Suara Warga

Cerpen Politik Menggelitik "Terkuburnya Asa Menteri Ara"

Artikel terkait : Cerpen Politik Menggelitik "Terkuburnya Asa Menteri Ara"

Terkuburnya Asa Menteri Ara



Siang itu Pak Joko sang Presiden Negeri Nusatawa menunggu kedatangan sahabatnya yang selama ini berada di barisan paling depan dalam masa kampanye untuk memenangkan dirinya pada pertarungan Pemilihan Presiden. Pak Joko akan mengumumkan kepada Rakyat Nusatawa susunan para pembantunya atau Menteri pada masa jabatan dirinya sebagai Presiden. Bg Ara adalah salah satu calon Menteri yang akan menjabat di Kabinetnya.

“Bang Ara sudah dimana?” Tanya Pak Joko melalui telepon seluler

“Sudah mau dekat Istana ini Pak.” Jawab Bg Ara

“Oke-oke, ta’ tunggu di yah.” Lanjut Pak Joko dengan logat Jawanya

Tak berapa lama kemudian, kendaraan pribadi Bang Ara akhirnya tiba di Istana. Saat itu juga Pak Joko menghampiri dan menyambut Bang Ara keluar dari mobilnya.

Kedua sahabat ini memang merasakan kedekatan yang sangat dibandingkan dengan calon-calon Menteri Pak Joko. Pak Joko merasa sangat berhutang budi atas jasa yang telah Bang Ara berikan sehingga ia dapat memenangkan Pemilihan Presiden.

“Selamat datang Bang” Sambut Joko dengan salam dan pelukan hangat

“Maaf ya Pak saya terlambat, maklumlah Kota ini sangat macet” Jawab Bang Ara

“Oh, rapopo kok Bang. Ayok kita berkumpul dengan teman-teman yang lain” Ajak Pak Joko

Pak Joko dan Bang Ara kemudian berkumpul di tempat Para Calon Menteri lainnya. Namun ada hal yang tidak diduga-duga oleh Pak Joko tentang penyusunan Kabinet dirinya. Calon Menteri dari Partai terkuat yang mengusung dirinya yakni Partai Demokrisis Nusatawa Perjuangan (PDN-P) ternyata tidak menginginkan Bang Ara menjadi Menteri di Kabinet Pak Joko.

“Eh, lihat tuh si Ara datang. Ternyata bener si Joko mau jadiin die Menteri” Kata Pohon Mahoni kepada rekannya.

“Si Ara itu kan yang dulu menghalangai Ibu kita untuk dicalonkan dari Partai kita sebagai Capres kan?” Jawab Cahayo Kumalas.

“Bener tuh, w gak suka sama dia. Sok yang paling berjasa dia jadinya. Padahal Partai kita toh gak menang telak juga kan gara-gara si Joko kita Capreskan” Tambah Rintih Sumarni memanaskan keadaan.

“Ayok kita ajak si Joko bicara” Sambung Pohon yang kemudian mengajak Pak Joko masuk ke dalam ruangan lain bersama rekan calon Menteri PDN-P lainnya.

Usut punya usut berdasarkan laporan paparazia, ternyata Bang Ara juga menjadi aktor yang paling ngotot untuk PDN-P mengenalkan kepada rakyat bahwa Pak Joko adalah Capres yang dicalonkan dari PDN-P pada saat Pemilihan Legislatif berlangsung. PDN-P kemudian menerima ide Bg Ara namun niat jahat ternyata ada di Petinggi-petinggi Partai tersebut. Dimana apabila PDN-P menang telak pada Pemilihan Legislatif maka calon yang akan diajukan sebagai Presiden dari PDN-P adalah Ibu Ketua dan wakilnya Pak Joko. Hal inilah yang membuat calon Menteri dari PDN-P membenci kehadiran Bg Ara di susunan Kebinet Pak Joko.

“Pak, kami tidak terima kalo si Ara ada di susunan Kabinet kita” Kata Pohon kepada Pak Joko

“Loh, kenapa? Apa dia orang yang salah untuk jadi Menteri di Kabinet kita?” Jawab Pak Joko

“Pokoknya kami tidak bisa menerima kehadiran dia!” Tambah Cahayo Kumalas

“Tidak bisa begitu. Kalian tidak logis, lembaga Anti Korupsi saja tidak memberi tanda negative kepada dia” Bela Pak Joko

“Kalo gitu begini saja, Ara yang tidak jadi Menteri atau kami semua yang mundur jadi Menteri?” Ancam Pohon kepada Pak Joko.

Pak Joko sebenarnya tahu apa yang membuat teman-temannya membenci Bang Ara di susunan Kabinet dirinya. Namun Pak Joko tidak mau mengungkit masalah itu dan hanya membela sebisa yang ia lakukan. Namun tekanan politik yang dihadapi Pak Joko ternyata membuat dirinya dalam keadaan super bingung. Pasalnya Menteri dari PDN-P berjumlah 5 orang termasuk Bang Ara. Jika ia memaksakan kehendak untuk tetap mempertahankan Bang Ara, ia harus mencari pengganti 4 Menteri dalam waktu yang hanya tinggal 2 jam sebelum pengumuman. Akhirnya Pak Joko pun memutuskan dan menghampiri Bang Ara.

“Bang, aku tidak tahu apa yang harus kuputuskan. Mereka masih menyimpan luka lama mereka” Kata Pak Joko kepada Bang Ara

Bang Ara tersenyum kecil menahan perasaan sedihnya “Kalau begitu saya tahu apa yang terbaik Pak, saya ikhlas jika itu membuat Bapak lebih tenang memimpin Negeri ini”

“Maafkan aku bang, aku benar-benar dalam keputusan yang sulit” Pak Joko memeluk sahabatnya

“Tidak apa-apa, saya akan tetap membantu Bapak demi Negeri kita ini” Kata Bang Ara menutup percakapan haru mereka.

Pak Joko kemudian mengantarkan Bang Ara menuju mobil pribadinya dan meninggalkan para Menteri yang lainnya. Padahal Bang Ara belum ada 2 jam berada di Istana itu.

“Sekali lagi saya sungguh kagum terhadap pengertian Bang Ara”

“Ini hidup Pak Joko, ada yang senang dengan kita ada juga yang tidak senang. Bagaimanapun juga yang terpenting adalah kita bekerja untuk rakyat. Saya juga belajar banyak dari Pak Joko” Kata Bang Ara yang kemudian masuk ke dalam mobil.

Bang Ara sudah masuk ke mobil, namun Pak Joko tetap menunggu. Ini seperti perpisahan seorang sahabat dengan sahabatnya dalam sebuah adegan-adegan drama yang menyedihkan. Pak Joko tidak juga meninggalkan tempat asal Bang Ara memasuki mobil sebelum mobil Bang Ara tak terlihat lagi oleh Pak Joko.

Pak Joko kemudian menghubungi calon Menteri lain untuk menggantikan posisi Bang Ara dan beberapa saat kemudian mengumumkannya kepada Publik. L L L






Sumber : http://ift.tt/1wR5ufn

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz