Suara Warga

Kenapa Pulau Sumatra tidak banyak rel kereta?

Artikel terkait : Kenapa Pulau Sumatra tidak banyak rel kereta?


Pemudik di Pulau Jawa mudik dengan berbagai jalur, baik dengan mobil, kereta, maupun jalur laut dan udara. Sementara, pemudik antar provinsi di pulau Sumatra kebanyakan mengandalkan mobil (termasuk bis), walaupun transportasi rel sebenarnya lebih efisien dan aman. Infrastruktur rel di Sumatra sangat terbatas, sebagian besar hanyalah jalur peninggalan zaman Hindia Belanda, dan hanya mengubungkan sebagian kecil kota di Sumatra Utara, Sumatra Barat, Sumatera Selatan dan Lampung. Kota-kota lainnya tidak terhubung.


Rel kereta api Sumatra, peninggalan Hindia Belanda

Rel kereta api Sumatra zaman Hindia Belanda (1925)



Selain karena faktor pemerintah dan dana, ternyata faktor-faktor geografi, penduduk dan politik juga mempersulit pembangunan sistem kereta api di Sumatra


Geografi


Pulau Sumatra jauh lebih besar dibanding Pulau Jawa. Luasnya sekitar 3,5x luas Pulau Jawa dan jarak Banda Aceh-Bandar Lampung sekitar 3x jarak Jakarta-Surabaya. Selain itu, Pegunungan Bukit Barisan membujur dari utara ke selatan, dan terdapat kota-kota besar yang harus dihubungakan disebelah barat dan timur dari pegunungan ini. Jadi, harus ada jalur yang membujur di sebelah barat menghubungkan kota-kota seperti Padang, Bukittingi, dan Bengkulu, dan di sebelah timur menghubungkan kota-kota seperti Medan, Pekanbaru dan Palembang. Selain itu juga harus ada jalur yang melintasi pegunungan ini, misal untuk menghubungkan Riau dan Sumatra Barat.


Karena faktor geografi ini, menghubungkan kota-kota di Pulau Sumatra butuh jauh lebih banyak rel dan tentu jauh lebih banyak dana dibanding Pulau Jawa


Kependudukan


Walaupun luasnya lebih besar, Pulau Sumatra ternyata hanya memiliki penduduk sekitar sepertiga Pulau Jawa, dan kepadatannya hanya sekitar 1/10x pulau Jawa. Lebih kecilnya jumlah penduduk, menyebabkan return on investment (ROI) dari pembangunan sistem kereta api lebih kecil pula. Jumlah potensial penumpang akan lebih kecil, dan total manfaat yang dirasakan juga akan lebih kecil. Kalau kita lihat di bagian dunia yang lain, sistem rel kereta api yang sukses biasanya dibangun di kawasan-kawasan padat penduduk, seperti Jepang, Jerman dan Prancis. Amerika Serikat, yang daerahnya luas dan kepadatan penduduknya lebih kecil, tidak memiliki sistem rel kelas dunia seperti Eropa dan Jepang.


Politik


Ibukota dan pusat pemerintahan Indonesia ada di Pulau Jawa, dan presiden dan pejabat tinggi biasanya didominasi oleh orang-orang dari Pulau Jawa. Sebagian besar pemilih dalam pemilihan umum nasional juga dari Pulau Jawa, sehingga insentif untuk membangun di Pulau Sumatra mungkin lebih kecil dibanding Pulau Jawa.


Faktor-faktor ini ikut mempersulit pembangunan rel kereta api di Pulau Sumatera, karena faktor-faktor ini menaikkan biaya investasi yang harus dilakukan, tapi menurunkan insentif dan manfaat/return dari investasi tersebut. Bukannya saya mendukung kurangnya infrastruktur di pulau terbesar kedua Indonesia ini, justru saya sangat menyayangkan kurangnya infrastruktur transportasi disini.






Sumber : http://ift.tt/1xhAlAO

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz