Optimalisasi Potensi Sumber Daya Alam Indonesia
Naiknya Joko Widodo sebagai presiden menumbuhkan optimisme bahwa persoalan lingkungan dan sumber daya di Indonesia akan teratasi dengan baik. Hal ini karena Jokowi, yang berlatar belakang pendidikan Fakultas Kehutanan, diharapkan memiliki kesadaran memadai ihwal sumber daya alam. Problem kesemrawutan tata kelola lingkungan hidup, kehutanan, dan konflik pemanfaatan sumber daya alam kiranya dapat diurai dalam agenda presiden ke depan.
Meningkatnya jumlah persoalan lingkungan hidup dan konflik sumber daya alam di Indonesia dari tahun ke tahun, sebaiknya menjadi acuan bagi Jokowi untuk memilih orang-orang yang tepat untuk duduk dalam kabinet pemerintahannya ke depan. Setidaknya ada tiga pernyataan dari Jokowi-JK yang dapat dijadikan basis argumentasi untuk memperbaiki kondisi sumber daya dan lingkungan. Pertama, Jokowi-JK menyatakan bahwa Indonesia berada dalam situasi bencana ekologis. Kedua, pasangan ini mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi selama ini telah mengabaikan kelestarian lingkungan. Ketiga, Jokowi-JK menyatakan bahwa pembangunan Indonesia ke depan akan bertumpu pada kekuatan sumber daya manusia Indonesia. Selama ini pembangunan ekonomi Indonesia selalu bertumpu pada sumber daya alam (SDA), yang tentu punya konsekuensi pada krisis lingkungan hidup dan kemiskinan struktural.
Optimalisasi Sumber Daya
Pada dasarnya, kebijakan optimalisasi sumber daya diarahkan agar seluruh sumber daya yang ada baik lahan, laut, mineral, dan jumlah penduduk yang demikian besar dapat dimanfaatkan secara optimal yang dapat juga meminimalisasi sumber daya terlantar dan belum termanfaatkan. Pemanfaatan yang sudah ada saat ini perlu dioptimalisasi agar terjadi peningkatan efisiensi sehingga menciptakan potensi ekonomi yang prospektif yakni dengan menggali sumber daya yang belum termanfaatkan atau terbengkalai.
Dengan optimalisasi sumber daya, diyakini bahwa pemanfataan seluruh elemen atau modal sumber daya nasional yang ada, pada tingkat pemanfaatan yang minimal saja sudah dapat memberikan nilai ekonomi dan domino effect yang besar. Tidak saja bagi perekonomian melalui penciptaan output dan nilai tambah, tapi juga dalam penciptaan lapangan pekerjaan usaha, serta pengentasan kemiskinan.
Kebijakan strategis dalam rangka Reforma Agraria, salah satuya adalah optimalisasi pemanfaatan atau penggunaan lahan yang tidak dimanfaatakan (unused land) nasional. Optimalisasi penggunaan lahan yang tak termanfaatakan secara nasional ini diarahkan untuk dapat secara cepat dan tepat mendorong, memberi insentif, serta memberi penalty bagi tanah-tanah atau lahan-lahan hak guna usaha (HGU) dan hak pakai yang ditelantarkan sekian lama.
Potensi luas dan kesesuaian agroklimatologi lahan-lahan kritis atau lahan hutan bekas tebangan yang terlantar ini sangat besar dan menyebar di seluruh wilayah Indonesia. Melalui kebijakan pemerintah, yakni Jokowi-JK, diharapkan lahan-lahan eks HGU atau HGB yang benar-benar ditelantarkan dapat dialihkan haknya kepada BUMN yang ditunjuk pemerintah. Lalu lahan atau tanah ini dipergunakan BUMN bersagkutan untuk pengembangan pangan dan energi alternatif.
Kedaulatan Sumber Daya Alam
Sumber daya alam nasional merupakan modal awal dan sumber pertumbuhan yang tinggi, terutama pada awal pembangunan nasional sejak tahun 1969. Dengan kelimpahan sumber daya alam seperti minyak dan gas serta pertambangan seperti emas, tembaga, nikel, alumunium dan batubara, maka Indonesia mampu mencapai pertumbuhan ekonomi hampir 10 persen pada tahun 1980 dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi rata-rata di atas 7 persen sejak 1989-1996. Sejarah pembangunan ekonomi tersebut menunjukkan betapa strategisnya posisi pengelolaan sumber daya alam dalam pembangunan ekonomi negara-negara kaya sumber daya alam.
Pada kepemimpinan Jokowi-JK mendatang, isu kedaulatan sumber daya alam masih sangat strategis untuk dilaksanakan dan harus ditingkatkan. Pasalnya, dengan melaksanakan kedaulatan sumber daya alam, diharapkan pemenuhan energi nasional secara umum bisa relatif murah dan terjangkau. Di samping itu juga, kedaulatan pengelolaan sumber daya alam juga menyumbang besar dan signifikan bagi pertumbuhan ekonomi nasional melalaui peningkatan produksi dan ekspor yang disertai dengan efisiensi dan pengurangan kebocoran dalam pengelolaannya.
