Suara Warga

Pak Prabowo, Please Move On, Rakyat Menonton Anda!

Artikel terkait : Pak Prabowo, Please Move On, Rakyat Menonton Anda!

Pak Prabowo, Pak Jokowi, kalau tidak salah pilpres telah selesai. Pak Prabowo pasti kecewa setengah mati. Pak Jokowi pasti senang setengah mati. Itu wajar. Namun jangan berlarut-larut kecewa dan bahagianya. Hidup harus move on: tatap masa depan jadikan masa lalu sebagai pelajaran. Itu cara pikir yang benar. Namun melihat sepak terjang selama kurang sepekan keputusan MK, kami rakyat Indonesia, hanya bisa bergumam: silakan terus berjuang, rakyat akan melihat, mengamati, menonton dan sesekali bereaksi. Rakyat terbiasa dengan move on!

Pak Prabowo, memang tak mudah melupakan betapa Pak Prabowo berjuang 15 tahun untuk kursi kehormatan sebagai Presiden RI. Pak Prabowo ingin berjuang untuk kesejahteraan rakyat. Pak Prabowo ingin kehormatan bangsa terangkat. Pak Prabowo ingin kedaulatan Indonesia sepenuhnya berada di tangan rakyat Indonesia. Dan rakyat terus saja berjuang mencari kehidupan dalam suka dan duka, rakyat tetap move on!

Pak Prabowo, memang bisa dipahami bagaimana Pak Prabowo melihat Pak Jokowi dikawal oleh pasukan Paspampres yang gagah perkasa, yang Pak Prabowo rasa itu lebih tepat untuk Pak Prabowo daripada Pak Jokowi. Bisa dirasakan betapa gagahnya dan betapa bahagianya Iriana Widodo menjadi Ibu Negara yang sederhana, tiba-tiba menjadi orang yang dikawal para pasukan yang gagah perkasa. Bisa dirasakan betapa anak-anak Jokowi menjadi bagian kehormatan yang akan dikawal selama menjabat sebagai presiden dan setelah itu. Akan sangat menarik kalau hal tersebut terjadi pada Titiek Soeharto dan Didit putra Bapak Prabowo. Jangan membayangkan terlalu panjang, ayo move on!

Pak Prabowo, jangan membayangkan Jokowi berpidato dan disambut rakyat di mana-mana. Jangan terus membayangkan Jokowi naik pesawat kepresidenan Indonesia One yang dibeli seharga hampir Rp 1 triliun, lalu Jokowi melambaikan tangan di tangga pesawat. Pak Prabowo, jangan membayangkan Jokowi menjadi inspektur upacara di Istana Negara pada 17 Agustus setiap tahun: gagah, terhormat, dan hikmat. Harus move on!

Kan, Pak Prabowo juga bisa membuat upacara tandingan di Lapangan bersama Ical, Akbar Tandjung, Fadli Zon, Muhammad Taufik, Fahri Hamzah, Anis Matta, persis seperti presiden beneran. Itu bisa dilakukan oleh Pak Prabowo. Dan, dengan cara itu selama 5 tahun juga akan membahagiakan: membuat upacara sendiri setiap 17 Agustus. Itu hak konstitusional yang dijamin oleh undang-undang. Itu move on!

Malah dengan upacara 17 Agustus ala Pak Prabowo lebih gagah. Penghormatan dan pemeriksaan pasukan bisa dilakukan dengan Jeep. Gaya. Meskipun pasukannya bukan tentara atau TNI, cuma kader partai PKS dan Gerindra. Tapi yang penting gagah dan mirip. Tak salah Pak Prabowo menghibur diri. Toh sesungguhnya kehidupan ini hanyalah permainan ya Pak Prabowo. Jadi tetap move on!

Untuk pesawat kepresidenan, Pak Prabowo kan sudah punya helikopter, pesawat pribadi, nah kalau Jokowi kan belum punya pesawat. Kalau ingin yang sama dengan Pesawat Kepresidenan RI, Pak Prabowo pasti bisa beli sendiri, minta tolong pada Aburizal Bakrie atau juga Anis Matta dan Hidayat Nur Wahid untuk membelikan pesawat kepresidenan. Pasti mereka akan belikan untuk Bapak Prabowo. Agar Pak Prabowo bisa move on!

Pak Prabowo, memang tak salah kalau Bapak Prabowo akan terus berjuang di Koalisi Merah Putih. Namun Pak Prabowo harus ingat tentang apa itu partai. Rakyat mengamati Pak Prabowo. Juga para partai. Pak Prabowo, memang menarik mengamati sepak-terjang para pentolan partai. Hakikat partai sebagai kepentingan untuk berkuasa dicoba untuk ditutupi. Partai sedang bermanuver untuk menampilkan keasliannya: mengelabuhi publik atas nama publik. Partai sedang menyembunyikan diri dan berpura-pura tak memiliki hasyrat untuk berkuasa. Dan, sebagian partai juga bersembunyi untuk kepentingan mereka. Pak Prabowo akan kecewa jika tidak move on.

Pak Prabowo, sebenarnya Pak Prabowo adalah seorang pribadi yang sangat baik. Sampai sekira lima bulan lalu saya masih sebagai pendukung Pak Prabowo. Saya selalu menuliskan hal yang luar biasa tentang Pak Prabowo yang patriotrik. Saya menulis tentang Pak Prabowo, terkait pemberontakan di Sabah oleh keturunan Sultan Sulu pemilik sah wilayah Sabah di Pulau Borneo, yang akan mampu menghancurkan dominasi Malaysia dan Singapura yang selalu melecehkan Indonesia secara kepemimpinan politik, militer dan ekonomi.

Pak Prabowo memang pantas sekali menjadi Presiden RI dengan beberapa syarat. Dan, syarat terpenting untuk menjadi presiden adalah (1) keseimbangan jiwa, (2) keseimbangan sikap dan kehidupan pribadi, (3) kematangan sosial, dan (4) kesehatan mental dan spiritual.

Pak Prabowo, sebenarnya awalnya memiliki semua prasyarat itu. Namun keempat hal tersebut hilang dari Pak Prabowo karena Pak Prabowo dikelililingi oleh orang-orang semacam Idrus Marham (akan dipanggil KPK lagi), Tantowi Yahya (masa keemasan lewat), Fadli Zon (pengikut bermental ABS), Aburizal Bakrie (kapal karam politik dan ekonomi), Anis Matta (pentolan partai segregatif dan mengerut), Hidayat Nur Wahid (tokoh wani piro), Akbar Tandjung (orang senior yang kehilangan political touch), dan tentu Suryadharma Ali, Marzuki Alie, dan Fahri Hamzah (sebentar lagi menghuni penjara jika terbukti korupsi).

Karena bergaul dengan mereka ini, rakyat lari tunggang langgang, Pak Prabowo. Rakyat tahu sepak terjang mereka. Maka rakyat kabur tak memilih Pak Prabowo bukan karena Pak Prabowo tapi karena teman-teman Pak Prabowo. Apalagi kalau Pak Prabowo ubyang-ubyung dengan semua orang tersebut di atas, maka rakyat langsung berpikir Bapak akan menjadi korban kepentingan mereka. Pak Prabowo hanya dijadikan alat tunggangan mereka. Ibaratnya, Pak Prabowo menjadi kuda tunggangan mereka. Maka dari itu ayo Pak Prabowo, move on!

Kini, dalam lingkaran yang sama, Pak Prabowo masih dibawa-bawa oleh mereka. Pak Prabowo sedang digunakan oleh para partai sebagai alat untuk bargaining position. Pak Prabowo harus ingat bahwa para partai orientasinya hanya kekuasaan. Apalagi kalau pentolan partai sudah bermasalah atau orang bermasalah, pasti langkah dan sikap politiknya ngawur. Misalnya seorang tersangka korupsi atau koruptor pasti kehidupannya tak seimbang dan menjadikan semua langkah sebagai upaya untuk kepentingan pribadi. Maka Pak Prabowo harusnya berbeda dengan mereka. Move on!

Pak Prabowo pun sebenarnya akan lebih baik untuk membersihkan nama Bapak Prabowo dari kelompok orang-orang bermasalah. Kampanye pilpres kemarin telah menelanjangi Pak Prabowo. Kepribadian, sikap, cara pikir, intelejensia, kecerdasan sosial, emosional, spiritual, dan kultural Bapak terbuka telanjang di hadapan rakyat.

Rakyat telah tahu siapa Bapak Prabowo dan siapa di balik sikap Pak Prabowo - termasuk para pengacara ilusif dan delusif. Rakyat Indonesia juga pemaaf. Pak Prabowo jangan malu melihat video di Youtube yang menampilkan pidato-pidato Pak Prabowo. Hanya yang dibutuhkan Pak Prabowo simple saja: rendah hati di hadapan rakyat, dan tak perlu gagah-gagahan pamer kekuatan yang senyatanya tak dimiliki. Nanti rakyat akan melupakan hal-hal yang tak baik dipertontonkan di hadapan rakyat. Move on.

Pak Prabowo bisa belajar dan meniru Pak Susilo Bambany Yudhoyono yang memainkan politik dua kaki. Pak SBY dengan cerdas mendukung Pak Prabowo hanya melalui orang-orang Partai Demokrat. Namun secara pribadi Pak SBY tak ngomong sendiri. Itu karena Pak SBY tahu bahwa Pak Jokowi punya peluang menang - meskipun tertekan soal besannya yang mencawapreskan diri yakni Hatta Rajasa - Pak SBY tetap tenang dan secara taktis tak mendukung Pak Prabowo. Makanya begitu Pak Jokowi menjadi presiden terpilih Pak SBY tidak kikuk dan tetap mendukung Jokowi. Istilahnya Pak SBY move on!

Pak Prabowo, rasanya tak akan ada gunanya Pak Prabowo maju ke PTUN, MA dan bahkan Pansus DPR dan SU atau SI MPR. Pak Prabowo sebenarnya hanya sedang dikeruk uang Bapak Prabowo untuk para pengacara Bapak. Para advokat dan pembela itu yang bahagia mendapatkan miliaran rupiah dari kantong Bapak. Kalau Bapak berpikir ‘sudah kepalang basah’ sekalian mencebur, mendingan uang ‘sekalian mencebur yang jumlahnya miliaran rupiah itu untuk membantu anak yatim dan para janda yang kelaparan daripada untuk membayar para pengacara berbaju hitam itu’. Kenapa?

Maju ke PTUN, Pansus, MA, MPR, DPR dan Komnas HAM akan semakin membuat Pak Prabowo ditertawakan oleh rakyat Indonesia yang sekarang sudah pada cerdas meskipun banyak yang miskin. Meskpun miskin mereka memiliki penalaran, pemikiran, dan kecerdasan spiritual, intelektual, dan kultural melebihi Suryadharma Ali dkk dengan bukti tidak memilih Pak Prabowo di pilpres. Andaikan Pak Prabowo tidak berteman dengan banyak orang bermasalah, Pak Prabowo pasti telah mendapatkan satu suara tambahan dari saya. Jadi jumlah suara 60 juta sekian plus 1, Pak Jokowi 70 juta sekian minus 1. Move on!

Lalu ide untuk memakzulkan Jokowi di DPR dan MPR. Pak Prabowo harus sadar dan tahu bahwa Pak Moeldoko orang nasionalis. Pak Moeldoko seorang negarawan. Pak Moeldoko tak mau mengotori tangannya dengan darah. Pak Moeldoko tak mau membuang kesempatan menjadi calon presiden tahun 2019 nanti. Pak Moeldoko berada di pihak kebenaran sah, di sisi dan mendukung secara konstitusional Presiden Jokowi. Juga Polri pun tak akan membiarkan DPR dan MPR berlaku konyol. Maka enyahkanlah pikiran itu dari Pak Prabowo. Move on!

Lalu, tentang koalisi permanen. Ketika Deklarasi di Tugu Proklamasi, Demokrat disebut ikut dan bergabung dengan Koalisi Permanen, dengan diwakili oleh Sekjen Demokrat. Namun, nyatanya sekarang Demokrat tidak di Koalisi Merah putih, sudah abu-abu, mendekati kekuasaan. Nanti sebentar lagi, berdasarkan teori parpol adalah kekuasaan, maka lama kelamanan, melihat faktor lain kinerja Jokowi, Golkar, PPP akan kabur karena pergantian kekuasaan (Ical dan SDA adalah kapal karam politik yang paling lama 2015 akan tenggelam digantikan oleh Agung Laksono dan Manuarfa di Golkar dan PPP masing-masingnya). Jadi Pak Prabowo nanti akan berteman dengan Fahri Hamzah dan Anis Matta dan Hidayat Nur Wahid. Pak Hatta Rajasa sendiri setelah sholat istiharah akan netral atau diam di tengah-tengah penh kebingungan membawa PAN. Jadi, move on!

Jadi, dengan demikian, Pak Prabowo, untuk investasi masa depan untuk maju ke 2019, silakan move on. Lupakan Pilpres, maju terus pantang mundur, kalau bukan sekarang kapan lagi, kalau bukan Pak Prabowo yang move on, siapa lagi. Ayo semangat, naik kuda berkompetisi sama saya di Puncak sana! Tinggalkan teman-teman politik dan Tim Pengacara yang ilusif dan delusif itu, Pak Prabowo! Have fun! Move on!

Salam bahagia ala saya.




Sumber : http://ift.tt/1smogZA

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz