Suara Warga

Bukan Bencana Demokrasi, Tetapi Bencana Nasional

Artikel terkait : Bukan Bencana Demokrasi, Tetapi Bencana Nasional

Kemenangan KMP mengembalikan pilkada dari langsung oleh rakyat menjadi dipilih oleh DPRD, banyak yang mengatakannya sebagai kematian dan bencana demokrasi. Saya hampir setuju bahwa itu betul memang sebagai bencana demokrasi, tetapi saya akan lebih setuju jika itu adalah jalan menuju kematian bangsa.

Sebuah ironi sedang kita saksikan. Alasan utama yang sering didengungkan adalah pilkada langsung oleh rakyat tidak sesuai dengan Pancasila terutama sila ke-4. Kalimat “dalam permusyawaratan dan perwakilan ” menjadi acuan utama. Ironinya adalah bahwa penetapan UU Pilkada justru tidak dilakukan melalui permusyawaratan tetapi justru melalui voting. Ironi ini justru makin memperjelas karakter KMP yang sesungguhnya. Pancasila hanya sebuah alasan atau alat untuk mewujudkan ambisi terhadap kekuasaan. Kalimat “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan” tidak pernah mereka baca atau renungkan.

Detik-detik terakhir kekuasaannya, kita menyaksikan karakter sesungguhnya dari Bapak SBY, anda bisa menyimpulkan sendiri. Detik-detik terakhir kekuasaan SBY ini membuat saya kini menjadi mengerti mengapa Ibu Megawati begitu sangat ngotot tidak mau berbaikan dengan pak SBY.

Tak sulit untuk menduga langkah KMP berikutnya, pasti menuju ke amandemen UUD. Selentingan itu sudah mulai digaungkan sekarang. Tak sulit juga untuk menduga pasal yang akan diamandemen, pasti tentang pilpres dan masa jabatan presiden, mengembalikan pemilihan presiden langsung oleh rakyat menjadi presiden dipilih oleh MPR. Masa jabatan Presiden dua periode berubah menjadi “dapat dipilih setiap 5 tahun sekali”. Saya berani bertaruh, begitulah rencananya. UU tentang KPK dan MK juga pasti akan dicabut, maka lengkap sudah kekuasaan menumpuk di tangan KMP beserta geng-gengnya.

Meski begitu masih ada dua harapan tersisa bagi rakyat. Mengajukan UU itu ke MK sambil berharap MK membatalkannya. Jika harapan itu tidak bisa terkabul, maka harapan terakhir adalah pada saat pileg 2019.

Mari kita seluruh rakyat bersatu padu, tidak memberikan satu suarapun kepada partai-partai yang tergabung ke dalam KMP.

Jalan terakhir yang tidak diharapkan oleh siapapun, tetapi mungkin diperlukan, adalah REVOLUSI. Adakah yang siap menjadi sasaran peluru KMP?.




Sumber : http://ift.tt/1riwcOY

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz