Refleksi Akhir Tahun 2014: Merajut Kembali Ke-Indonesiaan Kita
Hanya dalam hitungan beberapa hari lagi, kita akan segera mengakhiri tahun 2014 dan menyambut kedatangan tahun baru 2015. Kita telah menjalani suka dan duka di tahun 2014 dengan baik, dan siap-sedia menyambut tahun yang baru. Ada begitu banyak peristiwa penting yang terjadi sepanjang tahun 2014. Sebagai suatu bangsa, kita harus melakukan evaluasi dan refleksi tentang berbagai peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Agar sebagai bangsa Indonesia, kita dapat mempersiapkan diri menyongsong harapan di tahun yang baru. Persiapan untuk mewujudkan harapan yang dapat membuat kehidupan berbangsa kita menjadi jauh lebih baik.
Tahun Pemilu
Tahun 2014 adalah tahun pelaksanaan pemilu legislatif dan pemilu presiden. Di tahun ini dilangsungkan dua kali pemilu untuk memilih para anggota legislatif (DPR, DPD dan DPRD) dan memilih presiden/wakil presiden Republik Indonesia. Kedua pemilu tersebut berhasil terselenggara dengan baik tanpa konflik yang berarti serta berhasil memberikan pelajaran dan pendidikan demokrasi bagi rakyat Indonesia.
Pada tahun 2014 ini juga untuk pertama kalinya pemilu presiden diikuti oleh dua pasang kandidat calon presiden dan wakil presiden. Hal ini otomatis membuat pilihan rakyat Indonesia terpolarisasi menjadi dua kutub. Pertarungan politik di arena pemilu presiden di tahun ini juga berlangsung dengan sengit. Dan ternyata, bangsa Indonesia tetap berhasil melalui pemilu presiden dengan baik. Sungguh sebuah pengalaman yang luar biasa bagi bangsa yang sedang belajar merangkak dalam membangun kehidupan demokrasinya. Di tahun inilah rakyat Indonesia mampu menunjukkan kedewasaan dan kematangannya dalam berdemokrasi. Rakyat Indonesia tetap mampu menjaga kondusifitas sosial, politik dan keamanan selama tahapan pemilu berlangsung sampai dengan pelantikan presiden/wakil presiden terpilih. Tahun dimana bangsa Indonesia menunjukkan kepada dunia bahwa proses konsolidasi demokrasi kita yang baru berumur 15 tahun itu berjalan semakin matang ke arah yang lebih baik.
Di tahun ini juga muncul gerakan demokrasi partisipatif, dimana rakyat secara swadaya menggalang kekuatannya untuk membantu memenangkan dan mendanai calon presidennya. Gerakan demokrasi partisipatif ini menunjukkan bahwa rakyat masih menaruh harapan yang besar terhadap keberhasilan sistem demokrasi dalam mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial. Harapan bahwa pemilu masih mampu menghasilkan pemimpin rakyat yang berkarakter dan amanah saat menjalankan kekuasaannya.
Tahun Politik
Tahun 2014 sebagai tahun pemilu mengakibatkan situasi dan kondisi iklim politik setelah pelaksanaan pemilu tidak otomatis langsung menjadi cair dan kondusif. Setelah penetapan hasil pemilu presiden, kekuatan politik Indonesia terbelah menjadi dua koalisi besar yang sebelumnya juga menjadi pengusung kedua pasangan capres/cawapres. Fraksi-fraksi partai politik di DPR RI akhirnya terbagi menjadi koalisi partai pendukung pemerintah dan koalisi partai oposisi pemerintah. Hal ini mengakibatkan banyak isu-isu dan kebijakan yang diambil setelah pengumuman hasil pemilu presiden ditarik ke dalam wilayah politik.
Salah satu proses pengambilan keputusan dan kebijakan yang menunjukkan pertarungan politik di antara kedua kekuatan koalisi ini adalah UU MPR, DPR, DPD dan DPRD (MD3) serta UU Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Pengubahan UU MD3 menentukan partai apa saja yang berhak mendapatkan posisi pimpinan DPR, pimpinan komisi dan pimpinan badan kelengkapan DPR. Sedangkan pengubahan UU Pilkada kembali kepada sistem pemilihan oleh DPRD menentukan siapa saja yang akan menjadi Bupati, Walikota dan Gubernur. Walaupun UU Pilkada telah dibatalkan dengan diterbitkannya Perppu Pilkada oleh mantan presiden SBY, namun pengesahannya harus menunggu keputusan paripurna DPR, yang sampai saat ini masih belum mampu berbuat banyak untuk menjalankan fungsinya karena tarik-menarik kepentingan antara dua koalisi besar DPR terkait revisi UU MD3. Keadaan ini membuat DPR tidak produktif sejak dilantik Oktober lalu.
Di tahun politik ini rakyat Indonesia diajarkan suatu pelajaran yang sangat berharga, bahwa politik bisa bergerak di luar nalar apabila menyangkut kepentingan tertentu. Pelajaran yang menunjukkan bahwa untuk menciptakan pemerintahan yang kuat dan stabil secara politik, juga perlu mendapatkan dukungan yang kuat di parlemen. Melatih dan mendidik rakyat Indonesia untuk siap menghadapi pelaksanaan pemilu legislatif dan pemilu presiden secara serentak pada tahun 2019.
Tahun Sosial
Di tahun 2014 ini bangsa Indonesia juga dilanda sejumlah bencana alam seperti banjir, erupsi gunung berapi dan tanah longsor. Beberapa diantaranya menimbulkan korban jiwa dan kerugian yang tidak sedikit. Bencana erupsi gunung Sinabung bahkan masih terus berlangsung hingga saat ini. Ribuan warga terpaksa tinggal di dalam pengungsian karena status aktivitas gunung Sinabung yang masih tinggi. Bencana juga terjadi menjelang penutupan tahun 2014. Bencana tanah longsor di Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah mengakibatkan 95 korban jiwa meninggal dunia, 13 orang hilang dan ribuan jiwa penduduk tinggal di dalam pengungsian. Di penghujung tahun, banjir juga kembali melanda beberapa daerah di Provinsi Aceh, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Indonesia termasuk dalam kategori wilayah yang rawan terhadap bencana alam seperti gempa, tsunami, gunung berapi, banjir dan tanah longsor. Untuk itu diperlukan sistem pengelolaan tanggap bencana yang baik. Ada sisi positif yang bissa dipetik dari bencana alam yang sering melanda wilayah Indonesia. Pertama, kita harus segera memperbaiki sistem pengelolaan tanggap bencana nasional dan daerah menjadi lebih baik lagi. Hal ini berguna untuk meminimalisasi resiko dan mencegah terjadinya korban jiwa apabila bencana datang melanda. Pendidikan tanggap bencana juga harus dimulai sejak usia dini dan masuk dalam sistem pengajaran pendidikan nasional agar setiap warga negara Indonesia menjadi warga yang selalu siap sedia menghadapi datangnya bencana. Kedua, terjadinya bencana menyadarkan dan membangkitkan kembali sisi solidaritas dan rasa gotong royong kita sebagai suatu bangsa. Begitu bencana datang melanda suatu daerah, warga negara Indonesia dari daerah lain segera menggalang kekuatannya untuk membantu meringankan penderitaan para sahabat sebangsa setanah-airnya yang menjadi korban bencana alam. Gerakan solidaritas dan gotong royong yang sangat menunjukkan jati diri ke-Indonesiaan.
Tahun Harapan
Setelah tahapan pemilu legislatif dan pemilu presiden selesai dengan dilantiknya anggota DPR/MPR dan presiden/wakil presiden yang baru, secara resmi Indonesia memiliki parlemen dan kepala pemerintahan yang baru. Pemerintahan baru, yang berarti harapan baru. Rakyat Indonesia punya begitu banyak harapan kepada pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla (Jokowi-JK) yang baru saja dilantik Oktober lalu. Saat pelantikannya saja, sudah menunjukkan betapa besarnya harapan rakyat Indonesia itu. Ratusan ribu orang mengiringi perjalan presiden dan wakil presiden yang baru dari lokasi pelantikan mereka di gedung DPR/MPR Senayan sampai ke Istana Negara. Acara pesta syukuran rakyat juga dibuat untuk menyambut pemimpin baru dan harapan baru itu. kehadiran rakyat itu menunjukkan kerinduan akan sosok pemimpin yang mampu mengurai seluruh permasalahan republik. Pemimpin pilihan rakyat, yang mampu membawa rakyat Indonesia mencapai cita-cita kemerdekaan, masyarakat Indonesia yang cerdas, sejahtera, adil dan makmur. Hal serupa juga terlihat saat pelantikan kabinet kerja yang sederhana dan sangat jauh dari kesan mewah. Melegitimasi bahwa mereka dilantik sebagai panitia pelayan rakyat yang harus bekerja keras untuk memperjuangkan segala sesuatu yang menjadi kepentingan rakyat.
Ada sisi positif dari deretan peristiwa gerakan rakyat sepanjang pelaksanaan pemilu di tahun 2014. Gerakan rakyat yang dimaksud adalah gerakan demokrasi partisipatif dan pesta syukuran rakyat saat pelantikan presiden/wakil presiden yang baru. Pertama; ini menunjukkan kepercayaan rakyat akan keberhasilan sistem demokrasi. Kedua; presiden dan wakil presiden yang baru, terpilih karena dukungan gerakan rakyat yang secara swadaya membantu pendanaan kampanye pasangan calon dan membantu menggalang kekuatan mengorganisir sesama rakyat. Ketiga; presiden dan wakil presiden yang baru mendapatkan harapan dan kepercayaan yang besar dari rakyatnya. Ketiga hal ini harus diperhatikan secara serius oleh pemerintahan Jokowi-JK dan para menteri Kabinet Kerja agar benar-benar hati-hati menjaga harapan besar dan kepercayaan rakyat itu. Jika pemerintahan yang baru juga gagal dalam mengupayakan kehadiran negara dalam setiap persoalan-persoalan yang dihadapi oleh rakyat, maka ini akan meruntuhkan kepercayaan rakyat terhadap sistem demokrasi. Konsolidasi demokrasi kita tidak akan berjalan baik apabila rakyat tidak lagi memiliki kepercayaan terhadap keberhasilan sistem demokrasi dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat.
Harapan kita begitu besar setelah melewati tahun 2014. Kita menyongsong tahun 2015 dengan optimis bahwa kita mampu menjadi bangsa yang besar. Terlebih setelah pemerintahan Jokowi-JK dan kabinet kerja mulai menunjukkan bukti kerja mereka. Mereka mulai membenahi carut-marut tata kelola migas dengan membentuk Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Kementerian Tenaga Kerja mulai blusukan untuk memperhatikan carut-marut manajemen rekrutmen dan perlindungan TKI di lapangan. Kementerian Kelautan dan Perikanan mulai bergerak mencegah pencurian hasil laut dan menindak tegas para pelakunya. TNI AL mulai menunjukkan tajinya dalam menjaga kedaulatan negara Republik Indonesia dari penyusup yang menjarah hasil laut Indonesia. Kementerian Pertanian menargetkan swasembada pangan dalam 3 tahun. Semuanya bekerja keras untuk memperbaiki republik. Bangsa Indonesia mulai membangun kembali jati dirinya sebagai bangsa maritim dan bangsa agraris. Hanya dengan kedua jati diri ini kita bisa keluar sebagai bangsa yang besar dan adidaya. Industri kita harus berbasis di kedua sektor itu, industri maritim dan industri agraris.
Harapan yang besar itu juga yang membuat kita tetap optimis menghadapi masa depan. Tetap semangat menghadapi situasi perekonomian di tengah-tengah keputusan pemerintah menaikkan harga BBM dan pelemahan rupiah terhadap dollar AS.
Gerakan demokrasi partisipatif dari rakyat dan harapan rakyat yang begitu besar itu harus kita jaga dengan semangat solidaritas dan gotong royong untuk bangkit. Gerakan ini harus menjadi sebuah gerakan nasional untuk merajut kembali ke-Indonesiaan kita yang selama ini terabaikan. Jati diri ke-Indonesiaan kita sebagai bangsa yang pancasilais, berbhineka, solider, optimis dan penuh dengan semangat gotong royong. Merajut kembali ke-Indonesiaan kita untuk mencapai kejayaan Indonesia yang maritim dan agraris.
Dengan semangat dan optimis bangsa Indonesia siap menghadapi tahun 2015. Tahun 2014 telah merajut kembali jati diri ke-Indonesiaan kita sebagai suatu bangsa. Kita bangsa yang besar, kita bukan bangsa tempe, kita bukan bangsa kuli, kita adalah bangsa yang siap bekerja keras dan menderita demi mencapai sebuah cita-cita. Kepada kita diwariskan jiwa cakrawati samudera yang membuat mental kita siap berjuang dan bertarung menghadapi segala tantangan jaman. Indonesia harus kembali menjadi negeri “Gemah Ripah Loh Jinawi”, yaitu negeri kolam susu yang dilempar batu dan kayu tetap jadi tanaman, bermodalkan kail dan jala sanggup memberimu penghidupan, ikan dan udang mendatangi dirimu. Merdeka !!!
Sumber : http://ift.tt/1Hz2cl3
Tahun Pemilu
Tahun 2014 adalah tahun pelaksanaan pemilu legislatif dan pemilu presiden. Di tahun ini dilangsungkan dua kali pemilu untuk memilih para anggota legislatif (DPR, DPD dan DPRD) dan memilih presiden/wakil presiden Republik Indonesia. Kedua pemilu tersebut berhasil terselenggara dengan baik tanpa konflik yang berarti serta berhasil memberikan pelajaran dan pendidikan demokrasi bagi rakyat Indonesia.
Pada tahun 2014 ini juga untuk pertama kalinya pemilu presiden diikuti oleh dua pasang kandidat calon presiden dan wakil presiden. Hal ini otomatis membuat pilihan rakyat Indonesia terpolarisasi menjadi dua kutub. Pertarungan politik di arena pemilu presiden di tahun ini juga berlangsung dengan sengit. Dan ternyata, bangsa Indonesia tetap berhasil melalui pemilu presiden dengan baik. Sungguh sebuah pengalaman yang luar biasa bagi bangsa yang sedang belajar merangkak dalam membangun kehidupan demokrasinya. Di tahun inilah rakyat Indonesia mampu menunjukkan kedewasaan dan kematangannya dalam berdemokrasi. Rakyat Indonesia tetap mampu menjaga kondusifitas sosial, politik dan keamanan selama tahapan pemilu berlangsung sampai dengan pelantikan presiden/wakil presiden terpilih. Tahun dimana bangsa Indonesia menunjukkan kepada dunia bahwa proses konsolidasi demokrasi kita yang baru berumur 15 tahun itu berjalan semakin matang ke arah yang lebih baik.
Di tahun ini juga muncul gerakan demokrasi partisipatif, dimana rakyat secara swadaya menggalang kekuatannya untuk membantu memenangkan dan mendanai calon presidennya. Gerakan demokrasi partisipatif ini menunjukkan bahwa rakyat masih menaruh harapan yang besar terhadap keberhasilan sistem demokrasi dalam mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial. Harapan bahwa pemilu masih mampu menghasilkan pemimpin rakyat yang berkarakter dan amanah saat menjalankan kekuasaannya.
Tahun Politik
Tahun 2014 sebagai tahun pemilu mengakibatkan situasi dan kondisi iklim politik setelah pelaksanaan pemilu tidak otomatis langsung menjadi cair dan kondusif. Setelah penetapan hasil pemilu presiden, kekuatan politik Indonesia terbelah menjadi dua koalisi besar yang sebelumnya juga menjadi pengusung kedua pasangan capres/cawapres. Fraksi-fraksi partai politik di DPR RI akhirnya terbagi menjadi koalisi partai pendukung pemerintah dan koalisi partai oposisi pemerintah. Hal ini mengakibatkan banyak isu-isu dan kebijakan yang diambil setelah pengumuman hasil pemilu presiden ditarik ke dalam wilayah politik.
Salah satu proses pengambilan keputusan dan kebijakan yang menunjukkan pertarungan politik di antara kedua kekuatan koalisi ini adalah UU MPR, DPR, DPD dan DPRD (MD3) serta UU Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Pengubahan UU MD3 menentukan partai apa saja yang berhak mendapatkan posisi pimpinan DPR, pimpinan komisi dan pimpinan badan kelengkapan DPR. Sedangkan pengubahan UU Pilkada kembali kepada sistem pemilihan oleh DPRD menentukan siapa saja yang akan menjadi Bupati, Walikota dan Gubernur. Walaupun UU Pilkada telah dibatalkan dengan diterbitkannya Perppu Pilkada oleh mantan presiden SBY, namun pengesahannya harus menunggu keputusan paripurna DPR, yang sampai saat ini masih belum mampu berbuat banyak untuk menjalankan fungsinya karena tarik-menarik kepentingan antara dua koalisi besar DPR terkait revisi UU MD3. Keadaan ini membuat DPR tidak produktif sejak dilantik Oktober lalu.
Di tahun politik ini rakyat Indonesia diajarkan suatu pelajaran yang sangat berharga, bahwa politik bisa bergerak di luar nalar apabila menyangkut kepentingan tertentu. Pelajaran yang menunjukkan bahwa untuk menciptakan pemerintahan yang kuat dan stabil secara politik, juga perlu mendapatkan dukungan yang kuat di parlemen. Melatih dan mendidik rakyat Indonesia untuk siap menghadapi pelaksanaan pemilu legislatif dan pemilu presiden secara serentak pada tahun 2019.
Tahun Sosial
Di tahun 2014 ini bangsa Indonesia juga dilanda sejumlah bencana alam seperti banjir, erupsi gunung berapi dan tanah longsor. Beberapa diantaranya menimbulkan korban jiwa dan kerugian yang tidak sedikit. Bencana erupsi gunung Sinabung bahkan masih terus berlangsung hingga saat ini. Ribuan warga terpaksa tinggal di dalam pengungsian karena status aktivitas gunung Sinabung yang masih tinggi. Bencana juga terjadi menjelang penutupan tahun 2014. Bencana tanah longsor di Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah mengakibatkan 95 korban jiwa meninggal dunia, 13 orang hilang dan ribuan jiwa penduduk tinggal di dalam pengungsian. Di penghujung tahun, banjir juga kembali melanda beberapa daerah di Provinsi Aceh, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Indonesia termasuk dalam kategori wilayah yang rawan terhadap bencana alam seperti gempa, tsunami, gunung berapi, banjir dan tanah longsor. Untuk itu diperlukan sistem pengelolaan tanggap bencana yang baik. Ada sisi positif yang bissa dipetik dari bencana alam yang sering melanda wilayah Indonesia. Pertama, kita harus segera memperbaiki sistem pengelolaan tanggap bencana nasional dan daerah menjadi lebih baik lagi. Hal ini berguna untuk meminimalisasi resiko dan mencegah terjadinya korban jiwa apabila bencana datang melanda. Pendidikan tanggap bencana juga harus dimulai sejak usia dini dan masuk dalam sistem pengajaran pendidikan nasional agar setiap warga negara Indonesia menjadi warga yang selalu siap sedia menghadapi datangnya bencana. Kedua, terjadinya bencana menyadarkan dan membangkitkan kembali sisi solidaritas dan rasa gotong royong kita sebagai suatu bangsa. Begitu bencana datang melanda suatu daerah, warga negara Indonesia dari daerah lain segera menggalang kekuatannya untuk membantu meringankan penderitaan para sahabat sebangsa setanah-airnya yang menjadi korban bencana alam. Gerakan solidaritas dan gotong royong yang sangat menunjukkan jati diri ke-Indonesiaan.
Tahun Harapan
Setelah tahapan pemilu legislatif dan pemilu presiden selesai dengan dilantiknya anggota DPR/MPR dan presiden/wakil presiden yang baru, secara resmi Indonesia memiliki parlemen dan kepala pemerintahan yang baru. Pemerintahan baru, yang berarti harapan baru. Rakyat Indonesia punya begitu banyak harapan kepada pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla (Jokowi-JK) yang baru saja dilantik Oktober lalu. Saat pelantikannya saja, sudah menunjukkan betapa besarnya harapan rakyat Indonesia itu. Ratusan ribu orang mengiringi perjalan presiden dan wakil presiden yang baru dari lokasi pelantikan mereka di gedung DPR/MPR Senayan sampai ke Istana Negara. Acara pesta syukuran rakyat juga dibuat untuk menyambut pemimpin baru dan harapan baru itu. kehadiran rakyat itu menunjukkan kerinduan akan sosok pemimpin yang mampu mengurai seluruh permasalahan republik. Pemimpin pilihan rakyat, yang mampu membawa rakyat Indonesia mencapai cita-cita kemerdekaan, masyarakat Indonesia yang cerdas, sejahtera, adil dan makmur. Hal serupa juga terlihat saat pelantikan kabinet kerja yang sederhana dan sangat jauh dari kesan mewah. Melegitimasi bahwa mereka dilantik sebagai panitia pelayan rakyat yang harus bekerja keras untuk memperjuangkan segala sesuatu yang menjadi kepentingan rakyat.
Ada sisi positif dari deretan peristiwa gerakan rakyat sepanjang pelaksanaan pemilu di tahun 2014. Gerakan rakyat yang dimaksud adalah gerakan demokrasi partisipatif dan pesta syukuran rakyat saat pelantikan presiden/wakil presiden yang baru. Pertama; ini menunjukkan kepercayaan rakyat akan keberhasilan sistem demokrasi. Kedua; presiden dan wakil presiden yang baru, terpilih karena dukungan gerakan rakyat yang secara swadaya membantu pendanaan kampanye pasangan calon dan membantu menggalang kekuatan mengorganisir sesama rakyat. Ketiga; presiden dan wakil presiden yang baru mendapatkan harapan dan kepercayaan yang besar dari rakyatnya. Ketiga hal ini harus diperhatikan secara serius oleh pemerintahan Jokowi-JK dan para menteri Kabinet Kerja agar benar-benar hati-hati menjaga harapan besar dan kepercayaan rakyat itu. Jika pemerintahan yang baru juga gagal dalam mengupayakan kehadiran negara dalam setiap persoalan-persoalan yang dihadapi oleh rakyat, maka ini akan meruntuhkan kepercayaan rakyat terhadap sistem demokrasi. Konsolidasi demokrasi kita tidak akan berjalan baik apabila rakyat tidak lagi memiliki kepercayaan terhadap keberhasilan sistem demokrasi dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat.
Harapan kita begitu besar setelah melewati tahun 2014. Kita menyongsong tahun 2015 dengan optimis bahwa kita mampu menjadi bangsa yang besar. Terlebih setelah pemerintahan Jokowi-JK dan kabinet kerja mulai menunjukkan bukti kerja mereka. Mereka mulai membenahi carut-marut tata kelola migas dengan membentuk Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Kementerian Tenaga Kerja mulai blusukan untuk memperhatikan carut-marut manajemen rekrutmen dan perlindungan TKI di lapangan. Kementerian Kelautan dan Perikanan mulai bergerak mencegah pencurian hasil laut dan menindak tegas para pelakunya. TNI AL mulai menunjukkan tajinya dalam menjaga kedaulatan negara Republik Indonesia dari penyusup yang menjarah hasil laut Indonesia. Kementerian Pertanian menargetkan swasembada pangan dalam 3 tahun. Semuanya bekerja keras untuk memperbaiki republik. Bangsa Indonesia mulai membangun kembali jati dirinya sebagai bangsa maritim dan bangsa agraris. Hanya dengan kedua jati diri ini kita bisa keluar sebagai bangsa yang besar dan adidaya. Industri kita harus berbasis di kedua sektor itu, industri maritim dan industri agraris.
Harapan yang besar itu juga yang membuat kita tetap optimis menghadapi masa depan. Tetap semangat menghadapi situasi perekonomian di tengah-tengah keputusan pemerintah menaikkan harga BBM dan pelemahan rupiah terhadap dollar AS.
Gerakan demokrasi partisipatif dari rakyat dan harapan rakyat yang begitu besar itu harus kita jaga dengan semangat solidaritas dan gotong royong untuk bangkit. Gerakan ini harus menjadi sebuah gerakan nasional untuk merajut kembali ke-Indonesiaan kita yang selama ini terabaikan. Jati diri ke-Indonesiaan kita sebagai bangsa yang pancasilais, berbhineka, solider, optimis dan penuh dengan semangat gotong royong. Merajut kembali ke-Indonesiaan kita untuk mencapai kejayaan Indonesia yang maritim dan agraris.
Dengan semangat dan optimis bangsa Indonesia siap menghadapi tahun 2015. Tahun 2014 telah merajut kembali jati diri ke-Indonesiaan kita sebagai suatu bangsa. Kita bangsa yang besar, kita bukan bangsa tempe, kita bukan bangsa kuli, kita adalah bangsa yang siap bekerja keras dan menderita demi mencapai sebuah cita-cita. Kepada kita diwariskan jiwa cakrawati samudera yang membuat mental kita siap berjuang dan bertarung menghadapi segala tantangan jaman. Indonesia harus kembali menjadi negeri “Gemah Ripah Loh Jinawi”, yaitu negeri kolam susu yang dilempar batu dan kayu tetap jadi tanaman, bermodalkan kail dan jala sanggup memberimu penghidupan, ikan dan udang mendatangi dirimu. Merdeka !!!
Sumber : http://ift.tt/1Hz2cl3