Umpatan “Bangsat” Faisal Basri, untuk Siapa?
Sebelum jaringan internet ditemukan, mereka yang mengumpat, “babi”, “setan”, “tolol”, “jancuk”, “bangsat”, “perek, lu”, “dasar PKI” dan seterusnya tak menjadi seseorang dipenjara. Bahkan di negeri ini, seluruh penduduk yang dewasa pernah mengumpat dan terkena umpatan.
Dulu, saya pun pernah kena umpatan dari oknum polisi. Ceritanya, saat itu saya pura-pura meminggirkan motor menuruti arahan pak polisi yang sedang melakukan razia kendaraan bermotor. Di stop oleh pak polisi, motor pun saya pelankan dan berhenti setelah dua meter melewati pak polisi. Ketika pak polisi berjalan mendekati saya, dan kurang selangkah lagi, motor saya gas sekencang-kencengnya. Pak polisi kaget. Dan ia pun ngumpat, “anjing, lu”! Meskipun jantung ini berdebar karena dapat lolos dari tilang, saya justru tertawa mendengar umpatannya. (maapin ya, pak polisi).
Sebaliknya, saya pun pernah ngumpat. Ketika memergoki sekelompok anak-anak ngambil buah mangga di pohon di halaman rumah nenek. Mereka saya teriakin, “bangsat!”, dan langsung lari tunggang-langgang. Namun anehnya, mereka lari sambil tertawa terbahak-bahak.
Nah, kini ketika internet telah membudaya, mengumpat dapat didengar seluruh jagat raya. Ketika yang di umpat tidak suka, siap-siap pengumpat masuk penjara. Naman ketika yang diumpat diam seribu bahasa, kemungkinan pengumpat sakit jiwa.
Lantas untuk siapa umpatan “bangsat” Faisal Basri ini? Ada yang tahu.
Sumber : http://ift.tt/1tjRVCX
Dulu, saya pun pernah kena umpatan dari oknum polisi. Ceritanya, saat itu saya pura-pura meminggirkan motor menuruti arahan pak polisi yang sedang melakukan razia kendaraan bermotor. Di stop oleh pak polisi, motor pun saya pelankan dan berhenti setelah dua meter melewati pak polisi. Ketika pak polisi berjalan mendekati saya, dan kurang selangkah lagi, motor saya gas sekencang-kencengnya. Pak polisi kaget. Dan ia pun ngumpat, “anjing, lu”! Meskipun jantung ini berdebar karena dapat lolos dari tilang, saya justru tertawa mendengar umpatannya. (maapin ya, pak polisi).
Sebaliknya, saya pun pernah ngumpat. Ketika memergoki sekelompok anak-anak ngambil buah mangga di pohon di halaman rumah nenek. Mereka saya teriakin, “bangsat!”, dan langsung lari tunggang-langgang. Namun anehnya, mereka lari sambil tertawa terbahak-bahak.
Nah, kini ketika internet telah membudaya, mengumpat dapat didengar seluruh jagat raya. Ketika yang di umpat tidak suka, siap-siap pengumpat masuk penjara. Naman ketika yang diumpat diam seribu bahasa, kemungkinan pengumpat sakit jiwa.
Lantas untuk siapa umpatan “bangsat” Faisal Basri ini? Ada yang tahu.
Sumber : http://ift.tt/1tjRVCX