Suara Warga

Pak Syarief Ada Tuh Yang Ditangkap Karena Mengkritik SBY

Dewasa ini hawa politik belum begitu mencair. Kegaduhan politik masih terjadi dan saling serang opini juga terjadi yanpa pernah berhenti. Klimaksnya tentu saja adanya DPR tandingan. Yang sangat menarik perlu diperhatikan adalah gerak gerik Partai Demokrat yang sebelumnya menjadi partai pemerintah kini menjalani pengalaman pertama menjadi partai oposisi, meski mereka selalu membungkusnya dengan istilah partai penyeimbang.

Partai Demokrat yang sebelumnya memegang pemerintahan selama 2 periode sedang mengalami penurunan drastis dalam hal tingkat kepercayaan publik yang berdampak kepada penrunan jumlah suara dan kursi di DPR. Bukan hanya itu, mereka juga pada akhirnya tidak mampu memajukan Capres meski sudah membuat konvensi pemikihan Capres. Kini sebagai partai oposisi, Partai Demokrat sudah memulai serangannya kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan menyampaikan kritik atas apa yang terjadi di masa pemerintahan Jokowi.

Belum ada sebulan, Partai Demokrat sudah melayangkan 2 kritik melalui para petingginya. Yang pertama adalah dari Ketua Fraksi Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono dan Ketua Harian DPP Partai Demokrat Syariefuddin Hasan atau akrab disapa Syarief. Ibas mempertanyakan pemilihan kabinet, sedang Syarief mentertawakan pemerintahan Jokowi yang anti kritik dan membandingkannya dengan 10 tahun pemerintahan SBY. Kita tinggalkan kritik Ibas dan fokus pada kritik Syarief yang begitu bersemangat membandingkan pemerintah SBY dengan Jokowo.

Berikut adalah kutipan kritik Syarief yang dikutip dari situs Tribunnews.com.

Syarief membanggakan Pemerintahan SBY yang tidak antikritik seperti Pemerintahan Jokowi. “Pak SBY, selama 10 tahun, sudah di-bully, gambarnya dibakar, keluarga dihujat, tetapi bisa menerimanya dengan lapang dada,” ujar Syariefuddin di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta.

Menurutnya, apa yang diungkap publik melalui beragam medium, baik unjuk rasa maupun melalui media sosial, adalah bentuk aspirasi. Pemimpin, kata dia, mesti menerima dengan lapang dada.

“Kalau Pak SBY, ada yang melapor ke polisi, ya enggak ada penangkapan. Enak zamanku toh? Lebih kurang begitulah,” ujar Syarief sambil tertawa.

Artikel terkait : Pak Syarief Ada Tuh Yang Ditangkap Karena Mengkritik SBY

Benarkah SBY tidak anti kritik? Sayangnya tidak. Dunia teknologi yang begitu hebat saat ini dan keterbukaan media yang mudah diakses membuqt kita dengan sangat mudah mencari kebenaran dari pernyataan Syarief. Pernyataan Syarief tersebut mendapat komentar dari Fajri Nugroho Di situs Fan Page resmi Tribunnews.com yang menyertakan link berita ‘Hina SBY, Monang Kena 6 Bulan.’ Inilah kutipannya yang saya ambil dari detiknews.com

Monang J Tambunan yang menjabat Presidium GMNI ditangkap aparat saat melakukan aksi turun ke jalan memperingati 100 hari masa pemerintahan SBY-Kalla beberapa waktu lalu. Demo digelar di depan Istana Presiden. Seusai sidang, Monang menyatakan, dengan penangkapan aktivis ini, berarti demokrasi di Indonesia sudah mulai diinjak-injak.

Sepertinya Syarief harus menganulir pernyataannya dan gelak tawanya yang tidak disertai fakta sebenarnya. Jika mau ditilik lagi ada juga satu vonis yang dilakukan pengadilan oleh seorang pengkritik SBY karena dia menuduh Ibas anak SBY dan beberapa petinggi negara terlibat dalam kasus century. Mereka adalah Dua Aktivis Benteng Demokrasi Rakyat (Bendera), divonis tujuh bulan penjara oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, karena telah terbukti melakukan tindak pidana pencemaran nama baik, terhadap beberapa petinggi negara dan individu. Vonis itu dijatuhkan dalam sidang yang digelar di PN Jakpus, Rabu (13/10/2011). (Tribunnews.com)

Jadi, sebelum mengkritik bahkan mentertawakan pemerintahan sekarang ada baiknya melihat terlebih dahulu fakta-fakta yang menjadi pembandingnya. Saat ini semua bisa dengan mudah dibalikkan kepada kita jika kita hanya berbicara tanpa didasari oleh fakta yang ada. Karena itu, kepada para politisi oposisi pemerintah marilah berbicara berdasarkan fakta yang ada sehingga kita tidak sampai dipermalukan.

Saya yakin pemerintahan Jokowi bukanlah pemerintah yang anti kritik. Jika anti kritik untuk apalah Jokowi sampai capek-capek blusukan dan mendengar sendiri secara langsung kekurangan pemerintah daerah dan pusat. Pemerintah ini siap dikritik asal menggunakan media yang benar dan tentu saja tidak melecehkan secara pornografi.

Selamat mengkritisi pemerintahan ini supaya menjadi lebih baik dan menjaganya melenceng dari konstitusi. Tentu saja disertai dengan data dan fakta bukan opini tak berdasar.

Salam.




Sumber : http://ift.tt/1zkTxmw

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz