Penyakit EXCUSITIS Calon Presiden menurut Dr. DJ Schwartz
Dr. David J. Schwartz adalah seorang penulis salah satu buku yang mencapai Best Seller tingkat dunia, dimana bukunya juga telah sukses diterjemahkan hampir di semua bahasa mayoritas dunia, sebagai akibat isi karangannya yang inspiratip dan berhasil mempengaruhi serta membangkitkan jiwa positip pembacanya.
Rasanya siapapun (banyak sekali) akan mengetahui buku karya fenomenal Dr. Schwartz yang berjudul “The Magic of Thinking Big”, yang telah beberapa kali dicetak ulang karena tingginya permintaan, dan telah pula diterjemahkan dan diterbitkan dalam bahasa Indonesia dengan Judul “Berpikir dan Berjiwa Besar” ini. Sejak dasawarsa 1980-1990 buku ini seolah menjadi buku wajib bagi setiap mahasiswa Psikologi, tetapi sekaligus seolah menjadi buku wajib bagi pribadi siapapun yang memiliki keinginan maju berkembang dengan meningkatkan sesi kepribadiannya.
Buku ini, yang sempat aku baca saat masih muda dalam membantu memudahkan memahami masalah, memperbaiki interaksi dengan orang lain, bahkan membuatku selalu mampu “passed” dalam setiap interview-interview urusan lamaran pekerjaan, dan yang perlu anda tahu, buku ini adalah referensi utama saya kepada anak-anak saya disaat menghadapi ujian SMA, mencari perguruan tinggi hingga mendapatkan pekerjaan!!
Dalam buku ini dikupas tentang Penyakit Excusitis, berupa gejala ketidakmampuan seseorang menerima kekalahan dalam suatu perjalanan hidupnya, ataupun dalam suatu persaingan sedemikian rupa sehingga dia “mencari-cari alasan”. Alasan yang sebelumnya hanya dicari-cari ini, selanjutnya akan ditanamkan secara terus menerus kepada dirinya maupun lingkungannya, sehingga pada saat tertentu, secara sadar maupun tidak mereka menganggap “alasan” tadi adalah benar adanya.
Banyak contoh disajikan dalam buku Dr. DJ. Schwartz tersebut, tetapi saya akan memberikan contoh berdasarkan bukunya tersebut pada topik yang lagi hangat ditanah air, yaitu Pemilihan Presiden, lebih kusus lagi adalah penyakit EXCUSITIS yang ditunjukkan oleh Capres Prabowo setelah secara “sadar” mengetahui kekalahan dan ketidak berhasilannya untuk yang ke-tiga kalinya.
Alasan yang dimunculkan itu dan kontradiktif itu ternyata: “pemilu ini penuh kecurangan !!!”
Lucunya “alasan” ini, sebelumnya tidak pernah terdengar dari suara mereka, tidak ada klaim atas kecurangan2 dalam Pemilu, bahkan ketika saudara2 kita di Hongkong mengeluhkan pelaksanaan pemilu, mereka justru menyalahkan para TKI karena kegagalan menggunakan hak pilihnya dan bahkan menyampaikan tidak perlu ada pemilihan lanjutan untuk mengakomodasi para pemilih yang terlambat datang !!!!, “Artinya bahwa sistem pilpres tidak ada yang salah ”
Begitu juga pada saat hasil quick-count diumumkan oleh beberapa Lembaga survey kredibel yang menyatakan kemenangan Jokowi-JK, mereka serta merta “memproklamasikan kemenangan” walaupun hanya berdasar lembaga survey abal-abal dan melakukan syukuran dan pesta secara mencolok. “Artinya bahwa pemilu telah berjalan dan mereka menerima terbukti ketika Prabowo menyatakan dialah pemenangnya ”
Nah, semenjak web kawal pemilu.org yang netral dan sulit dicari alasan keberpihakannya kepada kubu manapun, berhasil menyelesaikan data dari hasil scan C-1 yang dipublikasikan KPU, maka sejak saat itu kambuhlah lagi penyakit excusitis dan memunculkan alasan baru tersebut, yaitu pemilu penuh kecurangan, sebagai satu main-stream sandaran tindakan mereka. Sadar atau tidak, berdasarkan alasan “pemilu curang itu” membuat mereka mengajukan pemilihan ulang di 5.000 tps, tetapi karena 5.000 tps tidak mencukupi selisih perolehan suara, kemudian meralat dengan menambah menjadi hampir 40.000 tps yang memiliki jumlah pemilih 21 juta suara harus diadakan PSU (Pemungutan Suara Ulang).
He he he, lucu, rupanya penyakit Excusitis itu telah menjalar tidak saja kepada Prabowo pribadi tetapi juga kepada tim sukses hingga pendukung fanatiknya. Mereka begitu yakin pemilu curang, sampai-sampai dimulai dengan tindakan dan pernyataan “menarik diri dari pilpres” walaupun lagi2 dikoreksi dan dibantah sendiri. Nah terakhir, mereka klaim sudah mengumpulkan 10 truk bukti kecurangan. Tetapi ternyata hanya membawa beberapa bundel pelaporan, entah kemana sisanya, jangan2 setelah dicek, ternyata kecurangan justru dilakukan oleh timnya sendiri. he he he. Terakhir kita sempat membaca, mereka akan mengerahkan 2.000 orang pengacara, wuihhh- banyak amoooat,
Tapi lihat saja buktinya nanti, seberapa banyak kumpulan pengacara “bayaran” yang siap menanggalkan panggilan nurani dan tangisan bumi pertiwi yang sedang terluka ini.
Relakah kita dipimpin orang2 yang sangat berambisi sehingga melupakan asas sportivitas dan kenegarawanan?, Relakah kita dipimpin orang yang hanya mencari kekuasaan demi rasa aman dan menutupi kekurangan dan kecurangan yang telah mereka lakukan? YANG JELAS, AKU TIDAK MAU IKUT SAKIT, AAHHHH
Sumber : http://ift.tt/1lGQgTH