TNI "Main Politik" dan Mulai Ancam Jokowi
Tentara Nasional Indonesia (TNI) khususnya Angkatan Darat (AD) mulai bermain politik dan tidak netral di era pemerintahan Joko Widodo atau Jokowi yang akan datang.
Di bawah KSAD Jenderal Gator Nurmantyo seolah ingin menantang Jokowi yang mendapat dukungan rakyat dalam pilpres 2014.
Gatot pun mengumpulkan simpul-simpul aktivis kampus yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) seluruh Indonesia.
Dikumpulkannya BEM seluruh Indonesia itu bukan hal biasa terlebih lagi Jokowi juga mendapat dukungan mahasiswa dalam Pilpres 2014.
Tak berlebihan pengamat politik dari UI, Agung Suprio di akun Twitter-nya menilai langkah yang dilakukan Gatot itu menjadi tanda perlawanan terhadap Jokowi.
Setelah mengumpulkan BEM, TNI AD pun ingin memberikan sinyal kepada Jokowi bahwa TNI juga mendapat dukungan rakyat dengan menggelar Leopard di beberapa kota Jawa seperti Surabaya, Semarang, Yogyakarta dan Solo.
Kebijakan Gatot yang memberikan sinyal perlawanan terhadap Jokowi ini tentunya atas restu Panglima TNI, Jenderal Moeldoko.
Selama ini, Gatot ini sangat dekat dengan SBY. Ia menggantikan Jenderal Budiman yang konon kabarnya dekat dengan Megawati dan Jokowi. Saat pelantikan jabatan KSAD, Budiman tidak hadir, ini menandakan ada sinyal yang tidak bagus.
Bahkan sinyal-sinyal perlawanan TNI diperlihatkan saat Leopard mendapat dukungan seluruh rakyat saat mengelilingi jalan-jalan di kota-kota yang disinggahi termasuk basis massa Jokowi yaitu Solo.
Hal ini ingin mengatakan kepada masyarakat bahwa Leopard yang dikatakan Jokowi merusak jalan itu tidak benar. Selain itu, TNI AD ingin mengatakan, bahwa dukungan rakyat bukan hanya milik Jokowi dan PDIP. TNI juga mendapat dukungan rakyat.
Seharusnya TNI tidak perlu bermain politik terlebih lagi ada dugaan ini atas perintah SBY yang sebentar lagi tidak menjabat presiden.
Kalau TNI bermain politik ini sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara dan akan mengembalikan ke jaman Orde Baru
Sumber : http://ift.tt/1s8CVZG
Di bawah KSAD Jenderal Gator Nurmantyo seolah ingin menantang Jokowi yang mendapat dukungan rakyat dalam pilpres 2014.
Gatot pun mengumpulkan simpul-simpul aktivis kampus yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) seluruh Indonesia.
Dikumpulkannya BEM seluruh Indonesia itu bukan hal biasa terlebih lagi Jokowi juga mendapat dukungan mahasiswa dalam Pilpres 2014.
Tak berlebihan pengamat politik dari UI, Agung Suprio di akun Twitter-nya menilai langkah yang dilakukan Gatot itu menjadi tanda perlawanan terhadap Jokowi.
Setelah mengumpulkan BEM, TNI AD pun ingin memberikan sinyal kepada Jokowi bahwa TNI juga mendapat dukungan rakyat dengan menggelar Leopard di beberapa kota Jawa seperti Surabaya, Semarang, Yogyakarta dan Solo.
Kebijakan Gatot yang memberikan sinyal perlawanan terhadap Jokowi ini tentunya atas restu Panglima TNI, Jenderal Moeldoko.
Selama ini, Gatot ini sangat dekat dengan SBY. Ia menggantikan Jenderal Budiman yang konon kabarnya dekat dengan Megawati dan Jokowi. Saat pelantikan jabatan KSAD, Budiman tidak hadir, ini menandakan ada sinyal yang tidak bagus.
Bahkan sinyal-sinyal perlawanan TNI diperlihatkan saat Leopard mendapat dukungan seluruh rakyat saat mengelilingi jalan-jalan di kota-kota yang disinggahi termasuk basis massa Jokowi yaitu Solo.
Hal ini ingin mengatakan kepada masyarakat bahwa Leopard yang dikatakan Jokowi merusak jalan itu tidak benar. Selain itu, TNI AD ingin mengatakan, bahwa dukungan rakyat bukan hanya milik Jokowi dan PDIP. TNI juga mendapat dukungan rakyat.
Seharusnya TNI tidak perlu bermain politik terlebih lagi ada dugaan ini atas perintah SBY yang sebentar lagi tidak menjabat presiden.
Kalau TNI bermain politik ini sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara dan akan mengembalikan ke jaman Orde Baru
Sumber : http://ift.tt/1s8CVZG