Susahnya Memilih Menteri..
Tak mudah menjadi jokowi. Mungkin ini petikan kata yang terbatin oleh banyak orang. Bahwa tak ada makan gratis dalam berpolitik. Selalu ada imbalan dan deal deal tertentu yang tak kasat mata. Sebuah kesepakatan diam yang pada akhirnya ikut menjadi warga kepemimpinan itu sendiri. Singkatnya,, bus besar yang telah bersedia mengantarkannya ke istana semestinya harus diongkosi bahan bakarnya. Mungkin, itu yang terngiang ketika melihat pengumuman kabinet yang tak segera dibacakan.
Lagi lagi publik harus berharap harap cemas, apakah idolanya tersebut akan memilih figur yang representatif dengan gaya kepemimpinannya? Tegas, bersih, cepat juga merakyat? Ataukah tetap akan ada warna lain yang menyelinap di tengah tengah putihnya harapan yang terbentang itu? Ada warna titipan yang menduduki kursi penting di sebuah kabinet?
Publik barangkali hanya bisa menebak, mungkin disana tengah terjadi perdebatan alot dan sengit? Ketegaran dan ketegasan yang dari awal sudah terlanjur memikat publik bahwa orang –orang yang akan ditempatkan sebagai pembantunya adalah orang –orang hebat, bersih dan berkompeten di bidangnya. Tidak ada tempat bagi warna yang meragukan juga akan merusak citra kepemimpinannya kelak. Namun lagi lagi, cita cita luhur untuk mengabdi itu tetap butuh tantangan. Disinilah deplomasi yang bagus akan menjadi pengurai dari kebekuan yang bisa saja terjadi. Ketika balas budi itu meminta bukti dan realisasi.
Stok orang-orang hebat dan mumpuni di negeri ini saya yakin berlimpah. Orang orang yang masih bersih dari kepentingan, yang belum cela oleh kasus ataupun orang orang yang tak memiliki kedekatan dengan masa lalu. Kenapa harus kembali menaikan orang orang yang memiliki potensi untuk terjerat kasus? Sekalilagi, eforia yang tengah melanda dengan terpilihnya pemimpin yang diharapkan akan membuat negeri ini gemilang, kenapa harus terseok seok di awalnya? Jargon revolusi mental semestinya menjadi ruh dari kepemimpinan itu sendiri. Orang 0rang yang berada dipusaran tersebut harus menjadikan iklim itu kondusif.
Rasanya jiwa besar dan demi kepentingan rakyat, demi bangsa dan negara tercinta ini, mengkebiri kepentingan pribadi dan golongan harus segera ditanggalkan. Tak perlu takut dan khawatir terhadap lawan politik, seumpama itu adalah dedikasi besar bagi bangsa tentu rakyat akan menjadi pilar yang menjaga dan mendukungnya. Jangan sampai cita cita dan harapan rakyat itu kembali tersandera oleh kepentingan politik.
Sumber : http://ift.tt/1sRmyBb
Lagi lagi publik harus berharap harap cemas, apakah idolanya tersebut akan memilih figur yang representatif dengan gaya kepemimpinannya? Tegas, bersih, cepat juga merakyat? Ataukah tetap akan ada warna lain yang menyelinap di tengah tengah putihnya harapan yang terbentang itu? Ada warna titipan yang menduduki kursi penting di sebuah kabinet?
Publik barangkali hanya bisa menebak, mungkin disana tengah terjadi perdebatan alot dan sengit? Ketegaran dan ketegasan yang dari awal sudah terlanjur memikat publik bahwa orang –orang yang akan ditempatkan sebagai pembantunya adalah orang –orang hebat, bersih dan berkompeten di bidangnya. Tidak ada tempat bagi warna yang meragukan juga akan merusak citra kepemimpinannya kelak. Namun lagi lagi, cita cita luhur untuk mengabdi itu tetap butuh tantangan. Disinilah deplomasi yang bagus akan menjadi pengurai dari kebekuan yang bisa saja terjadi. Ketika balas budi itu meminta bukti dan realisasi.
Stok orang-orang hebat dan mumpuni di negeri ini saya yakin berlimpah. Orang orang yang masih bersih dari kepentingan, yang belum cela oleh kasus ataupun orang orang yang tak memiliki kedekatan dengan masa lalu. Kenapa harus kembali menaikan orang orang yang memiliki potensi untuk terjerat kasus? Sekalilagi, eforia yang tengah melanda dengan terpilihnya pemimpin yang diharapkan akan membuat negeri ini gemilang, kenapa harus terseok seok di awalnya? Jargon revolusi mental semestinya menjadi ruh dari kepemimpinan itu sendiri. Orang 0rang yang berada dipusaran tersebut harus menjadikan iklim itu kondusif.
Rasanya jiwa besar dan demi kepentingan rakyat, demi bangsa dan negara tercinta ini, mengkebiri kepentingan pribadi dan golongan harus segera ditanggalkan. Tak perlu takut dan khawatir terhadap lawan politik, seumpama itu adalah dedikasi besar bagi bangsa tentu rakyat akan menjadi pilar yang menjaga dan mendukungnya. Jangan sampai cita cita dan harapan rakyat itu kembali tersandera oleh kepentingan politik.
Sumber : http://ift.tt/1sRmyBb