Suara Warga

Usulan ‘Syawalan’ Pak Jokowi dengan Pak Prabowo

Artikel terkait : Usulan ‘Syawalan’ Pak Jokowi dengan Pak Prabowo

Pemilu “telah usai”, tapi faktanya masih menyisakan friksi-friksi. Karena dalam hal ini MK masih harus “menyelesaikan sengketa” dan KPU menjadi punya “urusan baru”. Ini tentu bukan suatu yang nyaman bagi semuanya, yang tidak saja bagi masing-masing yang terlibat di keterkaitan masalah tersebut (bahkan termasuk ketidak nyamanan di pihak penggugat), tapi yang lebih perlu jadi pertimbangan adalah “ketaknyamanan” yang terjadi di masyarakat.

Kalau kita kilas balik sebentar menengok suasana Pemilihan Gubernur Jakarta kemarin, kita masih sangat mengingat tentang ‘kemesraan’ dua tokoh yang kemudian barusan menjadi kandidat-kandidat orang nomor satu negeri ini, Pak Prabowo dan Pak Jokowi. Saat itu Pak Jokowi yang “statusnya” masih yang hadir dari kota kecil untuk “bertarung” di “arena berat” setingkat PilGub Jakarta, mendapat dukungan penuh dari Pak Prabowo yang terasa sebagai seorang Bapak pada anak. dan bagaimanapun kontribusi tersebut tidak bisa terabaikan begitu saja mengingat sosok Pak Prabowo yang sebagai “tokoh kuat” di level nasional. Tapi yang kemudian kita saksikan di sementara waktu ini, cukup membuat kita prihatin. Karena, yang kita rasakan sementara ini adalah hal yang “kurang selaras” dibanding harmoni diatas.

Sebenarnya rakyat tentu sangat berharap, keharmonisan dua tokoh tersebut bisa tetap konsisten, tidak lekang oleh “sekedar” PilPres. Tapi kenyataan “haru-biru” PilPres memang begitu dahsyat menggerat, yang sehingga sementara bahkan mampu melunturkan nilai-nilai luhur semacam tradisi ’syawalan’, karena sampai pertengahan syawal ini rakyat masih belum sempat melihat dua Bapak-Bapak kita ini bisa “saling bertemu”. Tapi akankah suasana demikian akan masih berlama-lama terjadi..?

Sebenarnya seandainya beliau-beliau bersedia kembali mengingat pada visi-visi dasarnya, jiwa-jiwa besar dan itikad pengorbanan-pengorbanan yang bahawa sebenarnya semua langkah-langkah kaki beliau berdua adalah semata-mata demi bangsa.. dan jabatan Presiden sebenarnya juga bukanlah “posisi” yang pas untuk semacam “adu kuat”, karena inti dasarnya adalah demi rakyat, dan bahkan itikad ‘penyediaan diri’ untuk bersusah-susah “mengemban” nasib sekian juta rakyat.. maka, kalau saja kedua tokoh bersedia sejenak me’refresh visi misi dasar beliau-beliau tersebut, (yang sebenarnya juga sudah merupakan hal yang sudah melekat di sanubari dan tulang sungsum beliau-beliau..), maka mungkin saja “kendala silahturahmi” di bulan Syawal ini (ini fokusnya memang baru untuk beliau-beliau Pak Prabowo dan Pak Jokowi) tidak harus masih berlama-lama terjadi. Dan dalam hal ini, Pak Jokowi sebagai yang muda, dan yang beberapa waktu yang lalu juga adalah “anak” Pak Prabowo.. maka untuk mengakhiri kevakuman keharmonisan ini.. alangkah indahnya bila Pak Jokowi yang bersedia datang ke Hambalang..GUNA UNTUK meminta Sang Bapak MEMAAFKAN SAJA tentang kekurang sempurnaan penyelenggaraan PilPres tersebut “dirubah” menjadi “RESTU” untuk Pak Jokowi memimpin negeri..

Penulis masih meyakini, bahwa bila saja yang ‘memintakan’ pemaafan tersebut adalah langsung oleh “Sang Anak” sendiri..(perlu tergaris bawahi sekali lagi bahwa yang “diminta” Pak Jokowi adalah bukan tentang kemenangan PilPres, tapi tentang pemaafan atas ke”kurang sempurna”an penyelenggaraan PilPres), maka sebagai negarawan Pak Prabowo akan juga segera berkenan “memaafkan segalanya”.. termasuk pada KPU.

Sekali lagi, hal ini bagi kedua tokoh adalah DEMI BANGSA.. bukan semata-mata urusan pribadi..!!!




Sumber : http://ift.tt/1p8Q7gH

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz