Menyimak kerja Kabinet Kerja
Kian semarak berita-berita gerak langkah pemerintahan Jokowi yang baru bekerja belum genap sebulan. Sampai awal November ini, masih dalam hitungan mingguan, tidak henti-hentinya tercatat tindakan-tindakan para pemimpin negara kita ini. Mulai dari Presiden yang blusukan ke berbagai tempat, sejumlah menteri yang melakukan sidak, maupun para pejabat yang di dalam ruang rapat, menelaah kondisi terkini dan merencanakan reformasi di dalam tubuh pemerintahan untuk dapat bekerja maksimal.
Presiden Jokowi dan Wakil Presiden JK dilantik pada tanggal 20 Oktober 2014, sedangkan para menteri dilantik pada tanggal 27 Oktober 2014. Sejak itu terus terlihat aksi-aksi yang mereka lakukan di berbagai media. Hal ini jelas berbeda dengan apa yang selama ini diamati oleh masyarakat dari para pemimpin sebelumnya:
1. Pemberitaan oleh media
Pada masa puluhan tahun lalu, Presiden Soekarno dan para menterinya telah bekerja keras meletakkan dasar-dasar pemerintahan Republik Indonesia. Namun saat itu tidak banyak media yang tersedia untuk meliputnya. Sekarang ini jumlah media meningkat, diiringi pula dengan kecanggihan teknologi modern dan luasnya jaringan internet. Dengan demikian, masyarakat dapat melihat langsung kinerja para pemimpin ini dengan berbagai cara: surat kabar, majalah, radio, TV, berita online, social media, SMS, dan lain-lain. Kalau pun ada nama yang kurang dikenal atau sosok yang tidak sering diberitakan, dengan mudah dapat dilakukan pencarian melalui internet. Mendukung dengan komitmen kebebasan pers, Kabinet Kerja ini tidak merasa perlu menutup-nutupi karya mereka. Baik maupun buruknya dapat langsung disimak.
2. Jumlah yang sesuai dengan kebutuhan
Masih terngiang polemik mengenai ukuran besarnya Kabinet Jokowi-JK sewaktu masih dalam perencanaan. Ada yang ingin jumlahnya lebih kecil dari kabinet sebelumnya. Ada yang ingin ditambah. Namun yang terjadi adalah sejak diumumkannya susunan kabinet yang segera diikuti dengan pelantikan, kita melihat apa yang terjadi jika 36 orang pemimpin negara (Presiden, Wakil Presiden dan 34 menteri) bergerak dalam lingkup kerja masing-masing. Ini masih belum ditambah dengan pejabat eselon di bawahnya yang ikut tercambuk dengan aksi para atasan mereka. Demikian juga dengan para pimpinan daerah yang seakan-akan mendapat hembusan angin segar untuk berlayar dengan kecepatan lebih tinggi. Mulai terlihat bahwa media agak kewalahan memonitor kegiatan setiap pejuang yang semakin hari semakin banyak membuat gebrakan. Rasanya jumlah ini cukup untuk apa yang perlu dikerjakan pada masa sekarang. Lebih sedikit dari itu akan mengurangi titik-titik pendobrakan. Lebih banyak dari itu hanya akan menimbulkan tumpang tindih. Dengan sepak terjang yang unik tetapi dalam suatu koordinasi yang efisien dari keempat Menko dan dua mandataris rakyat, masyarakat dapat menyimak dengan penuh harapan dan kegembiraan bagaimana Kabinet Kerja ini bekerja.
http://ift.tt/1uBro9E
Sumber : http://ift.tt/10sWOB0
Presiden Jokowi dan Wakil Presiden JK dilantik pada tanggal 20 Oktober 2014, sedangkan para menteri dilantik pada tanggal 27 Oktober 2014. Sejak itu terus terlihat aksi-aksi yang mereka lakukan di berbagai media. Hal ini jelas berbeda dengan apa yang selama ini diamati oleh masyarakat dari para pemimpin sebelumnya:
1. Pemberitaan oleh media
Pada masa puluhan tahun lalu, Presiden Soekarno dan para menterinya telah bekerja keras meletakkan dasar-dasar pemerintahan Republik Indonesia. Namun saat itu tidak banyak media yang tersedia untuk meliputnya. Sekarang ini jumlah media meningkat, diiringi pula dengan kecanggihan teknologi modern dan luasnya jaringan internet. Dengan demikian, masyarakat dapat melihat langsung kinerja para pemimpin ini dengan berbagai cara: surat kabar, majalah, radio, TV, berita online, social media, SMS, dan lain-lain. Kalau pun ada nama yang kurang dikenal atau sosok yang tidak sering diberitakan, dengan mudah dapat dilakukan pencarian melalui internet. Mendukung dengan komitmen kebebasan pers, Kabinet Kerja ini tidak merasa perlu menutup-nutupi karya mereka. Baik maupun buruknya dapat langsung disimak.
2. Jumlah yang sesuai dengan kebutuhan
Masih terngiang polemik mengenai ukuran besarnya Kabinet Jokowi-JK sewaktu masih dalam perencanaan. Ada yang ingin jumlahnya lebih kecil dari kabinet sebelumnya. Ada yang ingin ditambah. Namun yang terjadi adalah sejak diumumkannya susunan kabinet yang segera diikuti dengan pelantikan, kita melihat apa yang terjadi jika 36 orang pemimpin negara (Presiden, Wakil Presiden dan 34 menteri) bergerak dalam lingkup kerja masing-masing. Ini masih belum ditambah dengan pejabat eselon di bawahnya yang ikut tercambuk dengan aksi para atasan mereka. Demikian juga dengan para pimpinan daerah yang seakan-akan mendapat hembusan angin segar untuk berlayar dengan kecepatan lebih tinggi. Mulai terlihat bahwa media agak kewalahan memonitor kegiatan setiap pejuang yang semakin hari semakin banyak membuat gebrakan. Rasanya jumlah ini cukup untuk apa yang perlu dikerjakan pada masa sekarang. Lebih sedikit dari itu akan mengurangi titik-titik pendobrakan. Lebih banyak dari itu hanya akan menimbulkan tumpang tindih. Dengan sepak terjang yang unik tetapi dalam suatu koordinasi yang efisien dari keempat Menko dan dua mandataris rakyat, masyarakat dapat menyimak dengan penuh harapan dan kegembiraan bagaimana Kabinet Kerja ini bekerja.
http://ift.tt/1uBro9E
Sumber : http://ift.tt/10sWOB0