Suara Warga

Jangan Berharap Keadilan Di Negeri Ini

Artikel terkait : Jangan Berharap Keadilan Di Negeri Ini

Adil adalah berimbang, tidak berat sebelah. Keadilan adalah tindakan yang berimbang dan tidak berat sebelah. Keadilan adalah realisasi dari adil, dan kebalikan dari keadilan adalah kedzaliman. Keadilan membutuhkan kecerdasan, kejujuran, dan keberanian. Cerdas adalah langkah untuk berbuat keadilan, dan jujur dalam melakukan keadilan, dan berani adalah untuk menegakkannya. Ketiga hal itu mutlak diperlukan dalam rangka keadilan.

Hukum dibentuk untuk menegakkan keadilan, untuk melindungi segenap manusia dari penindasan, kedzaliman dan ketidakadilan lainnya. Namun apa yang kita lihat realitanya? Undang-undang yang dibuat oleh DPR bersama Presiden pun tak berfungsi menegakkan keadilan. Walau undang-undang itu pasti ada nafas keadilan didalamnya. Kenapa itu bisa terjadi? Apa yang salah dari semua ini?

Fenomena alam dan kehidupan sosial telah mengajari kita tentang makna keadilan, didukung pula oleh ilmu agama. Jiwa keadilan pasti ada tiap individu, mereka meliki hak untuk diperlakukan adil. Entah mengapa dengan negeri kita, negeri dengan kekayaan alam yang luar biasa, sumber alam yang ditunjang oleh kekayaan budaya, suku, dan bahasa, tak jua memberi keadilan bagi rakyatnya. Kemiskinan, kesenjangan sosial yang terjadi dimaasyarakat berbanding terbalik dengan kehidupan kaum elit. Kemewahan, kebanggaan akan produk import, dan hal-hal lain yang membuat iri mata si miskin.

Ah… Rasanya miris melihat fenomena itu, jerit tangisan dan rintihan lara pun terabaikan. Wakil Rakyat yang sejatinya memperjuangkan aspirasi rakyat malah di sibukkan dengan urusan kekayaan pribadinya. Jeritan, tangisan, dan teriakkan rakyat kesulitan akan kebutuhan hidupnya tak mampu membuka nurani para pemegang kekuasaan. Janji manis bertebaran mana kala mereka membutuhkan suara rakyat demi mendapat kembali kenikmatan saat duduk di kursi jabatan pemerintahan, namun pada saat itu pula ketika mereka terpilih, mendadak mereka tuli, bisu dan penyakit lain yang menghalangi janji mereka saat mereka kampanye meminta dukungan rakyat.

Duh… Mana keadilan? Mana kesejahteraan, kemakmuran dan kemudahan hidup lain yang dijanjikan? Rakyat hanya bisa menatap masa depan dengan tatapan kosong penuh harapan. Diam, termenung menatap indahnya rembulan dan bintang, hanya itu pelipur lara dan kesulitan hidup lain yang dialami. Hanya sebagai pelipur lara, kita masih bersyukur bisa menikmati hidup dalam kedamaian dalam himpitan penderitaan, menikmati tiap detik nafas kehidupan. Itulah satu-satunya pelipur lara.

Saat ada yang berniat baik memperjuangkan keadilan demi rakyat, pasti akan didzalimi oleh penguasa yang merasa terusik keberadaannya. Jiwanya merasa terancam, maka dengan berbagai macam cara dilakukan untuk menyingkirkannya. Akhirnya tumbang sudah satu-satu para pahlawan keadilan. Rakyat kembali hanya bisa berharap, agar keadilan bisa ditegakkan. Entah… Siapa lagi yang akan berjuang melawan kelaliman penguasa yang mengabaikan keadilan rakyat.

Semoga dengan tulisan ini, nurani pejuang kita bisa bangkit kembali. Berjuang bersama demi keadilan dan keutuhan bangsa, NKRI. Majulah bangsaku, majulah negeriku…. Merdeka!1410115125494814300




Sumber : http://ift.tt/1oVe7zy

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz