Suara Warga

BBM naik, Rakyat tetep Bisa BBMan

Artikel terkait : BBM naik, Rakyat tetep Bisa BBMan


BBM mau naik? Lha terus kenopo?


Nyatanya ini juga bukan kejadian yang pertama. Saya ndak bisa ngomongin APBN yang jebol wong saya nggak ikut diajak hitung-hitungannya. Cuman nyatanya dari dulu BBM naik ya Indonesia masih berdiri. Rakyatnya yang kaya ya tetep kaya ndak lantas jatuh miskin. Pun sebaliknya yang miskin masih ajeg kismin ga lantas jadi kaya. Kalo tambah miskin ya ada (banyak). Yang bikin geger itu kan sebenernya polemiknya. Beritanya yang ini dan itu malah bikin ekonomi nasional merespon dulu. Ibaratnya banjir baru sebatas isu orangnya sudah kocar-kacir. Mungkin karena kita terlalu meresapi peribahasa “sedia payung sebelum hujan”. Tapi sayangnya yang terjadi bukan sibuk sedia payung, tapi sibuk mencari cara menolak hujan itu. Padahal kalo presiden sudah tanda tangan siapa yang bisa menolak?


Secara hukum ekonomi yang sederhana saya percaya bahwa kenaikan harga BBM akan berpengaruh besar pada kondisi ekonomi masyarakat. Terutama kelas menengah ke bawah. Tapi saya percaya bahwa sekarang atau nanti ya memang BBM harus naik. Teorinya kan “kebutuhan tidak terbatas, alat pemenuh kebutuhan terbatas” sedangkan “permintaan naik, harga juga naik”. Jumlah manusia meningkat otomatis jumlah kebutuhan juga naik. Termasuk kebutuhan BBM. Sementara produksi BBM nya cenderung tetap atau malah turun. Kalau pun naik tidak sebanding dengan kenaikan kebutuhan. Jadi wajar kalo harga BBM naik. Entah sekarang atau esok hari. Menurut saya pribadi malah seharusnya kalo mau naik yang banyak sekalian. Kira-kira harga itu bisa bertahan minimal setengah abad lagi. Biar guncangan ekonomi akibat perubahan harga BBM ini tidak berulang-ulang dalam jangka waktu tidak lama.


Malah lagi-lagi menurut saya, ini momentum yang bagus buat Pak Joko presiden kita yang baru untuk segera menaikkan harga BBM. Pertama, biar polemiknya ndak berlarut-larut dan rakyat segera tahu apa yang harus dilakukan ke depan. Kedua, kalo sudah naik di awal pemerintah artinya tidak perlu lagi ada alasan kebocoran APBN akibat subsidi di pertengahan atau pun di akhir pemerintahan nanti. Ketiga, menguji kapasitas pemimpin baru kita itu apa memang mampu? Mampu mengatasi dampak kenaikan BBM agar tidak berpengaruh negatif yang “keterlaluan” bagi rakyatnya yang kecil-kecil seperti badan saya ini.


Akhirnya, mau BBM naik atau tidak toh saya ya tetep ndak bisa BBMan wong hape saya masih jadul belum android. :-D






Sumber : http://ift.tt/1uyTna1

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz