Baju Bengkel Untuk Menteri
Ada 2 jenis pakaian kerja resmi Presiden Jokowi, Wapres JK dan anggota kabinet, yakni batik dan kemeja putih. Untuk batik, rasanya bukan hal baru, karena sering juga dipakai oleh pejabat di era sebelumnya. Bahkan di banyak perusahaan, termasuk yang dimiliki swasta, mewajibkan pegawainya berbatik di hari tertentu, biasanya Kamis atau Jumat. Kemeja putih juga pakaian yang sangat lazim di semua kantor.
Yang terasa “baru” justru cara memakai kemeja putih yang diperagakan Jokowi-JK dan para menteri. Kemeja putih lengan panjang tersebut digulung di bagian lengan sehingga memperlihatkan pergelangan tangan. Lalu, kemeja tersebut tidak dimasukkan ke celana panjang. Selera berpakaian Jokowi dan JK memang relatif sama. Waktu jadi wapres di era SBY periode pertama dulu, JK jarang pakai jas lengkap. Sering JK datang ke acara rapat di kementerian atau BUMN, para peserta rapat pakai jas, JK hanya berkemeja putih. Beliau pernah mengatakan bahwa jas tidak cocok dengan iklim tropis Indonesia.
Secara umum, cara berpakaian tersebut bisa dianggap “kurang pantas” khususnya dalam acara formal. Bahkan di beberapa sekolah yang berdisiplin tinggi, secara berkala guru BP merazia murid-muridnya yang tidak memasukkan kemeja ke celana.Tapi barangkali pemerintah ingin menunjukkan bahwa yang dipentingkan bukan soal kepantasan, tapi keseriusan untuk kerja, kerja, dan kerja.
Sebetulnya, pakaian yang saat ini lagi trend di banyak perusahaan atau kantor yang juga mencerminkan kesiapan untuk melayani, adalah “baju bengkel”. Maksudnya baju yang dulunya banyak dipakai pekerja bengkel, sekarang juga dipakai sales promotion girls/boys, dan akhirnya di pakai juga di kantor-kantor. Baju tersebut berupa kemeja lengan pendek, berbahan agak tebal, dengan warna mencolok, dan diberi gambar atau tulisan promosi produk di perusahaan tersebut.
Daripada baju putih sang menteri cepat kotor saat blusukan, kenapa gak pakai “baju bengkel’ sekalian? Tentu di baju tersebut harus ada tulisan yang bernada memberikan komitmen pelayanan terbaik bagi masyarakat.
Sumber : http://ift.tt/1qt006F
Yang terasa “baru” justru cara memakai kemeja putih yang diperagakan Jokowi-JK dan para menteri. Kemeja putih lengan panjang tersebut digulung di bagian lengan sehingga memperlihatkan pergelangan tangan. Lalu, kemeja tersebut tidak dimasukkan ke celana panjang. Selera berpakaian Jokowi dan JK memang relatif sama. Waktu jadi wapres di era SBY periode pertama dulu, JK jarang pakai jas lengkap. Sering JK datang ke acara rapat di kementerian atau BUMN, para peserta rapat pakai jas, JK hanya berkemeja putih. Beliau pernah mengatakan bahwa jas tidak cocok dengan iklim tropis Indonesia.
Secara umum, cara berpakaian tersebut bisa dianggap “kurang pantas” khususnya dalam acara formal. Bahkan di beberapa sekolah yang berdisiplin tinggi, secara berkala guru BP merazia murid-muridnya yang tidak memasukkan kemeja ke celana.Tapi barangkali pemerintah ingin menunjukkan bahwa yang dipentingkan bukan soal kepantasan, tapi keseriusan untuk kerja, kerja, dan kerja.
Sebetulnya, pakaian yang saat ini lagi trend di banyak perusahaan atau kantor yang juga mencerminkan kesiapan untuk melayani, adalah “baju bengkel”. Maksudnya baju yang dulunya banyak dipakai pekerja bengkel, sekarang juga dipakai sales promotion girls/boys, dan akhirnya di pakai juga di kantor-kantor. Baju tersebut berupa kemeja lengan pendek, berbahan agak tebal, dengan warna mencolok, dan diberi gambar atau tulisan promosi produk di perusahaan tersebut.
Daripada baju putih sang menteri cepat kotor saat blusukan, kenapa gak pakai “baju bengkel’ sekalian? Tentu di baju tersebut harus ada tulisan yang bernada memberikan komitmen pelayanan terbaik bagi masyarakat.
Sumber : http://ift.tt/1qt006F