Suara Warga

Modus Relasi Psikopatik Di Jagat Politik Kita

Artikel terkait : Modus Relasi Psikopatik Di Jagat Politik Kita



Modus Relasi Psikopatik Di Jagat Politik Kita


Oleh Edy Suhardono

Kemarin saya menyapa lewat status FB, agar Anda menengarai gejala psikopatik di sekitar Anda . Hari ini saya diam terpekur kemudian menuliskan ulasan ini setelah membaca berita tentang Direktur Eksekutif Nurjaman Center for Indonesian Democracy (NCID), Jajat Nurjaman yang mengaku bahwa selama dua bulan terakhir melakukan monitor dan mengumpulkan berbagai bukti intervensi asing dalam pilpres kali ini, Menurutnya, “Bukti-bukti ini membuktikan bahwa yang terjadi bukanlah spontanitas, tetapi terkoordinasi dengan baik oleh sebuah kekuatan besar. Mereka benar-benar tidak ingin Prabowo jadi Presiden RI menggantikan SBY,” katanya kepada wartawan di Jakarta, Selasa (8/7/2014).

Benar bahwa ada banyak psikopat di sekitar kita. Mereka adalah pribadi-pribadi yang tidak pernah kita sangka sebelumnya. Psikopat belum tentu pembunuh, pelaku tindak kekerasan serius, atau mereka yang digelandang ke RSJ. Mereka mungkin seorang pengusaha sukses, pasangan Anda, anggota keluarga Anda; sahabat, tetangga, teman kerja, atasan, atau bawahanAnda; pejalan kaki, pengendara di jalanan, selebriti, pembuat opini, pengamat sosial, akademisi, pejabat publik, pemimpin daerah, politisi, atau malahan presiden dan bakal presiden. Bahkan bisa saja mereka pastor, ustad, pedande, atau tokoh di lingkungan keagamaan. Mereka ada di semua bidang kemasyarakatan. Sebagai ragam perilaku, gejala psikopatik ada di sekitar kita di semua lapisan masyarakat.

Yang menarik, sesama psikopat saling bersahabat. Karena menderita gangguan kepribadian yang hampir tak dapat disembuhkan, psikopat cenderung mengulang siklus hubungan yang sama, tidak peduli dengan siapa mereka sedang berhubungan atau berapa lama mereka berhubungan. Namun, ketika mereka menjalin hubungan, mitra mereka cenderung memiliki kadar psikopatik yang mirip dengan mereka . Hubungan di antara mereka hampir selalu menarik perhatian banyak orang dan kadang-kadang berupa kemitraan bahkan pernikahan yang dibangun di atas cadas. Mereka saling melontar rayuan hebat, awalnya tampak ideal, tetapi selalu berakhir dengan kepahitan.

Menurut Babiak dan Hare dalam buku mereka tentang para psikopat di tempat kerja berjudul Snakes in Suits, ikatan relasi di antara psikopat memiliki pola tertentu: dimulai dengan mengidealkan, mendevaluasi, dan akhirnya membuang. Proses ini dapat berlangsung beberapa tahun atau hanya beberapa jam. Hal ini tergantung pada apa yang si psikopat inginkan dan sejauh mana mitra psikopatnya menanggapi. Jika psikopat menginginkan kemiripan pesona antara dirinya dengan mitranya, ia dapat menyembunyikan sifat jahat dan mampu menunjukkan bahwa ia tidak berbahaya dan normal. Ia dapat melakukan kemitraan jangka panjang atau bahkan menikah. Jika semua yang diinginkannya adalah untuk bersenang-senang, hubungan akan berakhir dalam beberapa jam. Jika psikopat menginginkan rangsangan dan pengalihan melalui berselingkuh, ia mungkin akan tinggal bersama mitranya selama mitranya memenuhi hasratnya. Terlepas dari perbedaan dalam durasi relasi, apa yang tetap konstan adalah bahwa pada akhirnya, cepat atau lambat, mitranya akan dibuang, dan segera setelah itu, hubungan akan putus tanpa alasan yang jelas.

Meskipun psikopat sangat manipulatif, tindakan menjunjung tinggi, mendevaluasi dan membuang adalah pola kepribadian mereka. Secara keseluruhan, bagaimanapun, disadari atau tidak, psikopat akan sangat memanfaatkan penilaian yang membahana kepada mitra mereka. Selama tahap penilaian, psikopat berinteraksi erat dengan target mitra mereka untuk menemukan apa yang membuat calon mitra tergerak. Mereka akan menyelidik untuk menemukan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kelemahan calon mitra. Mereka juga umumnya memikat target mereka dengan janji-janji untuk menawarkan dan mengisi apa pun yang hilang dan kurang dalam kehidupan mereka. Jika Anda baru saja bercerai, misalnya, mereka akan menawarkan persahabatan dan hubungan romantis baru yang menarik. Jika Anda baru saja mengalami kematian anggota keluarga, mereka muncul untuk menjadi teman simpatik. Jika Anda mengalami kesulitan keuangan, mereka meminjamkan uang dan mengesankan bahwa mereka murah hati.

Robert Hare, Profesor Psikologi di University of Vancouver , psikolog penyusun sistem penilaian yang disebut “Checklist Psikopati ” (CP). CP merupakan daftar periksa yang diikuti dengan bar penilaian dengan skala yang bergerak dari 0 sampai 40 terkait dengan serangkaian ciri-ciri karakter, seperti: keberperasaan, kedangkalan pesona, kurangnya empati, dan banyak indikator lainnya. Siapapun yang berada pada skor penilaian lebih besar dari 26 dapat didiagnosis sebagai psikopat.

Mungkin saja mereka bukan seseorang dengan rekam jejak sebagai pembunuh berantai atau sosok yang haus darah. Dan memang tak sesederhana itu bagaimana kita menengarai kehadiran psikopat. Di antara para psikopat yang melakukan melakukan kekerasan, tidak semuanya adalah penjahat, sama halnya tidak semua penjahat adalah psikopat. Psikopat ditemukan di banyak lapisan masyarakat dan sering sukses dalam profesi yang kompetitif.

Namun dapat dipastikan pencirian psikopatik yang paling mendekati. Mereka adalah sosok yang kejam, manipulatif dan destruktif. Menurut beberapa penelitian yang menerapkan prosedur Equinox, sebuah teknik yang dikembangkan para psikolog untuk mengetahui apakah seseorang psikopat atau bukan, psikopat mengalami malfungsi tertentu dalam otak. Di Inggris 0,5% atau satu di antara 200 orang adalah psikopat; dan di antara yang 0,5% dari populasi ini . Dan di antara 0,5% psikopat ini hanya 15% dan 20% (antara 7,5 permil hingga 10 permil dari populasi) yang dianggap bertanggung jawab untuk separuh dari semua kejahatan yang dilaporkan dan akhirnya dipenjarakan.

Yang menarik, secara prospektif baik pengobatan maupun pemenjaraan terhadap kelompok antisosial ini tidak proporsional dibandingkan kehancuran yang ditimbulkannya. Para psikopat yang telah dihukum karena melakukan tindak kejahatan mengerikan dengan jelas menunjukkan, mereka selalu membenarkan tindakannya tanpa rasa malu, rasa bersalah, rasa penyesalan atau empati atas para korban mereka.

Meskipun mereka pandai berbicara dan, tak jarang, isi pembicaraan mereka masuk akal dan sangat menarik; mereka tidak memiliki cukup pelangi emosi sebagaimana dimiliki sebagian besar (99,5%) masyarakat. Benar bahwa mereka secara kognitif tahu perbedaan antara mana yang benar dan salah, tetapi secara afeksi mereka tidak merasakan. Hal ini menjadi lesson learned yang perlu kita angkat.

Mereka meyakinkan kita tentang nilai dari sportifitas, tetapi mereka pula yang menerpa kita dengan fakta bahwa mereka menarik diri dari proses yang berjalan selagi keputusan dibuat oleh KPU dengan alasan bahwa terjadi kecurangan yang terstruktur, sistematis, masif dan terencana yang dilakukan antara lain dengan memobilisasi pemilih menggunakan daftar pemilih tambahan (DPTb) dan daftar pemilih khusus tambahan (DPKTb), pengondisian hasil penghitungan, politik uang, pencoblosan oleh anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS), dan pencoblosan dua kali oleh orang yang sama dan terjadi merata hampir di semua provinsi.

Setelah menarik diri, mereka tahu bahwa telah kehilangan legal standing, tetapi mereka pula yang mengatakan bahwa sportifitas via pembelaan konstitusi memaksa mereka untuk menggugat keputusan KPU di MK dan mempolisikan KPU . Mereka mengatakan bahwa keputusan tertinggi ada di MK, tetapi mereka pulalah yang memutuskan untuk mengerahkan 30 ribu massa untuk mengepung KPUD seluruh Indonesia dan MK pada tanggal 6 Agustus 2014 hari ini. Sebelum mengepung mereka meminta maaf kepada masyarakat dan mengatakan bahwa dengan tindakan itu tidak menyandera MK, tetapi jika MK tidak dapat diharapkan yang diperlukan adalah mahkamah rakyat . Setidaknya, silahkan pelajari alur logika psikopatik ini. Saya tidak akan berkomentar dan tetap akan menghargai pendapat Anda apabila Anda memiliki bantahan bahwa cermatan saya ini keliru.

Salam Tiga Jari




Sumber : http://ift.tt/1lyw1Ia

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz