Suara Warga

Ibu Mega Layak Jadi Ibu Bangsa

Artikel terkait : Ibu Mega Layak Jadi Ibu Bangsa

1419141861564447791

Kalau bung Karno, bung Hatta, bung Sjahrir,Tan Malaka pantas disebut sebagai bapak bangsa dan Gus Dur disebut sebagai guru bangsa, lantas siapakah figur yang paling pas menjadi ibu bangsa di Republik ini ? Saya berpendapat sepertinya ibu Megawati Soekarno Putri cukup layak mendapat predikat itu.

Mumpung memperingati hari Ibu, harusnya saat ini bumi pertiwi sudah mempunyai ibu bangsa. Ibu bangsa dalam pengertian saya adalah sosok seorang ibu sebagai tempat bertanya tentang berbagai persoalan bangsa. Tentunya, ada kriteria- kriteria tertentu untuk mendapat julukan ibu bangsa tersebut.Apa lagi di tengah carut marut kondisi Negara yang makin tak menentu, maka sentuhan seorang ibu sudah masanya diperlukan.

Lantas kenapa saya menyebut ibu Mega sebagai kandidat ibu bangsa ? Jawabnya sederhana, selain saya adalah pengagum beliau sejak orde baru, prestasi beliau di mata saya lumayan mengagumkan. Ditambah lagi, fighting spirit beliau dalam berpolitik tak mengenal kota kata menyerah. Lihat saja peristiwa berdarah Kuda tuli di kantor DPP PDI yang merenggut nyawa puluhan kader partai, kejadian itu merupakan representasi keberanian beliau melawan tirani orde baru. Walau, penuntasan kasusnya hingga sekarang tidak ada kejelasan namun perlawanan ini bisa menjadi investasi politik dimasa selanjutnya.

Sebagai pejuang politik, semangat juang ibu Mega terlihat pada pemilihan Presiden. Di mana kendati tiga kali maju sebagai Capres celakanya selalu kalah, namun beliau tetap berkutat di ranah politik. Tahun 1999 ia sebagai Capres dikalahkan oleh Gus Dur, tahun 2004 kalah melawan SBY hingga tahun 2009 kalah lagi oleh SBY.

Tak patah arang dengan pemilihan Presiden, akhirnya tahun 2014 ibu Mega “menugaskan” Joko Widodo sebagai Capres. Talenta politik beliau sepertinya bisa menbaca tanda- tanda perubahan jaman, terbukti sebelum dimajukan sebagai Capres, Joko Widodo terlebih dahulu dimajukan menjadi Walikota Surakarta, kemudian Gubernur DKI dan belakangan diusung menjadi Capres.

Terlepas setuju atau tidak, penunjukan Joko Widodo sebagai “petugas” partai untuk mengemban amanah selaku Presiden RI merupakan langkah yang tepat. Sebab, belakangan instink politik ibu Mega sangat tepat. Tanggal 20 Oktober 2014 Joko Widodo dilantik menjadi Presiden. Sayangnya, meski saya pengagum berat beliau, saat pemilihan Presiden tanggal 9 Mei lalu, saya malah masuk angin hingga kurang konsentrasi mencoblos.

Kembali kekapabilitas serta kredibilitas ibu Mega sebagai pemimpin, beliau mempunyai sikap yang tegas. Lihat saja saat beliau mendapat mendapat tampuk kursi Kepresidenan paska Gus Dur dimakzulkan oleh DPR RI, beliau mampu mengurangi harga subsidi BBM. Premium seharga Rp 1.450,00/ liter di tahun 2002 naik menjadi Rp 1.550,00/ liter dan diteruskan pada tahun 2003 premium yang harganya sempat turun Rp 50,00 dinaikkan lagi jadi Rp 1.810,00 / liter.

Begitu pula ketika ia menjual saham PT Indosat Tbk ke Singapura, sosok ibu Mega pantang menyerah. Meski banyak pihak menentangnya, beliau jalan terus. Dalam hal ini saya menduga, beliau punya naluri bahwa Presiden RI ke 7 bakal mampu membelinya kembali ( kendati harganya sudah berlipat- lipat). Begitu pun ketika beliau menjual dua kapal tanker atau VLCC (Very Large Crude Carrier) PT Pertamina, dengan cerdas belakangan tanker yang sama disewanya lagi .

Saat SBY berkuasa, ibu Mega keukueh enggan ke Istana Kepresidenan apa pun kepentingannya. Saking keukuehnya beliau menolak datang ke Istana , belakangan terjadi kebuntuan komunikasi politik yang berakibat komposisi pimpinan DPR RI disapu bersih Koalisi Merah Putih. Dalam hal ini saya tidak sependapat dengan politisi Partai Gerindra si Desmon Junaidi Mahesa yang menyebut bahwa ibu Mega angkuh sehingga Partai yang dipimpinnya terjungkal di parlemen. Bagi saya, sikap beliau merupakan wujut konsistensinya sebagai orang yang tak mau menginjak Istana dan mestinya layak diapresiasi. Wong punya prinsip kuat kok dibilang angkuh, aneh- aneh saja bung Desmon.

Hingga usai pelantikan Presiden, nampaknya bapak Joko Widodo selaku “petugas” partai tak mau dianggap sebagai anak ‘durhaka”, seperti mentor politiknya beliau ikut keukueh mengurangi subsidi BBM meski harga minyak mentah dunia tengah mengalami penurunan harga. Imbasnya, berbagai kebutuhan rumah tangga ikut terdongkrak harganya. Dan, sekarang ini melalui Mentri BUMN Rini Soemarno sudah mau nyicil jual asset, bagaimana pun juga hal ini juga layak diapresiasi.

Itulah sedikit catatan saya tentang ibu Mega, saya haqul yaqin masih berjubel prestasi beliau. Mungkinkah para Kompasianer mau menambahkan ? Silahkan, dalam hal ini saya sangat demokratis. Dari kaca mata saya yang sangat terbatas, saya menilai beliau cukup pantas menjadi ibu bangsa. (*)

*Dtulis dalam rangka hari Ibu, untuk para wanita yang telah menyandang predikat sebagai ibu, saya mengucapkan selamat- Salam






Sumber : http://ift.tt/13q5mKz

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz