawi. Padahal orang Jawa terbanyak di Jakarta dan Sumatera. Jumlah orang Jawa di Jakarta mencapai 35% lebih banyak dari Betawi 27%, Sunda 15%, Minang-Melayu 5%, Tionghoa 5%, Batak 4%, Madura 3%, Indonesia Timur 6%. Tapi PNS pemda Jakarta didominasi orang Sumatera, Sunda dan Betawi. Jumlah orang Jawa di Sumatera mencapai 30% lebih besar daripada orang Melayu 15%, Batak 15%, Minang 14%, Aceh 10%, Tionghoa 5%, Lampung 2%, Sunda 2%, Bali 1%, lainnya 6%. Jumlah orang Jawa di Sumatera yang banyak terutama di Sumut (33%), Riau (25%) dan Lampung (60%). Tapi anehnya PNS pemda Sumatera didominasi suku asli Sumatera yaitu Minang, Melayu, Batak, Aceh dan Lampung.
5. DPRD Jakarta dan DPRD Sumatera juga didominasi orang Sumatera. Karena parpol lebih suka ajukan orang Sumatera yang punya organisasi kesukuan. Orang Sumatera di Jakarta dan Sumatera pasti lebih pilih caleg DPRD dari suku mereka sendiri. Sementara orang Jawa justru lebih netral dan belum tentu pilih orang Jawa.
6. Orang luar Jawa juga menyoroti perguruan tinggi terbaik Indonesia yang didominasi orang Jawa. Memang betul menurut Webometrics dari 17 perguruan tinggi terbaik Indonesia ternyata 10 diantaranya didominasi orang Jawa. Ini karena orang Jawa sangat peduli perguruan tingginya. Mereka fanatik alumni perguruan tinggi. Orang Jawa alumnus UI lebih memilih orang Sumatera/Sunda/Kalimantan alumnus UI daripada sesama orang Jawa tetapi alumnus UGM. Itu sebabnya perguruan tinggi mayoritas orang Jawa memang dominan. Orang Jawa juga sangat menyukai teknologi dan sains itu sebabnya orang Jawa mendominasi ilmuwan Indonesia peraih paten.
http://ift.tt/1sGyELD
http://ift.tt/1C5fRAr
7. Orang luar Jawa juga memprotes ketimpangan ekonomi antar Jawa dan luar Jawa. Mereka berargumen karena kekayaan alam luar Jawa disedot ke Jawa. Tapi sebenarnya justru Jawa lah yang mensubsidi luar Jawa. Hanya Riau, Kaltim dan Papua yang berlimpah sumber daya alam. Jawa juga punya migas Cepu yang terbesar di Indonesia. Jawa masih punya pertanian yang hasilnya terbesar di Indonesia dan pajak penghasilan Jawa terbesar di Indonesia dari manufakfur non migas. Jangan lupa cukai rokok Jawa itu terbesar di Indonesia cuma dikembalikan 2% oleh pemerintah. Sisanya untuk luar Jawa. Namun memang ketimpangan ekonomi Jawa dan luar Jawa harus segera diatasi pemerintah.
http://ift.tt/1C5fRAs
Kalau masalah lain seperti budaya Jawa yang mendominasi seperti Batik, Keris, Wayang, Gamelan, Kebaya, Candi, Sastra Jawa dll itu cuma masalah asimilasi dan akulturasi. Tapi memang kurang tepat bila budaya itu dipaksakan ke luar Jawa. Masakan Jawa seperti gudeg, opor ayam, warteg, tongseng, bakso, rawon, sate ayam dan kambing, nasi goreng, soto ayam, rames, nasi tumpeng, martabak, mendoan, tahu petis, tempe, nasi kucing dll juga sangat jarang terdapat di luar Jawa (Sumatera, Kalimantan dan Indonesia Timur) dan isunya diboikot separatis tertentu. Tapi masakan itu tidak dipaksakan sebagai masakan semua orang.
Sumber : http://ift.tt/1sGyELN