Suara Warga

Belajar Berpolitik ala SBY dan Demokrat

Artikel terkait : Belajar Berpolitik ala SBY dan Demokrat



14118585102026157750

katakan tidak! pada (hal) korupsi (sumber: www.kaskus.co.id)



Siapa yang tidak kenal dengan partai Demokrat? Partai berlambang bintang mercy dengan jargon Nasionalis relegius ini dikenal luas oleh rakyat Indonesia. Pasalnya partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tersebut telah menjadi partai pemerintah selama dua periode berturut-turut. Partai yang identik dengan SBY tersebut juga terkenal dengan BLT, BLSM dan Raskin-nya yang masuk dalam program pengentasan kemiskinan ala pemerintahan SBY beserta program-program lainnya.


Partai Demokrat didirikan atas inisiatif SBY yang terilhami oleh kekalahan terhadap SBY pada pemilihan Calon wakil Presiden dalam Sidang MPR tahun 2001.


Dari perolehan suara dalam pemilihan cawapres dan hasil pooling public yang menunjukkan popularitas yang ada pada diri SBY beberapa orang terpanggil untuk memikirkan bagaimana sosok SBY bisa dibawa menjadi Pemimpin Bangsa dan bukan direncanakan untuk menjadi Wakil Presiden RI tetapi menjadi Presiden RI untuk masa mendatang.


Hasilnya adalah beberapa orang menyatakan dukungannya untuk mengusung SBY menjadi Presiden. Karena alasan tersebutlah maka didirikan Partai Demokrat sebagai kendaraan yang mengusung SBY menjadi presiden. Partai Demokrat didirikan pada 9 September 2001 dan disahkan pada 27 Agustus 2003 .



Dua Periode Menjadi Partai Pemerintah



Partai Demokrat pertama kali ikut dalam pesta domokrasi adalah pada pemilu 2004. Dari 24 partai peserta pemilu PD menempati urutan sembilan dan perolehan suara. PD memperoleh 7,45 % dan mendudukkan 57 kadernya dalam kursi gedung DPR RI. Dari perolehan tersebut PD bisa mencalonkan SBY menjadi presiden. PD berkoalisi dengan PBB dan PKPI mengusung SBY dan Jusuf Kalla menjadi pasangan capres-cawapres.


Setelah melewati dua putaran pilpres, akhirnya SBY dan Jusuf Kalla terpilih menjadi presiden dan wakil presiden RI 2004-2009. Dengan terpilihnya capres-cawapres yang diusung PD, maka PD menjadi partai pemerintah. Setelah SBY menjadi presiden, banyak program-program yang mereka klaim memihak rakyat, demi rakyat dan mengentaskan kemiskinan. Semua itu menjadikan popularitas SBY dan PD melejit.


Sebagai incumbent SBY dan PD mudah untuk memenangkan pemilu legislatif dan Pilpres 2009. Dalam pemilu 2009 PD menempati peringkat pertama dari 34 partai peserta pemilu 2009 dengan perolehan suara 21.703.137 dengan persentase 20,85 %. Dari perolehan tersebut, PD berhasil mendudukkan 150 kadernya di kursi empuk gedung DPR RI. SBY kembali mencalonkan diri menjadi presiden, dengan berpasangan dengan Budiono, akhirnya SBY menjadi presiden untuk kali yang kedua. PD kembali menjadi partai pemerintah 2009-2014.



BLT dan BLSM


Bantuan Langsung Tunai (BLT) adalah program yang sangat fenomenal yang mampu mendongkrak perolehan suara PD di pemilu 2009. BLT adalah program untuk menyiasati kebijakan kenaikan BBM yang dibuat oleh pemerintahan SBY-JK. Demi menanggulangi efek kenaikan harga bagi kelompok masyarakat miskin, pemerintah memperkenalkan program BLT kepada masyarakat untuk pertama kalinya di tahun 2005.


Berdasarkan instruksi presiden nomor 12, digalakanlah program BLT pada Oktober tahun 2005 hingga Desember 2006 dengan target 19,2 juta keluarga miskin. Lalu, karena harga minyak dunia kembali naik, BLT pun kembali diselenggarakan pada tahun 2008 berdasarkan instruksi presiden Indonesia nomor 3 tahun 2008. Pihak yang paling diuntungkan dari program BLT adalah Partai Demokrat. Selain pencitraan yang baik terhadap SBY, BLT juga salah satu pendongkrak suara PD dipemilu 2009.


Setelah terpilih kembali menjadi presiden 2009-2014, SBY kembali menaikkan harga BBM tahun 2013. Untuk menyiasati kenaikkan BBM yang ke empat kalinya selama pemerintahan SBY, maka digulirkan program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). Secara mekanisme, BLSM sama seperti BLT, dan jumlah anggaran yang dikeluarkan untuk program ini adalah 3,8 triliun rupiah untuk 18,5 juta keluarga miskin, dengan uang tunai 100 ribu rupiah per bulannya. Hikmah adanya program ini adalah mengajarkan rakyat untuk sabar mengantri. Tapi program ini tidak dapat mendongkrak perolehan suara PD dalam pemilu 2014.


BLT dan BLSM adalah kebijakan yang kontroversial, program yang terkesan memanjakan rakyat tersebut, selain untuk menyiasati ternyata mengelabui rakyat. Walaupun dapat uang, ternyata tidak cukup juga untuk memenuhi kebutuhan hidup karena mahalnya harga sembako akibat kenaikkan harga BBM. Berdalih untuk menyiasati, tapi ternyata untuk pencitraan demi mendongkrak perolehan suara.


