Di Masa Penuh Kebencian Ini, Stop Bermain Kata
Kata Jokowi sebenarnya tidak ada kenaikan harga BBM di Indonesia. Katanya, yang ada adalah pengalihan subsidi BBM, yang dilakukan karena 72 persen subsidi BBM dinikmati oleh penduduk kelompok menengah atas.
“Negara kita senang dengan subsidi. Dari APBN kita sebesar Rp 2.039 triliun, Rp 433 triliun untuk subsidi, dan dari Rp 433 triliun subsidi itu, Rp 280 triliun untuk BBM. Dan 72 persen yang menikmati yang punya mobil, seperti bapak-bapak semuanya, yang seharusnya tidak perlu dapat subsidi,” kata Jokowi saat memberikan kuliah umum di UGM, Selasa (9/12/2014). http://ift.tt/1vBYjoy
Secra teori tidak ada yang salah dengan pernyataan Jokowi. Harga BBM memang tidak dinaikkan. Katakanlah harga Premium Rp 10.000. Karena pemerintah mensubsidi perliter Rp 4.000, maka rakyat harus membayar Rp 6.000. Kemudian pemerintah mengurangi subsidi dari Rp 4.000 menjadi Rp. 1.000. Dengan pengurangan subsidi ini pembeli harus membayar premium Rp. 9.000. Jadi, harga Premium tetap Rp 10.000.
Dilihat dari audien yang mendengar langsung pidatonya, Jokowi juga tidak salah salah karena pidato itu disampaikan di hadapan “orang” kampus UGM yang pastinya paham benar makna dari subsidi. Tapi,persoalannya isi pidato itu tidak saja diterima oleh mereka yang mendengarkannya langsung, tetapi juga diterima oleh masyarakat luas. Akibat, Jokowi mendapat cibiran, dikatakan pembohong, lepas tanggung jawab dan lainnya.
Jokowi seharusnya paham benar kalau saat ini bukan waktunya untuk bermain dengan kata-kata. Kapal yang ditenggelamkan pemerintah, mereka dicibir sebagai perahu. Sekalipun lewat sejumlah foto tergambar jelas ukuran kapal yang jauh lebih besar ketimbang perahu karet, tetapi kata “perahu” sudah melekat di otak mereka dan terus dijadikan bahan olok-olok terhadap pemerintah, khususnya Menteri Susi.
Di masa-masa penuh curahan kebencian yang terus ditebar ini, sampai-sampai Presiden Republik Indonesia dikatai monyet Solo, jangankan bicara berputar-putar, bicara lurus saja disalahartikan. Renovasi masjid diplintir oleh kaum “agamawan” menjadi pembongkaran masjid. Belakangan tersiar kabar Jokowi melarang murid-murid berdoa di sekolah. Bahkan Jokowi tentunya masih ingat bagaimana Merdeka.com memberitakan nomor HP Jokowi yang berbeda jauh dari nomor sebenarnya, Akibatnya, Jokowi dikatai sebagai penipu di berbagai media.
Sumber : http://ift.tt/1vBYlwF
“Negara kita senang dengan subsidi. Dari APBN kita sebesar Rp 2.039 triliun, Rp 433 triliun untuk subsidi, dan dari Rp 433 triliun subsidi itu, Rp 280 triliun untuk BBM. Dan 72 persen yang menikmati yang punya mobil, seperti bapak-bapak semuanya, yang seharusnya tidak perlu dapat subsidi,” kata Jokowi saat memberikan kuliah umum di UGM, Selasa (9/12/2014). http://ift.tt/1vBYjoy
Secra teori tidak ada yang salah dengan pernyataan Jokowi. Harga BBM memang tidak dinaikkan. Katakanlah harga Premium Rp 10.000. Karena pemerintah mensubsidi perliter Rp 4.000, maka rakyat harus membayar Rp 6.000. Kemudian pemerintah mengurangi subsidi dari Rp 4.000 menjadi Rp. 1.000. Dengan pengurangan subsidi ini pembeli harus membayar premium Rp. 9.000. Jadi, harga Premium tetap Rp 10.000.
Dilihat dari audien yang mendengar langsung pidatonya, Jokowi juga tidak salah salah karena pidato itu disampaikan di hadapan “orang” kampus UGM yang pastinya paham benar makna dari subsidi. Tapi,persoalannya isi pidato itu tidak saja diterima oleh mereka yang mendengarkannya langsung, tetapi juga diterima oleh masyarakat luas. Akibat, Jokowi mendapat cibiran, dikatakan pembohong, lepas tanggung jawab dan lainnya.
Jokowi seharusnya paham benar kalau saat ini bukan waktunya untuk bermain dengan kata-kata. Kapal yang ditenggelamkan pemerintah, mereka dicibir sebagai perahu. Sekalipun lewat sejumlah foto tergambar jelas ukuran kapal yang jauh lebih besar ketimbang perahu karet, tetapi kata “perahu” sudah melekat di otak mereka dan terus dijadikan bahan olok-olok terhadap pemerintah, khususnya Menteri Susi.
Di masa-masa penuh curahan kebencian yang terus ditebar ini, sampai-sampai Presiden Republik Indonesia dikatai monyet Solo, jangankan bicara berputar-putar, bicara lurus saja disalahartikan. Renovasi masjid diplintir oleh kaum “agamawan” menjadi pembongkaran masjid. Belakangan tersiar kabar Jokowi melarang murid-murid berdoa di sekolah. Bahkan Jokowi tentunya masih ingat bagaimana Merdeka.com memberitakan nomor HP Jokowi yang berbeda jauh dari nomor sebenarnya, Akibatnya, Jokowi dikatai sebagai penipu di berbagai media.
Sumber : http://ift.tt/1vBYlwF