Bersyukur Telah Golput
Dizaman Orde Baru ( Orba ) dulu, hak suara rakyat untuk memilih adalah sangat berharga sekali bagi Golongan Karya ( Golkar ) yang menguasai pemerintahan waktu itu, bila ada rakyat yang tidak menggunakan hak pilihnya alias golput atau menggunakan hak pilih untuk kontenstan lain selain Golkar maka akan dipersulit kehidupan bekeluarga untuk segala keperluan, dipersulit untuk mendapatkan pelayanan pemerintah termasuk kesulitan untuk urusan segala bentuk perizinan, Susi Pudjiastuti sang menteri Kelautan dan Perikanan adalah salah satu korbannya dari sekian ribu korban lainnya, itu gara-gara memilih golput dalam pemilu yang diselenggarakan pemerintah, Susi dikeluarkan dari sekolahnya ditingkat SLTA, dan itu adalah hukuman dan tidak akan ada lagi sekolah lain yang mau menerima bilamana Susi ingin pindah sekolah, karena sekolah-sekolah pada takut akan mendapat kesulitan bilamana menerima Susi yang sudah cacat tercela menurut ukuran rezim Orba itu.
Kekuasaan Orba yang telah berlangsung puluhan tahun itu akhirnya ditumbangkan juga oleh kekuatan Reformasi. Soeharto sang pengguasa tunggal waktu itu, dilengserkan dengan cara terhina, pengunduran diri Soeharto sebagai presiden disambut masa dengan segala suka cita, publik bersukaria, segala bentuk pengorbanan dan korban nyawa yang dilakukan sepanjang perjuangan reformasi, berakhir dengan kemenangan, setelah itu mulailah kehidupan berbangsa dan bernegara dalam babak baru yang bernama demokrasi, segala kekangan dan bentuk pembatasan berakhir dalam bentuk berbagai kebebasan, masyarakat berharap akan tercipta Indonesia Baru menuju masyarakat makmur, sejahtera dan berkeadilan.
Namun hanya dalam hitungan bulan kebebasan yang bernama demokrasi itu telah dinodai oleh banyak pihak yang memunculkan diri sebagai pahlawan reformasi, dengan sebutan sebagai pahlawan reformasi itu, telah dimulai babak baru berdemokrasi dalam bentuk perburuan dan pertarungan perebutan kekuasaan, segala cara dihalalkan, mengindahkan azaz kepatutan, sejak itu segala bentuk jabatan publik mulai dikuasai oleh para preman politikus yang haus tahta, rakus harta dan wanita, segala sumber dan potensi ekonomi negara dikuasai dan dikorupsi dengan cara tercela termasuk bangga mengkoleksi sejumlah wanita sebagai ajang pemuas syahwat hewani, berbagai bentuk penangkapan dan kejahatan korupsi yang diungkapkan oleh KPK, belum mampu untuk mengurangi perilkaku buruk tercela itu, walaupun Gus Dur presiden yang berkuasa pada waktu itu menyebutkan politikus di dewan seperti anak TK.
Ulah para politikus yang berlaku preman, telah membuat publik kecewa dan semangkin kecewa, golput di zaman Orba dikatagorikan sebagai perbuatan tercela, dizaman reformasi ini telah menjadi pilihan rakyat dengan berbagai alasanya, dan semangkin banyak rakyat memilih golput itu, termasuk penulis, juga telah memilih bersikap golput pada pemilu yang lalu, tidak ada rasa penyesalan penulis setelah pemilu itu berlalu, apalagi setelah para politikus wakil rakyat terpilih yang berkumpul di gedung pantat senayan mempertontonkan perilaku buruk tercela dalam perebutan kekuasaan, penulis yang menyaksikan dari berbagai tayangan media, menanggapinya dengan rasa bersyukur karena tidak ikut berdosa kepada bangsa ini akibat salah pilih.
Sumber : http://ift.tt/1wTv3wb