Seorang Aktivis Papua Hilang, Presiden SBY Terbawa-bawa
Selasa, 26 Agustus 2014 seorang nelayan Papua yakni Safar Mokan yang sedang melaut menemukan sesosok mayat terapung di pesisir perairan Pulau Nana, Distrik Doom, Sorong. Sejumlah media kampanye KNPB segera mangkaitkan berita penemuan mayat tersebut dengan hilangnya seorang aktivis Papua merdeka, yaitu Martinus Yuhame, Ketua KNPB (Komite Nasional Papua Barat) Sorong Raya.
Diberitakan bahwa KNPB, Kontras dan Komnas HAM Papua langsung mengklaim mayat itu adalah Martinus Yokame yang diduga hilang sejak 21 Agustus lalu. Padahal mayat tersebut belum dilakukan otopsi oleh pihak berwenang.
Presiden SBY ikut terbawa-bawa dalam kasus hilangnya Martinus Yohame karena menghilangnya Martinus Yohame hanya beberapa hari menjelang kedatangan Presiden SBY tanggal 23 Agustus lalu untuk menghadiri puncak acara Sail Raja Ampat. Konon, Martinus Yuhame pernah menggelar jumpa pers menolak kedatangan SBY. http://ift.tt/1tjpSY2
Keluarga Menolak Otopsi
Juru Bicara Polda Papua, Komisaris Besar (Pol) Sulistyo Pudjo mengatakan, kendala polisi mengungkap indentitas dan penyebab kematian korban lantaran keluarga menolak dilakukan otopsi. Padahal otopsi adalah syarat mutlak dalam proses penyelidikan penyebab kematian dan identitas korban.
“Kalau diotopsi bisa diketahui waktu kematian korban, penyebabnya apa. Apakah dipukul benda tumpul, sabetan atau tikaman benda tajam ataukah karena tembakan dan lainnya. Luka di badan harus ditentukan dari otopsi. Tapi keluarga menolak otopsi. Jenazah korban sudah dimakamkan, Rabu (27/8/2014) kemarin,” kata Pudjo, Kamis (28/8/2014). http://ift.tt/1tjpUzn
Menurut Pudjo, awalnya polisi berharap jenazah itu bisa diotopsi, guna kepentingan penyelidikan untuk menyelidiki siapa tersangka pembunuh korban.
“Lokasi pembunah kan juga belum diketahui, yang diketahui hanya lokasi penemuan mayat. Kan mayat itu hanya diduga saudara Martinus Yohame. Mengapa saya bilang dugaan karena tidak ada data valid untuk memastikan itu. Hanya berdasarkan ciri-ciri fisik ditubuh korban, juga tidak ditemukan tanda pengenal,” ujarnya.
Kata Pudjo, kondisi mayat ketika ditemukan sudah rusak dan sulit dikenali. Polisi menduga jenazah sudah beberapa hari terendam air. Hanya saja ia tak bisa memastikan sudah berapa lama mayat itu berada di air. “Kalau sudah begini, berarti identifikasi dihentikan karena keluarga korban menolak otopsi dan mayat sudah dikuburkan. Tentu proses penyelidikan dan penyidikan terhambat,” katanya.
Kegagalan Provokasi KNPB
Sebagai sayap politik Papua merdeka, KNPB memang berhasil memprovokasi publik dengan hilangnya seorang aktivis mereka. Momentumnya juga sangat tepat, karena “memanfaatkan” kunjungan Presiden SBY ke Raja Ampat untuk melancarkan kampanye negatif mereka.
Namun akal bulus mereka rupanya tidak bisa berjalan mulus. Karena berita tentang penolakan otopsi mayat oleh keluarga korban dan KNPB itu telah menimbulkan berbagai spekulasi yang justru memojokkan KNPB sendiri.
Spekulasi pertama : mayat yang ditemukan di perairan Sorong memang bukan mayat Martinus Yohame sehingga apabila diotopsi akan terbongkar skenario rahasia KNPB yang sudah terlanjut mengembar-gemborkan bahwa Martinus Yohame “dihilangkan” untuk memuluskan kunjungan Presiden SBY ke Raja Ampat, Papua Barat.
Spekulasi kedua: Benar itu adalah jenazah Martinus Yohame, namun penyebab kematiannya adalah dibunuh oleh kelompoknya sendiri lantaran adanya konflik internal di tubuh organisasi mereka terkait agenda Vanuatu. Martinus memang memiliki track record yang dinilai pantas untuk mewakili KNPB ke Vanuatu guna pembentukan organisasi pemersatu bagi seluruh elemen kelompok aktivis papua merdeka. Maka Martinuspun harus dilenyapkan oleh para pesaingnya. Sehingga jika otopsi dilakukan, bisa terbongkar unsur-unsur yang disebutkan oleh Sulistyo Pudjo di atas, yaitu waktu kematian korban, penyebabnya apa, apakah dipukul benda tumpul, sabetan atau tikaman benda tajam ataukah karena tembakan dan lainnya.
Aksi penolakan otopsi mayat yang dilakukan oleh pihak yang mengaku sebagai keluarga Martinus Yohame dan KNPB langsung menurunkan kepercayaan publik terhadap organisasi terkenal KNPB.
Sumber : http://ift.tt/1tjpSY4