Suara Warga

Bisa Saja Gerindra Menang Voting PilWaGub DKI Bersama Koalisi Merah Putihnya, Tapi Gerindra Akan Di Hukum Rakyat.

Artikel terkait : Bisa Saja Gerindra Menang Voting PilWaGub DKI Bersama Koalisi Merah Putihnya, Tapi Gerindra Akan Di Hukum Rakyat.

14093905821985354875

Jokowi Ahok dilantik sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, sumber tribunnews.com

Sepertinya kekalahan Prabowo Hatta dalam pilpres yang lalu akan berdampak kemana-mana? Di DPR Koalisi Merah Putih sudah mulai menunjukkan taring lewat UU MD3 dan juga lewat Pimpinan Tatib DPR. Dan kita masih melihat secara kasat mata, pihak Prabowo Subianto cs belum bisa legowo menerima kekalahan itu.

Untuk menebus kekalahan pilpres itu, maka koalisi merah putih sepakat untuk tidak akan sepakat terhadap apapun yang akan dilaksanakan oleh kubu Jokowi JK.

Dalam waktu dekat, disamping pemilihan pimpinan DPR/MPR, ada posisi Wagub DKI yang jadi rebutan. Jika Koalisi Merah Putih Solid, dapat dipastikan posisi - posisi penting itu akan dengan mudah dikuasai oleh koalisi Merah Putih.

Pemilihan Wagub DKI tidak kalah serunya jika dibanding posisi - posisi pimpinan di DPR/MPR. Menariknya adalah di dua posisi yang akan diperebutkan itu, PDIP adalah partai pemenang, baik di DKI maupun di DPR, tetapi tidak dominan.

Wagub DKI hanya dapat diusulkan oleh PDIP dan Gerindra, 2 orang akan diusulkan untuk di pilih oleh anggota DPRD DKI Jakarta. Secara etika PDIP lebih berhak mencalonkan seseorang untuk jadi Wagub, sebab yang digantikan adalah pasangan Ahok yaitu Jokowi yang terpilih menjadi Presiden RI periode 2014-2019.

Tetapi apa lacur, akibat persaingan yang sangat keras antara poros PDIP dengan poros Gerindra dalam pilpres, disinyalir akan berimbas kepada pemilihan wagub DKI karena luka itu masih terasa perih, sakit dan terasa agak dalam. Gerindra jauh-jauh hari sudah mengatakan akan mengajukan seorang calon dari Gerindra sebab mereka meyakini punya hak yang sama untuk sama-sama mengajukan.

Dengan bahasa yang sederhana, Gerindra seakan berkata, “Siapa yang suruh mencalonkan diri jadi PResiden, toh masih banyak yang mau dan mampu?” tentunya merujuk kepada sang Jenderal yang kalah, Prabowo Subianto. Ditambahkan Gerindra, “Rasain pembalasan Gue!” karena mereka sangat yakin koalisi merah putih solid sesolid-solidnya.

Jika itu yang terjadi dan calon yang diajukan oleh Gerindra yang menang. Apa yang terjadi?

Pertama, Jika calon Gerindra yang menang, yang harus diketahui oleh pihak Gerindra adalah bahwa dunia ini tidak akan runtuh, dunia ini masih dunia yang sama. Catatannya adalah Gerindra kita stempel sebagai partai yang balas dendam, yang tidak punya etika. Sebab permasalahan pilpres adalah permasalahan yang berbeda. Pilpres Levelnya nasional, itu mencakup berbagai pihak baik koalisi merah putih maupun koalisi rakyat ala Jokowi JK, sementara pencalonan Wagub DKI murni hanya hajatan PDIP dan Gerindra.

Oleh Sebab itu, jika Gerindra memaksakan kehendaknya dan menang, maka rakyat Jakarta akan tersakiti oleh ulah Gerindra, sebab dapat dilihat baik Pileg dan Pilpres, dukungan warga Jakarta lebih condong ke PDIP dan Jokowi dibanding Gerindra dan Prabowonya. Untuk itu, Jika Gerindra tidak tenang dan grasa grusu, yang penting membuktikan diri bisa menang, maka dimasa yang akan datang, Gerindra akan dihukum oleh Rakyat Jakarta.

Kedua, Jika calon yang terpilih nanti adalah calon dari Gerindra, sementara Ahok adalah Gubernur, yang notabene kader Gerindra, maka juga akan mengganggu kerja Ahok secara psikologis. Ahok tidak akan dapat bekerja dengan tenang tanpa dukungan penuh dari pihak PDIP. Dalam hal ini, Ahok akan terjepit, bisa-bisa keinginannya untuk kembali mencalonkan diri di tahun 2017 buyar hanya karena nafsu balas dendam Gerindra. Ahok juga tidak akan dapat bekerja dengan mulus memimpin Jakarta, sebab Politik tidak akan pernah stabil, energy Ahok akan tercurah untuk memikirkan hal-hal politik. Selama ini, Ahok dapat bekerja dengan lugas, cepat dan keras, itu disebabkan dukungan dari PDIP yang besar. Jika demikian halnya, lagi-lagi rakyat Jakarta yang rugi.

Untuk itu, kita sarankan, demi Jakarta yang lebih baik, Gerindra mengurungkan niatnya untuk “memaksakan diri” mengajukan calon dari internal Gerindra. Belajarlah untuk legowo, sebab yang menentukan bukan elit partai lagi, tetapi rakyat yang lebih berkuasa. Berpikirlah panjang, sebab kita juga membutuhkan Gerindra di masa yang akan datang. Jangan hanya karena nafsu balas dendam, Gerindra dihukum masyarakat.

Kita sarankan, janganlah mendengar Fadli Zon, masih banyak kader Gerindra yang lain, yang lebih segar dan berpikir jernih.

Semoga Wagub DKI yang terpilih nanti adalah yang terbaik untuk Jakarta yang lebih baik.

Salam kompasiana.




Sumber : http://ift.tt/1B3Rh1t

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz