Suara Warga

Salah Sendiri Jadi Presiden..

Artikel terkait : Salah Sendiri Jadi Presiden..

Sore hari ini melihat seseorang yang sedang berdiri di trotoar disenggol seorang pengendara motor. Brengsek juga itu yang bawa motor, alih-alih minta maaf kepada orang yang disenggolnya, dia terus melaju seolah tidak pernah ada kejadian apapun. Motor itu melaju melawan arah dan naik trotoar. Menyenggol pejalan kaki dan tidak meminta maaf. Ketololan berlipat.

Mungkin itu salah satu cara menghemat bensin, mengingat presiden terpilih (Jokowi) beberapa hari lalu meminta SBY agar mau menaikkan harga BBM. Untung SBY masih punya banyak cinta untuk rakyatnya sehingga ia tidak mau naikkan harga BBM untuk yang kedua kali. Permintaan Jokowi ditolak SBY, sakitnya tuh disana..!! hahaha. Lagipula capres terpilih kita ini ada-ada saja. Belum juga dilantik keinginannya sudah demikian meresahkan.

Dulu partainya bu Mega walkout dari sidang DPR karena menolak kenaikan harga BBM. Sekarang jadi satu-satunya partai yang dengan kencang mendukung Jokowi naikkan harga BBM. Bahkan berani pastikan harga BBM akan naik. Artinya, penolakan beberapa tahun lalu itu murni kepentingan politik, bukan dalam rangka membela rakyat Indonesia.

Jokowi katakan bahwa BBM murah hanya dinikmati orang di tingkat ekonomi menengah ke atas. Dia lupa kalau harga kebutuhan pokok semua orang selalu berbanding lurus dengan fluktuasi harga BBM. BBM naik, maka harga kebutuhan lainnya pasti akan naik. JIka harga kebutuhan merangkak naik, orang susah makin susah, orang ekonomi menengah juga akan rasakan susah, yang ekonomi atas juga pasti rasakan dampaknya. Bukan artinya saya ingin Jokowi tetap korbankan rakyat ekonomi lemah, tapi menaikkan harga BBM malah akan membuat masalah itu tambah parah.

Jokowi katakan bahwa subsidi BBM akan dialihkan untuk sekolah, rumah sakit, dan lain-lain. Kedengarannya bagus sih. Tapi apa iya seluruh keluarga di Indonesia punya anak usia sekolah? Apa iya seluruh warga negara sakit-sakitan? Sementara semua warga Indonesia pasti butuh sandang pangan. Kalau semua rakyat tidak bisa membeli kebutuhan pokok karena harganya yang mahal, apa iya gizi mereka akan cukup untuk menjaga kesehatan masyarakat dan meningkatkan kemampuan berpikir anak ketika sekolah? Nanti kalau gizinya buruk, orang sakit-sakitan, subsidi pengobatan jangan-jangan akan terus naik dan membebani negara. Kalau gizi anak buruk, kualitas menerima pelajaran menurun, subsidi sekolah jangan-jangan akan sia-sia.

Mengapa Jokowi tidak ingin penuhi kebutuhan subsidi BBM dengan memangkas “subsidi” untuk pejabat yang belakangan hanya digunakan untuk memenuhi hedonisnya kehidupan mereka. Atau mengapa tidak terlebih dahulu membuat rencana untuk mengurangi penambahan kendaraan pribadi yang pasti gunakan BBM. Pemerintah sekarang hanya dukung proyek ekonomi liberal dengan perbanyak ruas jalan tol, tapi sama sekali tidak melirik proyek rel kereta sebagai angkutan masal. Pada akhirnya semua orang bernafsu membeli mobil agar bisa masuk tol dan hindari macet. Semua orang ambil motor cicilan agar lebih hemat dan tidak harus bermacetan dengan ber-angkot. Semua itu terjadi karena tidak ada pilihan lain. Maka kendaraan makin banyak, konsumsi BBM juga otomatis akan makin banyak. Yang salah bukan pembeli/pemilik kendaraan, tapi pemerintah yang tidak bisa sediakan fasilitas publik yang memuaskan.

Lalu apa solusinya? Saya tidak tahu,, makanya saya sama sekali gak pernah ngelamun jadi presiden. Tapi Jokowi mestinya tahu.. Siapapun yang mencalonkan diri jadi presiden harusnya sudah siapkan solusi terbaik tanpa harus tambah beban rakyat. Kalau menyikapi beratnya mensubsidi BBM hanya mengambil keputusan dengan naikkan harga BBM, itu solusi pedagang, bukan kualitas pemikiran seorang kepala negara yang dibutuhkan Indonesia. Ayolah Pak Jok,, kerahkan semua tim-mu. Cari solusi terbaik, jangan terburu-buru panik lalu naikkan harga BBM.

Eh, tapi ketika lihat berita ada yang menarik. Pak JK, cawapres terpilih, mengatakan bahwa harga BBM harus naik karena memang pemerintah tidak perlu mengeluarkan uang (untuk subsidi BBM) yang memang tidak ada. Sedangkan Jokowi mengatakan bahwa penaikan harga BBM itu diikuti dengan pengalihan uang subsidi BBM ke bidang lain yang lebih produktif. Kalau benar yang dikatakan Pak JK bahwa uang subsidi itu tidak ada, mengapa Jokowi mengatakan akan ada pengalihan dana subsidi BBM untuk membiayai hal lain? Jadi siapa yang bohong?

Apapun yang terjadi, insya Allah Pak Jokowi dan pak JK akan jadi presiden dan wapres kita semua. Kita doakan semoga semua kebijakan yang mereka ambil nantinya benar-benar kebijakan dengan kualitas terbaik. Jangan sampai muncul kebijakan yang menambah beban kehidupan rakyat. Ya memang harus begitu,, salah sendiri jadi presiden.. hehehe




Sumber : http://ift.tt/1pUgBU4

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz