Suara Warga

Ketika Prabowo Bermain Catur di Papan Catur Jokowi

Artikel terkait : Ketika Prabowo Bermain Catur di Papan Catur Jokowi

Dalam sebuah pelajaran advokasi dasar, jika kita ingin menang dalam advokasi maka kita harus menarik musuh kita bermain catur di papan catur kita. Istilah mudahnya musuh harus menjadi follower kita. Sedangkan kita menjadi trend setternya.

Nampaknya itu pula yang membuat Jokowi bisa mengalahkan Prabowo dalam pilpres 2014 lalu. Masih ingatkah ketika Jokowi mengubah penampilannya menjadi memakai baju kotak-kotak? Pada sebuah kesempatan Jokowi bilang bahwa salah satu alasannya adalah karena ketika Jokowi memakai baju putih-putih kubu Prabowo juga mengikutinya memakai baju putih-putih.

Hal yang sama terjadi ketika kubu Jokowi membuka rekening untuk menggalang dana publik. Kubu Pabowo semula mengkritiknya, namun kemudian juga melakukan hal yang sama. Dalam isu mengangkat isu Palestina di wilayah publik, kubu Jokowi juga berhasil mengkondisikan kubu Prabowo menjadi followernya.

Entah kebetulan atau tidak hal yang sama juga terjadi dalam iklan di media massa. Menurut data www.iklancapres.org, belanja iklan kubu Jokowi di media massa (cetak, radio dan televisi) di lima kota (Banjarmasin, Jakarta, Surabaya, Medan dan Makassar) mencapai Rp61,94 miliar. Sedangkan belanja kubu Prabowo menjadi followernya kubu Jokowi sebesar Rp61,41 miliar.

Pelajaran apa yang dapat kita petik dari hal ini? Jika kita ingin menang dalam sebuah persaingan, apapun itu, janganlah kita menjadi follower. Kita harus menjadi trendsetter. Jika kita menjadi follower itu adalah tanda-tanda bagi kekalahan kita. Atau dalam istilah advokasi, jangan pernah bermain catur di papan catur musuh kita.




Sumber : http://ift.tt/Y5h5Mw

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz