Suara Warga

Agung Laksono, Pribadi Yang di Terima Semua Kalangan

Artikel terkait : Agung Laksono, Pribadi Yang di Terima Semua Kalangan

Manado 1983. HIPMI Pusat menggelar Munas disana. Nama-nama beken seperti Bambang Permadi Amir Mahmud, Ponco Sutowo dan Azwir Dainy Tara muncul di gelanggang. Pertarungan sengit dari setiap kubu terasa menyengat. Aroma politik kekuasaan nyaris tak bisa dihindarkan, meski ini perkumpulan para pebisnis.

Suhu politik yang begitu memanas dalam tubuh HIPMI harus dicarikan jalan keluar. Sebab HIPMI, bukanlah lembaga politik melainkan kumpulan para profesional dibidang usaha. Kuatnya unsur politik kepentingan hanya akan merusak peta jalan bagi para pebisnis. Guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan atas situasi yang begitu memanas.

Beberapa senior HIPMI diantaranya adalah kelompok Siswono dan Abdul Latief mencoba mencari jalan keluar atas situasi tersebut.

“Nama saya muncul di permukaan setelah saya berbincang dangan Azwir Dainy Tara,” ujar Menkokesra ini.

Kemunculan nama Agung tidak lepas dari penampilan dan cara berkomunikasi Agung dengan segenap eleman HIPMI. Profilnya yang selalu mencoba jalan tengah terhadap permasalahan bisa jadi altenatif pemecahan masalah yang rumit. Agung sendiri kala itu tidak sedikitpun terbersit untuk mencalonkan diri sebagai Ketua Umum HIPMI Pusat.

Kapasitas diri, integritas serta profesionalitas yang membuatnya bisa diterima dan dipercaya oleh elemen-elemen penting di HIPMI. Sejarah ini menunjukkan bahwa Agung memang memiliki karakter dan gaya kepemimpinan yang bisa diterima semua pihak, bisa ngemong dan menjadi pilar bagi semua gerbong dan kepentingan.

Sosok pemimpin yang sebetulnya sangat dibutuhkan Golkar saat ini. Pemimpin yang bisa menaungi setiap kelompok dan faksi dalam tubuh beringin. Karakternya yang luwes dan bisa diterima oleh beragam faksi akan membuat Golkar tumbuh menjadi kuat dan sehat.

Pasca terpilih menjadi Ketum HIPMI Pusat agung mengajarkan kepada anggotanya untuk senantiasi menjaga nilai-nilai demokrasi. Sebab, kala itu HIPMI sudah terbiasa untuk mengambil keputusan dengan memilih ketuanya dengan cara-cara demokratis. Menghargai kemenangan dan kekalahan sebagai proses pendewasaan diri

Budaya itu membuat HIPMI tumbuh sebagai organisasi yang tidak mudah pecah meski pertarungan politik di dalamnya sangat keras. Agung setidaknya beperan besar untuk membangun secara kokoh pondasinya.

Semasa Agung menjadi Ketum HIPMI, ia juga bertekad membawa HIPMI menjadi kumpulan bagi para pengusaha-pengusaha besar yang telah mapan. Tetapi HIPMI juga menjadi wadah bagi para pengusaha muda dan calon-calon pengusaha untuk bisa berkiprah dalam dunia usaha.

“Saya berharap entreprenuer kita bisa seperti Bill Gates,” ujarnya.

Budaya entreprenuer inilah yang selalu digaungkan Agung kala itu. Budaya yang sangat penting bagi bangsa dimanapun untuk maju sebagai bangsa yang besar. Indonesia sendiri hingga kini masih kekurangan entreprenuer yang berkiprah dalam dunia usaha. Menurut para ahli setidaknya jika ingin maju, sebuah bangsa harus memiliki kurang lebih 2 persen pengusaha dari total penduduknya. Indonesia sendiri masih dibawah itu.

Karena itu, tak bisa dipungkiri semangat entreprenuer, organisator dan karakter yang bisa diterima oleh semua pihak akan jadi modal besar bagi Agung Laksono untuk membangun Golkar jika ia diberikan amanah memimpin organsisi politik ini.




Sumber : http://ift.tt/1qoRgQY

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz