Borosnya Anggaran Polri
Polri memili tugas mahaberat. Teroris yang masih merajalela, ditingkahi ISIS yang makin genit menggoda. Godaan yang gayung bersambut dengan habitat beberapa daerah yang begitu mengidolakan budaya kekerasan yang dianut ISIS. Betapa repotnya mengendus-endus hal yang masih belum jelas dan pasti seperti ini.
Kasus demi kasus kriminal, baik kelas teri seperti sabung ayam di kampung hingga kelas kakap seperti kriminal yang dilakukan kolega mereka di institusi Polri. Pergualatan besar ketika harus menyidik banyak kasus bersinggungan dengan diri sendiri dan kekuasaan. Seperti memiliki bisul di ujung hidung, nampak jelas tapi susahnya minta ampun karena pedihnya ketika dipecahkan paksa. Pembunuhan yang begitu banyak setiap hari ada saja, dengan berbagai macam alasan dan persoalan.
Pengungkapan berbagai kasus terkendala karena alasan klasik dan klise, biasa soal beaya, anggaran yang terbatas, dan berkutat dalam ranah tersebut. Beaya terbatas, personel yang belum berimbang dengan cakupan wilayah dan tanggung jawab kerjanya, masih banyak pekerjaan-pekerjaan tambahan yang membebani baik anggaran ataupun jumlah anggota.
Pengawalan untuk pihak-pihak tertentu karena ancaman kelompok-kelompok frustasi. Pengawalan orang tua ketua MK, merupakan tanggung jawab yang sangat sia-sia. Bukan pengawalannya yang sia-sia, namun itu tidak seharusnya terjadi. Preman mengancam sehingga Polri menghambur-hamburkan uang dan tenaga, yang dapat digunakan untuk pekerjaan lainnya.
Pengawalan gedung MK, sidang DKPP yang membutuhkan jumlah personel begitu banyak. Tentu semua perlu makan dan dana lainnya. Pemborosan lagi. Tenaga, pemikiran, jelas dana untuk sesuatu yang seharusnya tidak membutuhkan tenaga sebanyak itu. Preman-preman yang menguasai keadaan membutuhkan tenaga yang jauh lebih besar. Ini andai-andai saja, andai bukan preman dan gerombolan sakit hati yang berdemo, tentu tidak perlu ribuan anggota disiapkan untuk mengamankan sidang. Tenaga mereka bisa digunakan untuk mengamankan negara dari maling baik kecil, sedang, hingga besar, mengungkap banyak misteri kasus yang begitu banyak masih ada di dalam peti-peti entah di mana.
Anggaran yang ada dapat digunakan untuk meningkatkan skill anggota, misalnya menembak, sehingga terampil menembak bukan malah ditembak. Perbaikan kualitas persenjataan dan sarana lain, sehingga makin cepat mengejar penjahat bukan malah ditinggalkan karena kalah kelas kendaraannya. Senjatanya jauh lebih canggih milik penjahat dari pada aparat. Peningkatan kualitas pribadi sehingga tidak mudah disuap dan pemahaman persoalan secara komprehensif. Bukan lagi menjadi pelindung kejahatan-kejahatan dari kelas jalanan yang melindungi preman hingga pelindung penjahat kelas kakap dan berdasi dari balik meja-meja di dalam kantor megah.
Salam Damai.
Sumber : http://ift.tt/1Adidv9