Belajar dari Prof. Mahfud M.D, Jangan Mengambil Keputusan ketika Sedang Marah
pa hari ini pemberitaan tentang salah salatu mantan Tim sukses Prabowo-Hatta adalah posisi Prof. Mahfud MD yang pada awalnya menjadi ketua tim sukses berubah menjadi tuduhan sebagai pihak penyusup. Sungguh tragis keadaan itu, sesuatu yang seharusnya tidak akan terjadi jika Prof. Mahfud MD bijaksana dan mampu mengendalikan emosi, apalagi hanya karena seorang Muhaimin Iskandar…Lha wong Gus Dur saja dikhianati apalagi Mahfud MD dan Rhoma Irama.
Kita semua paham dengan rekam jejak Prof. Mahfud, baik itu saat menjadi politisi maupun saat menjadi ketua Mahkamah konstitusi, seorang yang jujur dan tegas tanpa pandang bulu, bicara apa adanya. Kredibilitas beliau sebagai seorang penegak hukum pantas diacungi 2 jempol karena memang luar biasa. Namun gara-gara sama Muhaimin atau PKB yang tadinya dijadikan salah satu capres atau cawapres dari PKB untuk mendampingi Jokowi ternyata gagal (atau memang tidak diusulkan) membuat beliau marah dan sakit hati dan kemudian menjadi salah langkah karena menjadi tim sukses Prabowo-Hatta, bahkan menjadi ketua tim. Kita masih ingat tayangan Mata Najwa saat beliau berhadapan dengan Anies Baswedan, sebenarnya nampak sekali ketidakmantapan beliau dalam berdebat, jauh dari penampilan biasanya saat menjadi penegak hukum. Dan bahkan saat itu kalah set 3-0 saat beliau menguraikan bagaimana beratnya keputusan untuk mengambil posisi melawan Jokowi-JK, harus istikharah dan merenung 3 hari 3 malam karena bimbang. Dan mungkin karena emosi saat itu memuncak maka penterjemahan hasil menjadi keliru yaitu menerima pinangan Prabowo-Hatta untukmenjadi Tim sukses. Secara kasat mata semua tahu, yang paling beruntung adalah Prabowo-Hatta karena memperoleh tokoh yang terkenal jujur dan berani, namun bagi orang yang pada awalnya kagum dengan Mahfud MD akan sangat menyayangkan hal tersebut, karena bergabung dengan banyak tokoh yang mempunyai catatan kurang baik terutama dalam hal korupsi.
Akhirnya waktu demi waktu semakin terlihat keputusan tersebut tidak tepat. Banyak ketidakcocokan antara diri pribadi Pak Mahfud dengan Tim Prabowo-Hatta yang lain. Hal pertama yang terlihat adalah posisinya sebagai ketua Tim kampanye kemudian diminta menjadi penjaga gawang di wilyah Jawa Timur dengan alasan mengawal suara NU disana, yang sebenarnya menurut penulis adalah karena kesalahan beliau membuat statement tentang Soekarno sebagai pelanggar HAM yang langsung diprotes keras oleh banyak orang. Kemudian saat hampir pengumuman KPU tanggal 22 Juli 2014, Pak Mahfud tiba-tiba mengundurkan diri sebagai ketua Tim Sukses Prabowo-Hatta dan tidak ikut menyatakan menolak pilpres ataupun yang terkini tidak ikut mengajukan keberatan kepada MK. Sebagai ahli hukum dan konstitusi karena mantan ketua MK, wajar jika pemikiran Pak Mahfud berbeda, beliau paham betul situasi dan paham betul mana yang konstitusional dan tidak. Akhirnya beliau menyerah dan berhenti di tengah jalan. Tragisnya, setelah di luar tim, ada tuduhan terhadap beliau yang sangat keterlaluan, menganggap Pak Mahfud sebagai penyusup. Itu sangat menyakitkan, padahal semua juga tahu selama kampanye Pak Mahfud sudah all out berjuang. Bahkan karena sampai apapun dilakukan termasuk menghancurkan kredibilitas beliau sendiri karena terlalu percaya dengan Tim yang tak pernah benar-benar terbuka, terutama tentang hasil quick count lembaga yang tidak kredibel dan hasil real count PKS yang memenangkan Prabowo-Hatta, meski sama sekali tak pernah diberi tahu hasilnya secara terinci, yang belakangan ini beliau ungkapkan. Pak Mahfud memang orang jujur yang punya sikap dan integritas tinggi, tak mau terlarut dalam tim Prabowo-Hatta yang semakin tidak karuan. Kita harus hormati langkah beliau dan memaafkan kekhilafan beliau, bagaimanapun beliau adalah orang yang tidak bersedia larut dalam kemarahan untuk sebuah kekuasaan. Saya masih kagum dengan Pak Mahfud seperti sebelum-sebelumnya meski sempat kecewa. Siapapun bisa khilaf dan salah langkah, termasuk Pak Mahfud, apalagi dalam keadaan sangat kecewa. Pelajaran yang berharga adalah jangan pernah mengambil keputusan penting pada saat marah, karena kemungkinan besar penyesalanlah yang akan dirasakan. Terima kasih Pak Mahfud MD…
Gambar: Kompas.com
Sumber : http://ift.tt/1q8FBnH