Pidato Prabowo di MK dan Kisah Sang Rajawali
Ketika menyaksikan pidato Prabowo di Makahmah Konstitusi (MK) di hari pertama sidang sengketa Pilpres 2014, saya melihat semangat dan keteguhan sosok Prabowo mempertaruhkan diri (baca: kehormatan dan harga diri) dalam memperjuangkan tegaknya kebenaran dan keadilan. Katakan benar kalau itu salah, katakan salah kalau itu salah. Di sini gelora jiwa patriot mantan Danjen Kopassus dan Pangskostrad ini kembali muncul, terlihat, dan menggebu.
Dihadapan hakim agung MK, pidato Prabowo menggugah dan memecahkan kebisuan serta membangkitkan semangat perlawanan melawan praktik-praktik kecurangan dan ketidakadilan. Dan itu yang ingin dinyatakan oleh Prabowo. Di sini Prabowo bukan lagi bicara soal menang atau kalah, tapi bagaimana kebenaran dan keadilan itu dijunjung tinggi dan ditegakkan. “Kami juga tidak akan tinggal diam melihat kecurangan yang begitu terstruktur, sistematis dan masif,” tandas capres dari koalisi “Merah Putih”.
Saya pun kembali diingatkan tulisan “Kado Ulang Tahun Buat Sang Rajawali” di Tribunnews.com, 17 Oktober 2013, yang menggambarkan sosok Prabowo dengan mencuplik lirik lagu “Rajawali” milik Kantata Takwa, ciptaan Sawung Jabo, Iwan Fals dan Jockie Soeryoprayogo, liriknya ditulis penyair WS Rendra; Satu luka perasaan / Maki puji dan hinaan / Tidak merubah sang jagoan / Menjadi mahluk picisan…!
Kisah ‘Sang Rajawali’ bukanlah kisah burung nuri yang suka manggut-manggut sambil berteriak melengking asal nyaring untuk dipuji dan disanjung. ‘Sang Rajawali’ adalah burung gagah perkasa yang berteriak lantang memecahkan kesunyian di tengah kebisuan. Ia tetap tegar sebagai seorang patriot menghadapi semua gelombang badai itu, dan tetap gagah perkasa sebagai burung rajawali.
Ia tetap yakin pada pepatah filosofi hidup ‘becik ketitik, ala ketara’ yang baik akan tampak dan yang jelek akan terungkap. Dan ia yakin, ‘becik ketitik, ala ketara’ meski datangnya tidak hari ini, tapi kebenaran itu pasti datang sekalipun akan dinyatakan oleh proses waktu. Dengan suaranya lantang menggetarkan ia nyatakan dihadapan hakim agung MK. Ia gugah dan ia pecahkan kebisuan, ia bangkitkan semangat perlawanan melawan praktik-praktik kecurangan dan ketidakadilan. “Kami percaya pada akhirnya kebenaran akan menang, tulis Prabowo di akun fesbuknya.
Kisah “Sang Rajawali” bukanlah kisah burung nuri yang gila sanjung pujian dan manggut-manggut merengek minta dikasihani. Ia kisah burung yang gagah perkasa yang siap menghadapi terpaaan badai gelombang. ‘Sang Rajawali’ terbang dengan kehormatannya sebagai seorang patriot menembus kabut malam, menguak cadar fajar, mendatangi matahari, meraih mimpi menjadi pembela kaum papa dan penggugah jiwa lara.
Dan sekali lagi, siapa pun yang menyempatkan dengarkan lagu “Rajawali”-nya Kantata Takwa yang dinyanyikan secara lantang oleh Iwan Fals getaran Prabowo Subianto-nya terasa sekali, di antara maki pujian dan hinaan tidak merubah rajawali menjadi burung nuri, dan tidak pula merubah sang jagoan menjadi mahluk picisan!
Bagi ‘Sang Rajawali’, bahwa dalam perjuangan hidup yang namanya tantangan dan kesulitan adalah hal biasa. “Jika kita mengaku sebagai patriot, maka kita tidak boleh gentar, tidak boleh berkecil hati. Tetap teguh, tetap kokoh. Katakan, I am the mountain. Saya tidak akan goyah dari pendirian saya. Saya tidak akan goyah dari cinta saya kepada bangsa, keadilan dan kejujuran”, tegas Prabowo ‘Sang Rajawali’ Subianto.
Sumber : http://ift.tt/1rbi1am