Menaikkan dan menurunkan harga BBM, dibarengi dengan pembagian BLT dan BLSM menjadikan populeritas SBY dan PD semakin melejit. Pemilu 2009 PD jadi pemenang pemilu dan SBY jadi presiden kembali. Hal tersebut salah satunya berkat dari kebijakan menaikkan harga BBM dan menurunkan kembali menjelang pemilu, serta dibarengi dengan BLT. Tapi, untuk kebijakan kenaikkan BBM tahun 2013 dan program BLSM-nya tidak mampu mendongkrat perolehan suara PD pada pemilu 2014, karena citra PD mulai redup disebabkan oleh banyaknya kader PD yang tertangkap KPK.



Katakan Tidak Pada (hal) Korupsi


Masih terngiang dalam ingatan kita di TV ada iklan Partai Demokrat, dalam iklan tersebut, para keder PD mengatakan “katakan tidak pada korupsi”. Seingat saya ada Angelina Sondakh, Andi Mallarangeng, Anas Urbaningrum Ibas dan SBY dalam iklan tersebut. Iklan dengan kenyataannya ternyata berbeda, malah orang-orang yang ada dalam iklan tersebut tertangkap oleh KPK dan dipenjarakan karena terbukti melakukan korupsi.


Jadi, iklan yang awalnya “katakan tidak pada korupsi” berubah menjadi “katakan tidak, pada (hal) korupsi. Semoga orang-orang yang ada dalam iklan, selain yang sudah ditangkap juga ikut-ikutan ketangkap KPK karena tindakan korupsi.


Yang menarik dari tertangkapnya koruptor ditubuh PD, tidak menjadikan SBY sebagai presiden tebang pilih dalam pemberantasannya. Walaupun Angelina Sondakh, M. Nazaruddin, Andi Mallarangeng dan Anas Urbaningrum bagian dari partainya SBY, tapi SBY mendukung penuh upaya hukum yang harus dijalani oleh mereka. Tidak pandang bulu, walaupun kader partainya, kalau bersalah harus tetap dihukum. Walaupun terkadang penyelesaian hukumnya dirasa sangat lamban.



Menolak Menaikkan BBM


Diakhir masa jabatannya, SBY didesak untuk menaikkan harga BBM oleh pihak pemenang pilpres 2014. Tapi, SBY menolak untuk menaikkan harga BBM, mungkin karena tidak ingin menyengsarakan rakyat untuk kesekian kalinya. Saya berpikir ini adalah akhir yang baik.



Walkout yang Fenomenal


Masih segar dalam ingatan kita tentang aksi walkout yang dilakukan oleh fraksi PD dalam sidang paripurna untuk mensyahkan RUU Pilkada. Dari aksi tersebut seolah-olah PD cuci tangan, seperti tidak mau bertanggungjawab dengan apa yang terjadi dikemudian hari akibat RUU tersebut. Aksi tersebut mendapat kecaman keras dari berbagai kalangan. Di media sosial isu tersebut menjadi trending topic. SBY yang jadi sasaran kemarahan para netizen.


Tidak ada yang mau mengaku tindakan tersebut atas inisiatif siapa. Kebetulan SBY sedang berada di luar negeri. Salah satu kader PD mengklaim bahwa tindakan mereka untuk memperjuangkan rakyat. Kader tersebut juga mengklaim rakyat semakin jatuh cinta dengan Partai Demokrat.


Karena aksi tersebut, akhirnya pihak yang mendukung Pilkada langsung menjadi kalah voting. Padahal fraksi demokrat beberapa hari sebelum sidang paripurna menyatakan mendukung pilkada langsung. Sudah sangat diharapkan untuk memenangkan opsi pilkada langsung, tapi malah mereka melakukan walkout.


Tapi, anehnya SBY merasa kecewa dengan hasil sidang tersebut. Dan akan mengajukan gugatan ke MK terkait Undang-udang tersebut. Sebenarnya permainan politik jenis apa lagi yang dilakukan oleh SBY? Beliau sebagai presiden, pihak pemerintah yang berinisiatif adanya RUU Pilkada tersebut. Tapi kenapa fraksi PD malah meninggalkan sidang paripurna? Kalau memang masih menghendaki Pilkada langsung, kenapa tidak menyuruh fraksi PD tetap berada diruang sidang untuk memenangkan voting memilih opsi pilkada langsung?


Itulah salah satu kelihaian SBY dalam berpolitik, disatu sisi dia diberi ucapan terimakasih oleh pihak yang mendukung Pilkada lewat DPRD. Disisi lainnya dia mendapat simpati dari pihak yang mendukung pilkada lansung karena sudah merasa kecewa. Pinginnya citranya tidak tercoreng, tapi tetap saja banyak yang tidak suka dengan tindakannya. Itulah politik, susah ditebak, berubah-ubah tergantung kebutuhan. Dan itu sudah ditunjukkan oleh fraksi PD dan SBY. Menjadikan walkout sebagai tindakan yang fenomenal. Kita tunggu manuver-manuver politik PD dan SBY selanjutnya.



Penutup


Semua partai punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Semua partai punya lovers dan haters masing-masing. Seberapa pun kita bencinya dengan partai demokrat, apa salahnya jika kita belajar yang baik-baik dari mereka. Tinggalkan yang buruk dan ambil yang baiknya. Kalau yang lebih dominan adalah buruknya, apakah baiknya kita tinggalkan saja?



Jambi, 27 September 2014



Sumber bacaan:


http://ift.tt/1qqCo78


http://ift.tt/1DJDrTW


http://ift.tt/1vh2LNk


http://ift.tt/1qHHFBj


Puspoyo, Widjanarko. 2012. Dari Sukarno Hingga Yudhoyono, Pemilu Indonesia 1955-2009. Solo: PT Era Adicitra Intermedia








Sumber : http://ift.tt/1vh2LNo

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz