Suara Warga

5 Tahun Menagih Janji Jokowi

Artikel terkait : 5 Tahun Menagih Janji Jokowi

Walaupun dalam waktu dekat yaitu tanggal 20 Oktober akan terjadi pelantikan Presiden dan Wakil Presiden baru, ingatan saya tidak bisa terlepas dari masa masa kampanye kedua pasangan saat sebelum dilakukan pencoblosan. Masa masa kampanye itulah yang menurut saya sangat menarik dan heroik, karena selain masing masing pasangan mengoptimalkan visi dan misinya melalui berbagai kampanye khususnya DEBAT CAPRES, seluruh ucapan dan janji janji yang sudah dilontarkan ke publik tidak akan pernah hilang dari ingatan seluruh rakyat Indonesia terutama bagi penggemar/pemilih dari masing masing pasangan.

Berdasarkan ingatan dan catatan saya ada beberapa hal menarik yang musti kita ungkap kembali terkait banyak janji yang disampaikan oleh kedua pasangan terutama mereka yang sebagai pemenang pilpres yaitu Jokowi JK.

Mari sejenak kita simak rentetan statemen penting yang keluar dari visi dan misi Jokowi JK yang pernah dan sering mengemuka di Publik yag akan diminta dan ditagih realisasinya untuk 5 tahun ke depan.

Berdasarkan visi-misi dari masing-masing calon, dalam misi Prabowo-Hatta terdapat perkataan “Berkerakyatan”, sedangkan dalam visi Jokowi-JK, menurutnya, lebih berhati-hati dalam menggunakan istilah Kerakyatan, dan lebih memilih untuk menggunakan kata-kata kemandirian ekonomi dan berdaya saing.

Dalam target dalam hal kemiskinan dan ketimpangan yang diusung oleh kedua calon, Prabowo Hatta menargetkan pada 2019, Koefisien gini Indonesia berada pada angka 0,31%, sedangkan Jokowi-JK menargetkan tingkat kemiskinan sebesar 5-6%.

Dalam bidang pertanian dan Pangan, Prabowo-Hatta, mempunyai program yaitu mencetak 2 juta hektar lahan baru untuk meningkatkan produksi bahan pangan seperti beras, jagung, kedelai dan lain-lain. Sedangkan Jokowi-JK juga mempunyai program di bidang pertanian dan pangan yakni: pemberantasan mafia impor, pendistribusian aset terhadap petani.

Lebih lanjut, Prabowo mempunyai program untuk mempercepat kepemilikan rumah bagi 15 juta rakyat yang belum mempunyai rumah. Sedangkan Joko widodo, mencanangkan untuk membangun perumahan untuk buruh di kawasan industri.

Dalam bidang energi, khususnya dalam hal konsumsi BBM, kedua calon pasangan mempunyai tujuan yang kurang lebih sama, yaitu mengurangi subsidi BBM. Namun, terdapat perbedaan dalam hal pengimplementasiannya. Jokowi-JK lebih mengedepankan konversi BBM kepada gas dalam bidang transportasi, dan merealokasikan sebagian subsidi BBM ke penyediaan biofuel. Sedangkan Prabowo-Hatta menggunakan cara-cara fiskal seperti melalui mekanisme pajak dan cukai, serta membangun sistem subsidi energi yang lebih tepat sasaran dan lebih berkeadilan.

Dalam hal utang dan pembiayaan pembangunan, Jokowi-JK berkeinginan untuk mengurangi hutang secara bertahap dan menggunakan hutang hanya untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang produktif. Sedangkan Prabowo Hatta, mempunyai tujuan untuk mengurangi pinjaman luar negeri baru dengan target menjadi nol pada 2019 dan mengelola utang pemerintah (surat berharga negara) dengan cermat dan bijak serta memanfaatkannya dengan efisien dan efektif.

Bidang selanjutnya adalah bidang mengenai pasar tradisional. Jokowi-JK mempunyai program yakni memprioritaskan akses modal bagi UMKM dan pendampingan ekonomi. Selain itu, Jokowi-JK mempunyai program untuk merenovasi lima ribu pasar tradisional yang berumum lebih dari 25 tahun. Sedangkan Prabowo-Hatta mempunyai program yaitu melindungi dan memodernisasi pasar tradisional serta mengkonsolidasikan belanja negara untuk program pengembangan koperasi dan UMKM dan revitalisasi pasar tradisional.

Dalam hal pemekaraan daerah, kedua calon mempunyai program yang mirip yaitu menata kembali dan peninjauan kembali daerah administrasi. Dalam bidang perbankan, Jokowi-JK mempunyai kebijakan untuk membatasi penjualan saham bank nasional kepada asing dan peraturan yang lebih ketat untuk menghidari konglomerasi.

Selain itu terdapat kebijakan untuk mengimplementasikan asas resiprokal dan mendukung perbankan nasional dalam menghadapi ASEAN Free Trade Area. Selain itu, Jokowi-JK mempunyai program untuk membangun bank khusus pertanian. Di lain pihak, Prabowo-Hatta, mempunyai kebijakan mendorong perbankan nasional dan lembaga keuangan lainnya untuk memprioritaskan penyaluran kredit bagi petani, peternak, nelayan, buruh, pegawai, industri kecil menengah, pedagang tradisional dan pedagang kecil lainnya dan membangun Bank Tani dan Nelayan.

Kemudian membahas mengenai program-progam dari masing-masing pihak, menurutnya, pasangan Prabowo-Hatta berorientasi kepada pembangunan fisik seperti membangun suatu bangunan. Sedangkan, menurutnya, Program Joko Widodo –Jusuf Kalla lebih berorientasi kepada pembangunan yang bersifat mental, salah satu program tersebut adalah revolusi mental. Menurut Kristiadi, hal inilah yang dibutuhkan oleh Indonesia sekarang ini.

Selain membahas tentang program-program kerja, bisa disimpulkan bahwa Jokowi-Jk mempunyai visi-misi yang lebih terbuka dan bebas, sedangkan Prabowo Hatta mempunyai visi misi yang lebih beroientasi terhadap kata-kata kerakyatan.

Lebih lanjut, Indonesia sangat membutuhkan manusia-manusia yang mempunyai policial will yang tinggi. Indonesia, menurutnya, sedang diliputi olehlord acton syndrome yaitu orang yang berkuasa cenderung untuk menyalahgunakan kekuasaan. Politisi ketika masuk kepada arena politik terlalu berorientasi terhadap Return on Investment. Hal ini dibuktikan dengan adanya transaksi politik antar partai politik yang terbuka.

Saatnya seluruh komponen bangsa menunggu kerja nyata presiden terpilih. Apakah kata kata semudah dengan kerja. Atau justru sebaliknya akan menjadi bumerang jika seluruh janji janji tersebut tidak bisa direalisasikan.

Mari kita tunggu setelah 20 Oktober, apakah benar kata kata akan menjadi nyata.








Sumber : http://ift.tt/1qmfLfn

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz