KAMBING HITAM ‘SUBSIDI’
Laporan pertanggungjawaban Presiden SBY yang sekaligus merupakan pertanggungjawaban beliau dalam mengakhiri masa jabatan presiden yang sudah berlangsung selama 10 tahun atau selama 2(dua) periode berturut-turut, ternyata mengandung bom yang sedang menunggu untuk meledak, bahkan dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Dua periode telah berlalu, dan laporan-laporan pertanggungjawaban presiden tersebut ternyata hanya berupa ‘kata-kata yang indah dan menyenangkan’ yang tertulis di atas kertas saja.
Lagi-lagi ketika APBN ‘terancam’, maka subsidi BBM yang dilirik dan kemudian dijadikan kambing hitam. Dan kenaikan harga BBM-pun disepakati, tanpa peduli akan nasib rakyat yang terus menerus berada di dalam ‘lingkaran setan’ kebijakan pemerintah yang ‘bodoh’.
Pertanyaannya adalah; “Apakah esok, ketika subsidi BBM sudah dicabut seluruhnya, maka masalah ‘terancamnya APBN’ tidak akan terjadi lagi di masa depan?”
Pertanyaan selanjutnya; “Dalam kondisi ‘sistem ekonomi’ Indonesia sekarang ini, seberapa besar sebenarnya kontribusi dan daya ungkit APBN terhadap kehidupan dan kesejahteraan 200 juta lebih rakyat Indonesia?”, “Apakah rakyat Indonesia pada saat ini lebih sejahtera apabila dibandingkan dengan keadaannya pada 10 tahun yang lalu, ketika BBM masih disubsidi?” Dan, “Apakah ‘sejahtera’ hanya diukur terhadap indikator ‘ekonomi’ semata?”
Hampir dapat dipastikan bahwa esok, ketika APBN terancam lagi dan semua subsidi BBM sudah dicabut, maka pemerintah akan mencari lagi subsidi-subsidi lain yang akan dan ‘patut’ dicabut dan dikorbankan sebagai ‘kambing hitam’ untuk menyelamatkan anak emas yang bernama ‘APBN’.
Dan pertanyaan terpenting adalah; “Apabila semua subsidi untuk rakyat sudah dicabut ‘apakah masih perlu’ adanya NKRI?”, karena terlepas dari sejahtera atau tidak tokh rakyat hidup dengan jerih payah dan usahanya sendiri, dan NKRI sudah tidak amanah untuk melaksanakan ‘pasal-pasal kesejahteraan rakyat’ yang tercantum di dalam Undang-undang Dasar RI Tahun 1945 yang sudah berkali-kali dirubah oleh sekumpulan orang yang menamakan dirinya ‘wakil rakyat’. “Di manakah kekayaan bumi pertiwi yang merupakan amanah dari Allah, untuk kesejahteraan rakyat?”
Pertanyaan terakhir: “Wahai Allah, Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Kuasa, apakah masih ada NKRI yang memihak kepada rakyat, dan apakah masih ada Wakil Rakyat yang memang mewakili rakyat?
Nabi Muhammad telah menerangkan bahwa penyerahan suatu amanah kepada orang-orang tidak layak untuk memangkunya adalah tanda-tanda kiamat kecil. Seorang yang awam bertanya kepada Rasulullah, “Kapankah kiamat akan terjadi?” Rasulullah menjawab: “Apabila amanah telah disia-siakan, maka tunggulah kiamat.” Ia bertanya lagi: “bagaimana penyia-nyiaan amanah itu?” Rasulullah menjawab: “Apabila suatu amanah diserahkan kepada orang yang tidak layak untuk memangkunya maka tunggulah kiamat.”
Wallahu’alam
Sumber : http://ift.tt/1lj9mVm
Dua periode telah berlalu, dan laporan-laporan pertanggungjawaban presiden tersebut ternyata hanya berupa ‘kata-kata yang indah dan menyenangkan’ yang tertulis di atas kertas saja.
Lagi-lagi ketika APBN ‘terancam’, maka subsidi BBM yang dilirik dan kemudian dijadikan kambing hitam. Dan kenaikan harga BBM-pun disepakati, tanpa peduli akan nasib rakyat yang terus menerus berada di dalam ‘lingkaran setan’ kebijakan pemerintah yang ‘bodoh’.
Pertanyaannya adalah; “Apakah esok, ketika subsidi BBM sudah dicabut seluruhnya, maka masalah ‘terancamnya APBN’ tidak akan terjadi lagi di masa depan?”
Pertanyaan selanjutnya; “Dalam kondisi ‘sistem ekonomi’ Indonesia sekarang ini, seberapa besar sebenarnya kontribusi dan daya ungkit APBN terhadap kehidupan dan kesejahteraan 200 juta lebih rakyat Indonesia?”, “Apakah rakyat Indonesia pada saat ini lebih sejahtera apabila dibandingkan dengan keadaannya pada 10 tahun yang lalu, ketika BBM masih disubsidi?” Dan, “Apakah ‘sejahtera’ hanya diukur terhadap indikator ‘ekonomi’ semata?”
Hampir dapat dipastikan bahwa esok, ketika APBN terancam lagi dan semua subsidi BBM sudah dicabut, maka pemerintah akan mencari lagi subsidi-subsidi lain yang akan dan ‘patut’ dicabut dan dikorbankan sebagai ‘kambing hitam’ untuk menyelamatkan anak emas yang bernama ‘APBN’.
Dan pertanyaan terpenting adalah; “Apabila semua subsidi untuk rakyat sudah dicabut ‘apakah masih perlu’ adanya NKRI?”, karena terlepas dari sejahtera atau tidak tokh rakyat hidup dengan jerih payah dan usahanya sendiri, dan NKRI sudah tidak amanah untuk melaksanakan ‘pasal-pasal kesejahteraan rakyat’ yang tercantum di dalam Undang-undang Dasar RI Tahun 1945 yang sudah berkali-kali dirubah oleh sekumpulan orang yang menamakan dirinya ‘wakil rakyat’. “Di manakah kekayaan bumi pertiwi yang merupakan amanah dari Allah, untuk kesejahteraan rakyat?”
Pertanyaan terakhir: “Wahai Allah, Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Kuasa, apakah masih ada NKRI yang memihak kepada rakyat, dan apakah masih ada Wakil Rakyat yang memang mewakili rakyat?
Nabi Muhammad telah menerangkan bahwa penyerahan suatu amanah kepada orang-orang tidak layak untuk memangkunya adalah tanda-tanda kiamat kecil. Seorang yang awam bertanya kepada Rasulullah, “Kapankah kiamat akan terjadi?” Rasulullah menjawab: “Apabila amanah telah disia-siakan, maka tunggulah kiamat.” Ia bertanya lagi: “bagaimana penyia-nyiaan amanah itu?” Rasulullah menjawab: “Apabila suatu amanah diserahkan kepada orang yang tidak layak untuk memangkunya maka tunggulah kiamat.”
Wallahu’alam
Sumber : http://ift.tt/1lj9mVm