Jokowi Presiden
Jokowi presiden. Dia memenangi pilpres lawan pesaingnya, Prabowo-Hatta. Pengumuman KPU menyebutkan itu. Di kolom ini, sejak tahun lalu, ketika Jokowi belum dicapreskan, soal itu sudah diprediksi. Inilah catatan tentang jalan takdir itu.
Jokowi akhirnya memenangi laga memburu wahyu keprabon. Sebuah perburuan panjang yang dipenuhi kontroversi dan ambivalensi. Dari ketidak-pastiannnya dicalonkan partainya, PDI Perjuangan, legowonya Megawati undur sebagai kandidat, rontoknya secara alami kandidat lain yang sejak dini nyapres. Dan akhirnya, di final, hanya menyisakan satu pesaing, yaitu Prabowo Subianto yang berpasangan dengan Hatta Rajasa.
Di kolom ini, sejak Desember 2013, dalam “Jokowi Kuda Troya PDIP” digambarkan secara gamblang, bahwa mantan Wali Kota Solo itu akan membawa kegemilangan PDIP. Partai ini akan unggul di pileg dan menang di pilpres. Dia ‘Kuda Troya’, implisitas dari kekuatan yang tidak diduga akan mampu membalik keadaan.
Pada bulan itu pula dalam tulisan “Jokowi dan Dilema Mega” dilukiskan kegalauan Megawati yang kemungkinan tidak maju sebagai capres, serta kalau Jokowi yang dimajukan. Anaknya, Prananda atau Puan Maharani yang akan mendampingi sebagai cawapres. Itu di tengah riuhnya capres-cawapres yang akan ikut berlaga, seperti Aburizal Bakrie, Pramono Edhie, Gita Wirjawan, Dahlan Iskan, Wiranto-Harry Tanoe, Prabowo, Marzuki Alie, Mahfud MD, Rhoma Irama, dan Hatta Rajasa.
Ketika pileg digelar, peta ini tiba-tiba berubah. Kendati pemenangnya tetap PDIP seperti yang diprediksi, tetapi suara parta itu tidak dominan. Penurunan suara Partai Demokrat menyebar hampir rata pada partai yang lain. Itu menginspirasi tiap partai untuk menggalang koalisi. ‘Fusi’ dianggap jalan terbaik agar mampu mengusung jago. Dan Jokowi yang belum diajukan sebagai cawapres ditimbang kembali untuk dicalonkan PDIP atau tidak.
Saat itu Jakarta terus-terusan dihajar banjir. Undangan untuk datang ke sebuah ponpes di Situbondo tidak jadi dipenuhi Jokowi. Pada kesempatan berikutnya Jokowi datang ke Ponpes Al Baghdadi di Rengasdengklok. Di sinilah peristiwa langka terjadi. Jokowi yang datang dengan alasan minta doa agar Jakarta tidak banjir itu berubah ‘pentahbisan’. Jokowi ‘dipresidenkan’.
Junaedi Al Baghdadi, sang kiai jutaan jamaah itu membuat Jokowi kerasan. Lelaki yang kini memenangi kursi RI-1 itu betah tinggal hingga pukul 01.00 WIB dinihari. Di larut malam itu, saban sang kiai meneriakkan nama Jokowi, ribuan jamaah itu meneriakkan kata presiden. Di ponpes inilah Jokowi kali pertama ‘menjadi presiden’. ‘Presiden’ ketika dia belum dicapreskan.
Sehari sebelum Jokowi dicapreskan, dalam kolom ini juga diprediksi, bahwa Jokowi akan resmi maju sebagai capres PDIP. Simbol itu jelas. ‘Ritus’ yang dilakukan Megawati di makam Bung Karno menyiratkan itu. Jokowi diajak serta, di tengah kesibukannya yang padat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Sebelum dan setelah PDIP mengusung Jokowi untuk berlaga dalam pilpres, tulisan yang mengarah pada kemenangan lelaki Solo itu tertuang dalam “Inggih & Politik Jawa“, “Rapopo & Perlawanan Diam“, “Rakyat Sirep” yang menuliskan nama Jokowi secara eksplisit, serta beberapa tulisan lagi yang berkonotasi ke Jokowi, tetapi tidak menyebut nama untuk menghindari konflik.
Malah dalam bukuku “Satrio Piningit” yang diterbitkan Penerbit Narasi Yogyakarta yang edar bulan April 2014 terdapat satu bab tentang Jokowi, “Satrio Piningit Era Reformasi”. Berbagai rujukan serat kuno disertakan, sebagai bahan kajian sekaligus padanan, bagaimana tanda-tanda munculnya calon pemimpin baru.
Prediksi kemenangan Jokowi di kolom ini melengkapi ketepatan prediksi serupa saat SBY menang lawan Mega dan SBY menang di periode kedua. Juga tentang prediksi di Piala Dunia tahun 2010, dan secuplik prediksi di Piala Dunia tahun ini. Dalam prediksi Piala Dunia 2014 ini, kendati hanya tiga tulisan, tetapi itu sudah bisa dijadikan rujukan hingga semi-final, karena keempat semifinalis itulah negara yang diramalkan bakal sebagai juara.
Tulisan ini bukan riya’. Ini wujud rasa syukur, bahwa saya masih diberi kepekaan dari Sang Kuasa untuk melihat tanda-tanda. Ini juga sebagai penjaga hati agar tidak terkontaminasi hedonisasi, yang akan menghilangkan kepekaan itu. Sisi lain, di era teknologi informasi ini dibutuhkan pengakuan, agar kerja kreatifnya mendapat apresiasi. Terus bagaimana kerja Jokowi dalam menjalankan roda negeri ini?
Inilah pemerintahan yang akan membuat banyak pihak terkaget-kaget. Akan ada langkah Jokowi-JK, yang setelah dijalani akan mendatangkan kejutan-kejutan. Semoga semua kejutan itu bernilai positif. Itu doa kita semua.
Catatan : Tulisan ini telah ditayang di Kolom Djoko Su’ud Sukahar di detik.com, Kamis, 24/07/2014 10:28 WIB
Sumber : http://ift.tt/1rTNfnT