Sumber : http://ift.tt/1HeRwrv
Meningkatnya jumlah persoalan lingkungan hidup dan konflik sumber daya alam di Indonesia dari tahun ke tahun, sebaiknya menjadi acuan bagi Jokowi untuk memilih orang-orang yang tepat untuk duduk dalam kabinet pemerintahannya ke depan. Setidaknya ada tiga pernyataan dari Jokowi-JK yang dapat dijadikan basis argumentasi untuk memperbaiki kondisi sumber daya dan lingkungan. Pertama, Jokowi-JK menyatakan bahwa Indonesia berada dalam situasi bencana ekologis. Kedua, pasangan ini mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi selama ini telah mengabaikan kelestarian lingkungan. Ketiga, Jokowi-JK menyatakan bahwa pembangunan Indonesia ke depan akan bertumpu pada kekuatan sumber daya manusia Indonesia. Selama ini pembangunan ekonomi Indonesia selalu bertumpu pada sumber daya alam (SDA), yang tentu punya konsekuensi pada krisis lingkungan hidup dan kemiskinan struktural.
Optimalisasi Sumber Daya
Pada dasarnya, kebijakan optimalisasi sumber daya diarahkan agar seluruh sumber daya yang ada baik lahan, laut, mineral, dan jumlah penduduk yang demikian besar dapat dimanfaatkan secara optimal yang dapat juga meminimalisasi sumber daya terlantar dan belum termanfaatkan. Pemanfaatan yang sudah ada saat ini perlu dioptimalisasi agar terjadi peningkatan efisiensi sehingga menciptakan potensi ekonomi yang prospektif yakni dengan menggali sumber daya yang belum termanfaatkan atau terbengkalai.
Dengan optimalisasi sumber daya, diyakini bahwa pemanfataan seluruh elemen atau modal sumber daya nasional yang ada, pada tingkat pemanfaatan yang minimal saja sudah dapat memberikan nilai ekonomi dan domino effect yang besar. Tidak saja bagi perekonomian melalui penciptaan output dan nilai tambah, tapi juga dalam penciptaan lapangan pekerjaan usaha, serta pengentasan kemiskinan.
Kebijakan strategis dalam rangka Reforma Agraria, salah satuya adalah optimalisasi pemanfaatan atau penggunaan lahan yang tidak dimanfaatakan (unused land) nasional. Optimalisasi penggunaan lahan yang tak termanfaatakan secara nasional ini diarahkan untuk dapat secara cepat dan tepat mendorong, memberi insentif, serta memberi penalty bagi tanah-tanah atau lahan-lahan hak guna usaha (HGU) dan hak pakai yang ditelantarkan sekian lama.
Potensi luas dan kesesuaian agroklimatologi lahan-lahan kritis atau lahan hutan bekas tebangan yang terlantar ini sangat besar dan menyebar di seluruh wilayah Indonesia. Melalui kebijakan pemerintah, yakni Jokowi-JK, diharapkan lahan-lahan eks HGU atau HGB yang benar-benar ditelantarkan dapat dialihkan haknya kepada BUMN yang ditunjuk pemerintah. Lalu lahan atau tanah ini dipergunakan BUMN bersagkutan untuk pengembangan pangan dan energi alternatif.
Kedaulatan Sumber Daya Alam
Sumber daya alam nasional merupakan modal awal dan sumber pertumbuhan yang tinggi, terutama pada awal pembangunan nasional sejak tahun 1969. Dengan kelimpahan sumber daya alam seperti minyak dan gas serta pertambangan seperti emas, tembaga, nikel, alumunium dan batubara, maka Indonesia mampu mencapai pertumbuhan ekonomi hampir 10 persen pada tahun 1980 dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi rata-rata di atas 7 persen sejak 1989-1996. Sejarah pembangunan ekonomi tersebut menunjukkan betapa strategisnya posisi pengelolaan sumber daya alam dalam pembangunan ekonomi negara-negara kaya sumber daya alam.
Pada kepemimpinan Jokowi-JK mendatang, isu kedaulatan sumber daya alam masih sangat strategis untuk dilaksanakan dan harus ditingkatkan. Pasalnya, dengan melaksanakan kedaulatan sumber daya alam, diharapkan pemenuhan energi nasional secara umum bisa relatif murah dan terjangkau. Di samping itu juga, kedaulatan pengelolaan sumber daya alam juga menyumbang besar dan signifikan bagi pertumbuhan ekonomi nasional melalaui peningkatan produksi dan ekspor yang disertai dengan efisiensi dan pengurangan kebocoran dalam pengelolaannya.
Sumber : http://ift.tt/1HeRwrv