Jokowi Takut Ketinggalan Kereta?
Benarkah Jokowi takut ketinggalan kereta? Inilah kesan yang saya dapatkan mengamati fenomena lompat kereta dan kesusunya seorang Jokowi.
Jika anda mengamati dengan pikiran yang obyektif, anda pasti bertanya-tanya mengapa Jokowi selalu terburu-buru dan tidak sabaran dalam setiap manuer politiknya.
Dimulai dari …
1. Mencalonkan diri menjadi Gubernur Jakarta
Meskipun masa Jabatan di Solo masih belum selesai. Meskipun kolega Jokowi yang lain - yang tanpa gembar-gembor bekerja lebih baik - seperti Ridwan Kamil dan Bu Risma menolak jabatan ketika ditawari kursi mentri.
Orang yang bekerja dengan tulus dan penuh amanah, tidak akan meninggalkan pekerjaannya, sekalipun demi alasan bisa berbuat lebih baik di arena yang lebih besar.
Jika yang kecil saja tidak sanggup diselesaikan bagaimana mau menyelesaikan pekerjaan besar?
2. Mencalonkan diri menjadi Presiden 2014
Lagi-lagi alasan yang digunakan alasan klise yang sama, mampu berbuat lebih baik di arena yang lebih besar. Mengesampingkan seluruh janji politik, melanggar kontrak kerja dengan rakyat Jakarta, mengkhianati sumpah yang diambil dengan kitab sucinya.
Lagi-lagi dengan alasan yang masih di awang-awang, mampu berbuat lebih baik di arena yang lebih besar. Padahal jika mau berpikir, di era otonomi daerah ini, kewenangan Presiden dan Gubernur itu berbeda dan tidak saling bersilangan.
3. Pengumuman Kemenangan Pipres Berdasarkan Quick Count Dengan Margin Tipis
Pengumuman ini berdampak ricuh dan menghasilkan reaksi balik dari kubu lawan. Kedua pendukung menjadi ribut, baik di sosial media maupun di jalanan.
Seorang negarawan akan berhati-hati dalam berbicara dan bertindak.
Tindakannya diusahakan agar tidak menghasilkan gejolak. Kenyataannya lain, Jokowi mendukung anarki, Jokowi mendukung pengepungan stasiun TV One, tidak berkomentar atas aksi-aksi anarkis pendukungnya.
Inikah negarawan?
4. Pembentukan Kantor Transisi, Pembentukan Kabinet
Tidak lama setelah pengumuman Pilpres, selagi ada kasus di MK Jokowi dengan lancang membentuk kantor transisi, mengumumkan rekrutmen kabinet, dan lain-lain - sementara SBY masih bertahta di Istana.
Ini seolah-olah tidak mengindahkan lagi pemerintah yang masih berkuasa saat ini.
Dan langkah-langkah lain yang luput terekam oleh saya melalui media.
Pertanyaan besarnya adalah …..
Mengapa Jokowi terburu-buru?
Benarkah rumor yang beredar, bahwa Jokowi dikejar-kejar kasus selama di Solo dan Jakarta?
Sekian analisis amatiran ini.
———————
Sumber-sumber:
1. http://ift.tt/1tvDTBS
2. http://ift.tt/1zxz7UO
3. http://ift.tt/1tvDRdg
Sumber : http://ift.tt/1zxza2Y
Jika anda mengamati dengan pikiran yang obyektif, anda pasti bertanya-tanya mengapa Jokowi selalu terburu-buru dan tidak sabaran dalam setiap manuer politiknya.
Dimulai dari …
1. Mencalonkan diri menjadi Gubernur Jakarta
Meskipun masa Jabatan di Solo masih belum selesai. Meskipun kolega Jokowi yang lain - yang tanpa gembar-gembor bekerja lebih baik - seperti Ridwan Kamil dan Bu Risma menolak jabatan ketika ditawari kursi mentri.
Orang yang bekerja dengan tulus dan penuh amanah, tidak akan meninggalkan pekerjaannya, sekalipun demi alasan bisa berbuat lebih baik di arena yang lebih besar.
Jika yang kecil saja tidak sanggup diselesaikan bagaimana mau menyelesaikan pekerjaan besar?
2. Mencalonkan diri menjadi Presiden 2014
Lagi-lagi alasan yang digunakan alasan klise yang sama, mampu berbuat lebih baik di arena yang lebih besar. Mengesampingkan seluruh janji politik, melanggar kontrak kerja dengan rakyat Jakarta, mengkhianati sumpah yang diambil dengan kitab sucinya.
Lagi-lagi dengan alasan yang masih di awang-awang, mampu berbuat lebih baik di arena yang lebih besar. Padahal jika mau berpikir, di era otonomi daerah ini, kewenangan Presiden dan Gubernur itu berbeda dan tidak saling bersilangan.
3. Pengumuman Kemenangan Pipres Berdasarkan Quick Count Dengan Margin Tipis
Pengumuman ini berdampak ricuh dan menghasilkan reaksi balik dari kubu lawan. Kedua pendukung menjadi ribut, baik di sosial media maupun di jalanan.
Seorang negarawan akan berhati-hati dalam berbicara dan bertindak.
Tindakannya diusahakan agar tidak menghasilkan gejolak. Kenyataannya lain, Jokowi mendukung anarki, Jokowi mendukung pengepungan stasiun TV One, tidak berkomentar atas aksi-aksi anarkis pendukungnya.
Inikah negarawan?
4. Pembentukan Kantor Transisi, Pembentukan Kabinet
Tidak lama setelah pengumuman Pilpres, selagi ada kasus di MK Jokowi dengan lancang membentuk kantor transisi, mengumumkan rekrutmen kabinet, dan lain-lain - sementara SBY masih bertahta di Istana.
Ini seolah-olah tidak mengindahkan lagi pemerintah yang masih berkuasa saat ini.
Dan langkah-langkah lain yang luput terekam oleh saya melalui media.
Pertanyaan besarnya adalah …..
Mengapa Jokowi terburu-buru?
Benarkah rumor yang beredar, bahwa Jokowi dikejar-kejar kasus selama di Solo dan Jakarta?
Sekian analisis amatiran ini.
———————
Sumber-sumber:
1. http://ift.tt/1tvDTBS
2. http://ift.tt/1zxz7UO
3. http://ift.tt/1tvDRdg
Sumber : http://ift.tt/1zxza2Y