Suara Warga

Tanggapan atas Artikel Sdr. Geonawan yang Berjudul "Jokowi Menyodorkan Leher Bangsa Ini pada Facebook"

Artikel terkait : Tanggapan atas Artikel Sdr. Geonawan yang Berjudul "Jokowi Menyodorkan Leher Bangsa Ini pada Facebook"

14132725722072987197 Presiden Terpilih Jokowi Bersama CEO Facebook Mark Zuckerberg di Balai Kota (Foto : Kompas.Com)



Artikel Sdr. Goenowan yang diganjar Trending Articles (TA) oleh Kompasiana 15 Jam yang lalu dengan judul “Jokowi Menyodorkan Leher Bangsa Ini Pada Facebook” yang sampai saat ini setidaknya sudah dibaca lebih dari 1700-an Kompasianer dengan 60-an Komentar dan 10 Hits ini, isi artikelnya kurang lebih meyoroti dan mempertanyakan rencana kerjasama antara Pemerintahan Jokowi dengan Pihak Facebook yang oleh Sdr. Geonawan dianggap sebagai tindakan Jokowi menyerahkan leher bangsa ini kepada Facebook.

Pertanyaannya apakah mungkin seorang Presiden Terpilih sebodoh dan senekat itu menyerahkan leher bangsa ini kepada pihak Facebook..??, ataukah kita saja yang terlalu bodoh dan sok tau sehingga dengan gampangnya menarik kesimpulan yang sebenarnya jauh dari apa yang dinginkan dan dihendaki oleh Jokowi..??

Baiklah, sebagaiamana Judul Artikel saya diatas, maka Pertama, saya ingin menanggapi soal “Semua orang tahu bahwa bisnis facebook tak lebih dari iklan online, tidak ada nilai tambah atau teknologi bisa di transfer.



Benarkah bisnis Facebook tak lebih dari sekedar iklan On-Line dan tidak ada nilai tambah serta alih teknologi..??, saya kira kesimpulan yang diambil oleh Sdr. Geonawan soal ini sulit untuk mendapatkan pembenarannya, dan kesimpulannya terkesan lebih sebagai ketidak-sukaannya terhadap Jokowi secara pribadi. Kenapa saya berani mengatakan demikian, karena dari awal hingga akhir artikelnya seolah-olah Jokowi telah melakukan hal yang sedemikian fatal sehingga patut dipersalahkan. Padahal kita semua tau bahkan juga telah membuktikannya bahwa sebagian kita pengguna Facebook mendapatkan manfaat yang lebih dari sekedar Up-date status dan berkomentar. Ada berapa banyak pengguna Facebbok yang membuka “LAPAK” di jejaring Facebook untuk menawarkan dagangannya dan berapa banyak pula keuntungan yang didapat dari “LAPAK” mereka di jejaring Facebook tersebut. Apakah mereka yang punya “LAPAK” di jejaring Facebook itu diwajibkan membayar iklan sebagai konsekuensi dari apa yang mereka dagangkan..??

Sedangkan untuk alih teknologi (TI), saya berani memastikan bahwa apabila kerjasama Pemerintahan Jokowi dengan Pihak Facebook benar terwujud maka alih teknologi (TI) akan menjadi bagian dari kerjasama tersebut. Artinya bahwa pelaku UKM akan diberikan pemahaman atau pendidikan perihal TI untuk pengembangan UKM itu sendiri.

Dan kita juga ketahui bersama bahwa sebelum bertemu dengan Jokowi, Mr. Zuck terlebih dahulu bertemu dengan Penggagas Kampung Cyber, Antonius Sasongko, di Yogyakarta. Antonius Sasongko membuktikan sekaligus membantah kesimpulan yang tidak berdasar dari Sdr. Geonawan yang mengatakan Facebook tidak lebih dari sekedar bisnis iklan on-line. Facebook di tangan pria Yogyakarta tersebut dijadikan media yang sangat berarti setidaknya dalam lingkup RT 36, Taman Sari, Yogyakarta.

Sdr. Geonawan juga mengulas tentang Nasib Google, Facebook, Twitter, Yahoo dkk di China. Atas ulasannya ini, maka kita pun akan bertanya kemudian, sudah mampukah bangsa kita menciptakan aplikasi yang setara dengan Google, Facebook, Twitter, Yahoo dan lainnya itu..??, dan sudah siapkah kita sebagai bangsa merasa bangga menggunakan produk bangsa sendiri..??



Mungkin sudah banyak juga jejaring sosial buatan anak bangsa selain KASKUS yang merupakan jejaring sosial terbesar Indonesia. Tapi apakah kita dengan bangganya akan menggunakan jejaring sosial tersebut sebagai pengakuan dan penghargaan kita terhadap produk anak bangsa..??. Berkaca dari kasus Mobil Esemka, dimana Jokowi sebagai ambasadornya dalam promosi Mobil Esemka, kita bukannya berbangga, malah ada saja sebagian kita yang mencibirnya dan bahkan menyangkut-pautkan dengan hal-hal yang berbau zionis. Sebagian kita memang gampang sekali berkesimpulan negatif dalam menyikapi sesuatunya, padahal tanpa sadar sebagian kita pun merupakan bagian dari hal “negatif” tersebut.



Dan betapa lucunya menurut saya ketika Sdr. Goenawan mengatakan apa yang dilakukan Jokowi pada Facebook sebagai tindakan yang menabrak akal sehat dan nasionalisme sekaligus sebagai tindakan yang sangat bodoh, dan sembrono dan merupakan bagian dari bentuk balas jasa, sebagaimana yang di lakukan pada admin KASKUS.

Sungguh saya tidak habis pikir atas dasar pembenaran apa sehingga Sdr. Geonawan sampai sebegitunya mengatakan tindakan Jokowi telah menabrak akal sehat dan nasionalisme sekaligus sebagai tindakan yang sangat bodoh, dan sembrono. Bagaimana mungkin Sdr. Geonawan sampai berkesimpulan demikian, padahal apa yang menjadi pembicaraan antara Jokwi dan Mr. Zuck saja tidak diketahuinya. Saya kira apa yang dikatakan oleh Sdr. Geonawan merupakan bagian dari kebodohan yang membodohi kita sebagai orang yang tidak mengetahui apa yang menjadi bagian dari perbincangan Jokowi dan Mr. Zuck perihal rencana kerjasama Pemerintahan Jokowi dengan Pihak Facebook.

Terakhir saya hanya ingin berpesan kepada Sdr. Goenawan yang terhormat, sebaiknya jika anda tidak punya informasi yang memadai untuk mendukung dan membernarkan kesimpulan anda, ada baiknya jangan cepat-cepat berpikir negatif atas apa yang dilakukan oleh Jokowi, sebab Jokowi juga tidak sebodoh dan sesembrono sebagaimana dugaan anda. Jangan karena kebencian anda, sehingga apa saja yang dilakukan oleh Jokowi dimata anda semuanya salah dan terlihat bodoh. Kalaulah Jokowi benar bodoh dan sembrono, maka tidak akan mungkin mayoritas rakyat Indonesia mempercayakannya memimpin anda, saya dan kita sebagai rakyat, bangsa dan Negara ini.




Sumber : http://ift.tt/1xNlzn5

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz