Indonesia dalam Jeratan Neolib
Sesuai dengan namanya, Neoliberalisme merupakan paham ekonomi pasar bebas yang merupakan salah satu bagian dari Kapitalisme. Di Indonesia, pelaksanaan agenda-agenda ekonomi neoliberal dilakukan secara masif setelah perekonomian Indonesia dilanda krisis moneter pada tahun 1997/1998. Selanjutnya, berbagai nota kesepakatan ditanda tangani oleh pemerintah kita bersama IMF, kemudian menyusul lembaga lainnya seperti World Bank, ADB dan USAID.
Berdasarkan data BI, Mei 2014, utang luar negeri (ULN) pemerintah dan swasta terlihat naik tajam. Pada Desember 2009, total ULN masih 173 miliar dollar AS, dan pada Maret 2014 melesat menjadi 276 miliar dollar AS.
Rezim ekonomi neolib yang dipimpin oleh penguasa pro kapital, sesungguhnya telah melaksanakan keinginan asing, yaitu meningkatkan impor pangan, meningkatkan hutang luar negeri, menghapuskan atau mengurangi subsidi untuk kepentingan rakyat, menjaga wilayah bisnis kapital asing di Indonesia, memberikan peluang kepada asing untuk menguasai sumber-sumber kekayaan alam Indonesia. Pada saat yang bersamaan, sistem ekonomi neolib atas desakan negara-negara imperialis membawa malapetaka bagi sebagian besar rakyat di dunia. Neoliberalisme memupuk kekayaan di tangan segelintir orang, namun menyengsarakan mayoritas rakyat.
Sebuah produk pasti mempunyai karakter pembuatnya, sistem neoliberalisme, neo imperialisme, merupakan sistem buatan manusia. Manusia memiliki karakter lemah dan terbatas. Dengan kelemahan dan keterbatasannya, maka sistem yang dibuatnya pun tidak lepas dari kelemahan dan keterbatasannya. Sehingga wajar jika kita melihat kesengsaraan yang ditimbulkan akibat penerapan sistem buatan manusia ini. Konflik sering terjadi antara penguasa dan rakyatnya.
Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya muslim belum menyadari bahwa sesungguhnya Islam bukan hanya sebagai agama saja. Ia diturunkan oleh Allah sebagai sistem kehidupan. Islam pun mempunyai solusi atas jeratan ekonomi neolib. Di dalam politik ekonomi Islam, pembangunan ekonomi bertumpu pada pemenuhan kebutuhan primer bagi setiap individu rakyat. Islam memandang setiap orang secara individu yang harus dipenuhi kebutuhannya, bukan secara kolektif sebagai komunitas yang hidup dalam negara. Tidak hanya sekedar meningkatkan taraf hidup dalam sebuah negara semata. Negara pun menjamin pendistribusian kekayaan bagi semua rakyatnya per individu sehingga terjamin pemenuhan kebutuhan primer setiap individu.
Islam bukanlah produk coba-coba. Ia pernah diterapkan selama 13 abad dan berhasil membawa kegemilangan bagi negara yang menerapkannya. Juga berhasil membawa kesejahteraan pada rakyatnya. Sayangnya, Islam tidak bisa diterapkan secara parsial. Ia hanya bisa diterapkan secara kaffah dalam bingkai khilafah. Wallahu a’lam bi ash-showab.
Oleh : Tati Nurhayati (Pengurus MT Nurul Hidayah)
Sumber : http://ift.tt/1JH5pCO
Berdasarkan data BI, Mei 2014, utang luar negeri (ULN) pemerintah dan swasta terlihat naik tajam. Pada Desember 2009, total ULN masih 173 miliar dollar AS, dan pada Maret 2014 melesat menjadi 276 miliar dollar AS.
Rezim ekonomi neolib yang dipimpin oleh penguasa pro kapital, sesungguhnya telah melaksanakan keinginan asing, yaitu meningkatkan impor pangan, meningkatkan hutang luar negeri, menghapuskan atau mengurangi subsidi untuk kepentingan rakyat, menjaga wilayah bisnis kapital asing di Indonesia, memberikan peluang kepada asing untuk menguasai sumber-sumber kekayaan alam Indonesia. Pada saat yang bersamaan, sistem ekonomi neolib atas desakan negara-negara imperialis membawa malapetaka bagi sebagian besar rakyat di dunia. Neoliberalisme memupuk kekayaan di tangan segelintir orang, namun menyengsarakan mayoritas rakyat.
Sebuah produk pasti mempunyai karakter pembuatnya, sistem neoliberalisme, neo imperialisme, merupakan sistem buatan manusia. Manusia memiliki karakter lemah dan terbatas. Dengan kelemahan dan keterbatasannya, maka sistem yang dibuatnya pun tidak lepas dari kelemahan dan keterbatasannya. Sehingga wajar jika kita melihat kesengsaraan yang ditimbulkan akibat penerapan sistem buatan manusia ini. Konflik sering terjadi antara penguasa dan rakyatnya.
Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya muslim belum menyadari bahwa sesungguhnya Islam bukan hanya sebagai agama saja. Ia diturunkan oleh Allah sebagai sistem kehidupan. Islam pun mempunyai solusi atas jeratan ekonomi neolib. Di dalam politik ekonomi Islam, pembangunan ekonomi bertumpu pada pemenuhan kebutuhan primer bagi setiap individu rakyat. Islam memandang setiap orang secara individu yang harus dipenuhi kebutuhannya, bukan secara kolektif sebagai komunitas yang hidup dalam negara. Tidak hanya sekedar meningkatkan taraf hidup dalam sebuah negara semata. Negara pun menjamin pendistribusian kekayaan bagi semua rakyatnya per individu sehingga terjamin pemenuhan kebutuhan primer setiap individu.
Islam bukanlah produk coba-coba. Ia pernah diterapkan selama 13 abad dan berhasil membawa kegemilangan bagi negara yang menerapkannya. Juga berhasil membawa kesejahteraan pada rakyatnya. Sayangnya, Islam tidak bisa diterapkan secara parsial. Ia hanya bisa diterapkan secara kaffah dalam bingkai khilafah. Wallahu a’lam bi ash-showab.
Oleh : Tati Nurhayati (Pengurus MT Nurul Hidayah)
Sumber : http://ift.tt/1JH5pCO