(29) Pemerintah Naikkan Harga BBM, Rakyat Pelaku Niaga Pikul Subsidi
APAKAH PEMERINTAH SUDAH PUTUSASA?
Menaikkan harga BBM dengan alasan mengurangi subsidi adalah tindakan yang emosionik. Tindakan buru-buru yang menunjukkan keputusasaan. Seolah sudah buntu semua jalan, sehingga menaikkan BBM adalah jalan yang paling masuk akal.
Luarbiasa keputusan ini dilihat dari bawah jembatan.
Ini emosionik, emosi ekonomi tanpa pikir.
Pemerintah mengejar ketimpangan ekonomi melalui memundurkan ekonomi. Bukannya beres malah makin mencelakakan Indonesia. Sebab, dengan menaikkan harga BBM maka sama dengan pemerintah mengalihkan subsidi dipikul oleh pelaku niaga yang ujungnya mengikat kebutuhan rakyat banyak.
Pemerintah mengejar penyelamatan APBN dengan saving 70-96 triliun rupiah per tahun dengan menaikkan harga BBM, malah menghilangkan peluang 220-230 trilun rupiah per tahun yang sudah ada didepan mata yang tinggal diraih tanpa perlu menaikkan harga BBM.
BBM SUBSIDI UNTUK NIAGA SAJA
Sebelum terlanjur makin buruk, mengapa pemerintah tidak melakukan cara sederhana yaitu seleksi pelat nomor? Mengapa harus mengambil risiko mengorbankan ekonomi rakyat hanya untuk keputusan yang tidak managerial?
Pemerintah hanya mengeluarkan keputusan yang sederhana, yaitu; MENETAPKAN HANYA PELAT KUNING YANG MENGGUNAKAN BBM SUBSIDI DAN MELARANG BBM SUBSIDI DIJUAL DILUAR SPBU.
Sistem lainnya akan mengikuti untuk proses yang benar atas keputusan itu.
KEPUTUSAN SEDERHANA YANG MENYELAMATKAN
Keputusan mewah menaikkan harga BBM dan keputusan sederhana yang cuma seleksi pelat nomor ini memang sama berduga-duga, tetapi harfiahnya telah tampak langsung. Jika diumumkan secara jujur kepada rakyat, berapa persen rakyat yang memilih seleksi pelat katimbang harga naik?
Pemerintah mau berani berpihak rakyat?
Jika membandingkan hasil yang terjadi, sungguh keputusan mewah itu sangat merugikan Indonesia, sedangkan keputusan sederhana sangat lebih menguntungkan Indonesia.
KEPUTUSAN PEMERINTAH HARUS CERDAS
Waktu semakin sempit. APBN 2015 sudah didepan mata juga. Apakah pemerintah Presiden Joko Widodo mau mengambil peluang ini? Atau mempertaruhkan Negara dengan menaikkan harga BBM?
Pemerintah coba teliti ulang alternatif seleksi pelat nomor ini sebelum menaikkan harga BBM. Sebab kecerdasan pemerintah dengan memutuskan untuk mempertahankan subsidi BBM akan terpampang dengan jelas ketika dilihat dari kolong jembatan.
http://ift.tt/1vhwRQL
http://ift.tt/1vhwUw5
http://ift.tt/1lEvoSN
Karena konsep seleksi pelat nomor ini adalah sebenarnya mencabut subsidi 100% dengan balik mensubsidi silang pelat kuning/niaga.
Pemerintah berhasil mencabut subsidi sekaligus kepada harga dunia, sambil tetap menjaga ekonomi tetap stabil.
Jadi, mari pemerintah memperbaiki pengelolaan Negara, bahwa setiap rakyat yang berpelat bukan warna kuning, adalah rakyat yang mampu membeli pertamax. Sedangkan ekonomi rakyat terletak di pundak pelat kuning. Janganlah pemerintah mengalihkan beban subsidi kepada rakyat karena hanya menyelamatkan 70 triliun itu, sementara pemerintah boleh punya 230 triliun dalam waktu yang sama tanpa mencabut subsidi BBM untuk rakyat.
Masakah pemerintah tidak bisa melakukan ini, padahal metode dan sistem pelaksanaannya sangat sederhana? Secara Indonesia, akan ada banyak perbaikan bagi bangsa dan Negara di banyak segi ketika sistem sederhana ini dijalankan.
Janganlah pemerintah mempertahankan sifat tidak mau berpikir maju, karena secara ramai-ramai mengikatkan diri pada lingkaran kepentingan kecil berbatas dinding ruangan, yang bukan berpihak rakyat tidak terbatas seluas Indonesia. Sebab jika begitu, maka kapan negara ini bisa memiliki orang-orang yang mau berpikir besar bagi rakyat banyak?
Semoga Presiden Joko Widodo masih mau melihat ke bawah jembatan juga, lalu berpihak kepada rakyat banyak dan kesejahteraan Indonesia.
Salam Indonesia Sejahtera 2045
Tuhan memberkati Indonesia
Sumber : http://ift.tt/1vhwRQO
Menaikkan harga BBM dengan alasan mengurangi subsidi adalah tindakan yang emosionik. Tindakan buru-buru yang menunjukkan keputusasaan. Seolah sudah buntu semua jalan, sehingga menaikkan BBM adalah jalan yang paling masuk akal.
Luarbiasa keputusan ini dilihat dari bawah jembatan.
Ini emosionik, emosi ekonomi tanpa pikir.
Pemerintah mengejar ketimpangan ekonomi melalui memundurkan ekonomi. Bukannya beres malah makin mencelakakan Indonesia. Sebab, dengan menaikkan harga BBM maka sama dengan pemerintah mengalihkan subsidi dipikul oleh pelaku niaga yang ujungnya mengikat kebutuhan rakyat banyak.
Pemerintah mengejar penyelamatan APBN dengan saving 70-96 triliun rupiah per tahun dengan menaikkan harga BBM, malah menghilangkan peluang 220-230 trilun rupiah per tahun yang sudah ada didepan mata yang tinggal diraih tanpa perlu menaikkan harga BBM.
BBM SUBSIDI UNTUK NIAGA SAJA
Sebelum terlanjur makin buruk, mengapa pemerintah tidak melakukan cara sederhana yaitu seleksi pelat nomor? Mengapa harus mengambil risiko mengorbankan ekonomi rakyat hanya untuk keputusan yang tidak managerial?
Pemerintah hanya mengeluarkan keputusan yang sederhana, yaitu; MENETAPKAN HANYA PELAT KUNING YANG MENGGUNAKAN BBM SUBSIDI DAN MELARANG BBM SUBSIDI DIJUAL DILUAR SPBU.
Sistem lainnya akan mengikuti untuk proses yang benar atas keputusan itu.
KEPUTUSAN SEDERHANA YANG MENYELAMATKAN
Keputusan mewah menaikkan harga BBM dan keputusan sederhana yang cuma seleksi pelat nomor ini memang sama berduga-duga, tetapi harfiahnya telah tampak langsung. Jika diumumkan secara jujur kepada rakyat, berapa persen rakyat yang memilih seleksi pelat katimbang harga naik?
Pemerintah mau berani berpihak rakyat?
Jika membandingkan hasil yang terjadi, sungguh keputusan mewah itu sangat merugikan Indonesia, sedangkan keputusan sederhana sangat lebih menguntungkan Indonesia.
KEPUTUSAN PEMERINTAH HARUS CERDAS
Waktu semakin sempit. APBN 2015 sudah didepan mata juga. Apakah pemerintah Presiden Joko Widodo mau mengambil peluang ini? Atau mempertaruhkan Negara dengan menaikkan harga BBM?
Pemerintah coba teliti ulang alternatif seleksi pelat nomor ini sebelum menaikkan harga BBM. Sebab kecerdasan pemerintah dengan memutuskan untuk mempertahankan subsidi BBM akan terpampang dengan jelas ketika dilihat dari kolong jembatan.
http://ift.tt/1vhwRQL
http://ift.tt/1vhwUw5
http://ift.tt/1lEvoSN
Karena konsep seleksi pelat nomor ini adalah sebenarnya mencabut subsidi 100% dengan balik mensubsidi silang pelat kuning/niaga.
Pemerintah berhasil mencabut subsidi sekaligus kepada harga dunia, sambil tetap menjaga ekonomi tetap stabil.
Jadi, mari pemerintah memperbaiki pengelolaan Negara, bahwa setiap rakyat yang berpelat bukan warna kuning, adalah rakyat yang mampu membeli pertamax. Sedangkan ekonomi rakyat terletak di pundak pelat kuning. Janganlah pemerintah mengalihkan beban subsidi kepada rakyat karena hanya menyelamatkan 70 triliun itu, sementara pemerintah boleh punya 230 triliun dalam waktu yang sama tanpa mencabut subsidi BBM untuk rakyat.
Masakah pemerintah tidak bisa melakukan ini, padahal metode dan sistem pelaksanaannya sangat sederhana? Secara Indonesia, akan ada banyak perbaikan bagi bangsa dan Negara di banyak segi ketika sistem sederhana ini dijalankan.
Janganlah pemerintah mempertahankan sifat tidak mau berpikir maju, karena secara ramai-ramai mengikatkan diri pada lingkaran kepentingan kecil berbatas dinding ruangan, yang bukan berpihak rakyat tidak terbatas seluas Indonesia. Sebab jika begitu, maka kapan negara ini bisa memiliki orang-orang yang mau berpikir besar bagi rakyat banyak?
Semoga Presiden Joko Widodo masih mau melihat ke bawah jembatan juga, lalu berpihak kepada rakyat banyak dan kesejahteraan Indonesia.
Salam Indonesia Sejahtera 2045
Tuhan memberkati Indonesia
Sumber : http://ift.tt/1vhwRQO