Suara Warga

Prabowo Memerlukan Sebuah Pelukan

Artikel terkait : Prabowo Memerlukan Sebuah Pelukan

MENERIMA kekalahan tidaklah segampang yang dipikirkan orang. Apalagi jika kekalahan itu didapat secara ‘hattrick’, tiga kali berturut-turut seperti yang dialami oleh Prabowo. Kekalahan pertama saat hitung cepat pasca pelaksanaan Pilpres, 9 Juli 2014 yang lalu. Meskipun kekalahan itu tidak diakui, namun, ada perang batin yang berkecamuk dalam diri Prabowo. Perang antara nurani dan emosi dalam dirinya. Perang antara ‘terang dan gelap’ dalam satu bingkai diri Prabowo. Sesuatu yang sangat tidak mudah untuk dijalani.

Pada tanggal 22 Juli 2014 KPU mengumumkan hasil rekapitulasi. Hasil penghitungan yang menempatkan Jokowi-Jk sebagai pemenang, sekaligus mengkonfirmasi kekalahan Prabowo yang kedua kalinya. Tidak bisa menerima kekalahan ini, Prabowo dengan kuasa hukumnya, mengajukan gugatan ke MK, berharap bisa membalas kekalahan dari Jokowi sehingga skor akan menjadi 1-2, menipiskan ketinggalan sekaligus akan membalikkan fakta dan mewujudkan ambisi menjadi Presiden.

Hattrick kekalahan Prabowo terjadi pada tanggal 21 Agustus 2014, saat MK menyampaikan amar putusan terhadap gugatan yang disampaikan. Tidak tanggung-tanggung, seluruh gugatan ditolak mentah-mentah. Kekalahan yang sangat telak.

Tertunduk lesu, frustasi, jengkel, marah adalah perasaan yang berkecamuk yang dihadapi oleh setiap orang yang bertanding dan berkompetisi di berbagai bidang. Kambing hitam akan dicari sampai kambing itu ketemu.

Tidak ada yang bisa mengobati beragam emosi dan perasaan yang membungkus seseorang yang mengalami kegagalan. Apalagi jika kegagalan itu berulang dalam kurun waktu kurang dari dua bulan. Dan kegagalan berulang itu terjadi dalam sebuah kompetisi yang maha besar dengan memperebutkan hadiah yang tidak bisa dibayangkan pula. Itulah yang dialami Prabowo.

Apa yang diperlukan Prabowo saat ini untuk menghibur dan meringankan beban yang dialami Prabowo adalah sebuah pelukan. Pelukan yang tulus dan hangat dari orang-orang yang mengasihi dan mencintainya. Sudah lama Prabowo tidak menerima pelukan itu. Jiwa dan hatinya sangat kosong karena alpanya pelukan sehingga, kendali atas dirinya adalah emosi yang meluap dan tidak terkontrol yang selalu di bawah dalam setiap kesempatan dan akan terus berulang diucapkan.

Pelukan akan membuat Prabowo menjadi lebih tenang, merasa nyaman, merasa dihargai, disayangi dan tetap dicintai. Pelukan akan melarutkan emosi secara perlahan. Dengan pelukan pula ia akan bisa menerima kekalahan dan siap menghadapi realita. Pelukan yang tulus akan membantu Prabowo menyadari bahwa kekalahan bukan berarti dia seorang pecundang.

Tidak bisa memberikan pelukan secara fisik, kita bisa memberikan pelukan kepada Prabowo lewat kata-kata yang menguatkan, jangan menghujat atau menghakimi. Teduhkan hatinya dengan segala kelembutan kata-kata bijak dan membangun. Prabowo adalah tetap Prabowo, suka atau tidak suka dia adalah bagian dari kita semua. Setidaknya, orang yang pernah mengisi sejarah yang patut kita tempatkan dalam posisi dan porsi yang tepat.1408766035646178713




Sumber : http://ift.tt/1v7wKbB

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz