Suara Warga

Banyak Orang Nazaruddin di KPK. KPK Bekerjasama dengan Penjahat ?

Artikel terkait : Banyak Orang Nazaruddin di KPK. KPK Bekerjasama dengan Penjahat ?

Salam Politik. Mengikuti kasus Anas Urbaningrum adalah sesuatu yang menarik. Bukan karena siapa dia dulunya, tetapi bagaimana publik semakin mendapat pencerahan bagaimana berjalannya hukum dan politik di negeri ini. Jika diperhatikan, sebenarnya siding hari Kamis 14 Agustus kemarin adalah siding inti dari perkara Anas, mengapa? Karena dalam sidang tersebut salah satu saksi yang didatangkan adalah Nazaruddin, otak dari tuduhan yang disasarkan ke Anas. Namun apa lacur ternyata dengan seribu satu alasan, Nazaruddin tidak datang, dan KPK pun tampaknya juga malu-malu kucing untuk menjemput paksa “Sang Penyair”.




Tidak datangnya Nazar bukan berarti sidang kemarin tidak berarti apa-apa. Justru ada beberapa fakta mencengangkan yang bisa diperoleh khalayak umum. Sebuah informasi yang akan membelalakkan mata kita terhadap kinerja aparatur hukum di negeri ini. Yulianis membuka kesaksiannya dengan menceritakan betapa dia sangat terisiksa tiap kali Nazarudin menyuruhnya membuat laporan keuangan atas nama Anas, sementara Yulianis sendiri tidak tahu siapa Anas dan apa posisinya di perusahaan. Nazar sendiri kerap mengancam Yulianis jika banyak bertanya siapa Anas. Sikap kasar Nazar terhadap para pegawainya membuat Yulianis kemudian keluar dari perusahaan.




Sebelum sempat lepas dari Nazar, Yulianis pun diamankan oleh KPK. Yulianis menuturkan jika dia dibawa oleh orang-orang KPK ke Hotel Aston di daerah Senen. Hanya beberapa penyidik KPK yang bisa menemuinya, salah satunya adalah Novel Baswedan. Yulianis sempat menanyakan kenapa dia diisolasi, tetapi tak ada jawaban pasti dari orang-orang KPK. Pada kesempatan berikutnya, dia kemudian malah dipertemukan oleh orang-orang dari KPK yang mengaku dia bekerja kepada Nazar. Tak berhenti disitu, Yulianis mengutarakan jika dia juga pernah ditemui oleh salah satu pimpinan KPK yang mengaku bahwa dia juga orang Nazaruddin. Dalam keterangannya di persidangan kemarin, Yulianis mengaku jika KPK dikuasai oleh orang-orang Nazaruddin sehingga akan sulit jika melawan KPK.




Luar biasa. Seperti itukah ternyata kenyataannya? Kenyataan bahwa para penegak hukum kita ternyata bekerjasama dengan orang yang harusnya mereka tangkap. Bisa hadir dipersidangan kemarin ternyata menjadi kesempatan langka bagi penulis untuk menyaksikan kesaksian Yulianis yang membuka mata kita bagaimana proses penegakan hukum di negeri kita ini berlangsung. Masalahnya ini bukanlah kesaksian yang main-main, tempat dan nama yang diterangkan Yulianis pun sangat jelas. Ini masalah serius karena menyangkut kredibilitas KPK sebagai lembaga penegak hukum untuk memberantas korupsi. Kalau KPK saja bermain dengan para penjahatnya, bagaimana dengan penegakan hukum yang selama ini dikerjakan oleh KPK? Jangan-jangan mereka menangkap orang yang belum tentu bersalah hanya karena pesanan? Bisa jadi. Bahkan orang yang bersalah pun belum tentu dihukum sesuai kesalahannya hanya karena dia bisa menempatkan orang di dalam KPK untuk membantunya lolos dari jeratan. Itu masalah klasik di negeri ini yang takkan pernah hilang.




Penulis percaya jika Nazar bukanlah pelaku utama permainan KPK ini, pasti ada dalang besar yang memiliki kuasa sehingga mampu memainkan bidak catur penegak hukum sesuai keinginan mereka. Yang menguntungkan dirawat, yang melawan disikat ! Masalahnya adalah KPK tidak punya lembaga yang mengawasi, sehingga terkesan seperti lembaga yang paling benar. Bisa menghukum tetapi tidak bisa dihukum. Ini gawat, KPK tidak boleh semena-mena, mereka bukan malaikat. Kalau memang benar banyak orang Nazaruddin di KPK, usut !!! Jangan-jangan ringannya hukuman Nazaruddin, pengawalan yang ketat, fasilitas mewah di lapas dan ketidakhadirannya di persidangan kemarin adalah karena dia bisa mengatur internal KPK sesuai kehendaknya? Nah, percuma banyak slogan save KPK sementara KPK justru menjadi pelaku kejahatan itu sendiri. Hukum Indonesia harus adil dan tidak memihak siapapun ! Weleh-weleh, kalau media saja bisa melihat langsung kebenaran ini, mengapa rakyat Indonesia harus menutup mata dan terlalu mendewaan KPK? Mari berpikir sehat dan bijak. Salam.

watch this link: http://ift.tt/1mPGTla




Sumber : http://ift.tt/1ozC9FZ

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz