Suara Warga

Sebaiknya Prabowo Jangan (Lagi) Nyapres 2019

Artikel terkait : Sebaiknya Prabowo Jangan (Lagi) Nyapres 2019



14139536481361020860 sumber: bali.bisnis.com



Terlalu dini memang untuk memprediksi bahwa Prabowo akan naik lagi dalam pemilihan presiden periode mendatang. Kekalahan tahun ini memang menyakitkan bagi Prabowo yang pada awalnya adalah calon kuat pemenang pemilu sebelum Jokowi muncul. Tapi apalah daya, Jokowi akhirnya menjadi saingan dan rakyat juga menetapkan pilihan kepada mantan Gubernur DKI. Jokowi sudah menang dan menjadi presiden. Tugas kita termasuk Prabowo sebagai warga negara yang baik adalah bersedia dipimpin olehnya dalam lima tahun ke depan.

Prabowo tak bisa menyembunyikan kekecewaan karena gagal menjadi presiden. Ambisi lama yang tertanam sejak ia mendirikan partai Gerindra harus tetap tertanam entah sampai kapan. Rasa sakit yang ia rasakan tahun ini bertambah dalam karena orang yang mengalahkannya adalah Jokowi, orang yang terkenal karena jasa Prabowo. Dendam kesumat kepada PDIP juga mendalam, karena pada 2009 ada sebuah perjanjian di atas batu yang katanya diingkari oleh Megawati.

Pemilihan tahun ini memang sudah sangat matang dipersiapkan olehnya dengan sangat matang. Sejak 2009 iklan-iklan yang menunjukkan kedekatannya dengan petani dan nelayan sudah berkumandang.

Perjalanan politiknya kini menjadi tanda tanya. Tamat sudah atau akan berlanjut seperti lima tahun yang lalu. Memperbaiki lagi iklan-iklan lama, atau membenahi citra diri agar semakin baik di mata rakyat? Kemudian ia akan kembali menayangkan iklan-iklan dan mempersiapkan diri sematang mungkin demi kursi presiden tahun 2019.

Atau Senasib dengan Megawati?

Bisa dikatakan ada kemiripan nasib Prabowo dengan Megawati. Keduanya adalah pimpinan dua partai besar yang selalu memiliki peluang untuk menjadi calon presiden karena hak prerogatif yang dimilikinya. Bukan rahasia lagi kalau Megawati adalah salah satu tokoh politik yang juga berhasrat menjadi Presiden. Sejak menjabat sebagai presiden ke lima dan pertama sebagai wanita, pada 2001-2004, ia terus berusaha untuk bertahan sebagai presiden. Namun ia selalu gagal karena kalah dalam pemilu dua periode kala itu.

Diprediksi, tahun ini harusnya dialah yang harusnya maju sebagai capres dari PDIP sebelum adanya Jokowi. Munculnya Jokowi memaksanya untuk tidak lagi maju sebagai capres, sebab Jokowi dianggap lebih layak. PDIP memang berhasil mengeluarkan kader-kader hebat yang menjadi kepala daerah seperti Tri Risma, Ganjar Pranowo hingga Jokowi.

Maka Prabowo Subianto menurut saya, masih ingin menjadi presiden RI, dan prediksi saya besar kemungkinan ia akan berusaha maju periode mendatang. Hanya saja, sangat besar kemungkinan ia akan bernasib sama seperti Megawati, merelakan yang muda untuk maju. Sejak 2004 minat masyarakat terhadap Megawati semakin berkurang bukannya semakin bertambah. Jika pada 2001 ia menjadi Presiden, sepertinya bisa dikatakan bahwa ia hanya sedang beruntung saat itu. Ia bukanlah hasil pemilu langsung, melainkan pilihan MPR yang juga kebetulan saat itu ia menjadi Wakil Presiden yang otomatis menjadi Presiden ketika presiden tak lagi menjabat.

Menurut saya, ada baiknya jika orang-orang seperti Prabowo dan Megawati mempersiapkan kader-kader terbaik yang siap memimpin negeri ini. Kita tentu semakin optimis akan muncul pemimpin-pemimpin baru yang berintegritas di masa kepemimpinan Jokowi-JK. Penyusunan menteri adalah awal yang baru dan baik bagi penyaringan orang-orang terbaik untuk mencari pembantu presiden. Dengan demikian orang yang benar-benar bersih dan penuh pengabdian akan muncul ke permukaan. Pejabat bukan lagi menjabat karena transaksi politik namun karena memang yang bersangkutan layak menjadi pemimpin.

Dengan munculnya orang-orang dengan kualitas baik ini, bukan tak mungkin bursa capres di masa mendatang akan semakin menarik. Muncul wajah-wajah baru yang kemudian akan menenggelamkan wajah-wajah lama termasuk Prabowo. Untuk itu, sedalam-dalamnya keinginannya untuk menjadi Presiden, sebaiknya dipendam saja. Akan lebih terhormat jika ia menjadi orang di belakang layar namun melahirkan pemimpin-pemimpin berkualitas demi pembangunan Indonesia, karena ia sendiri mengakui bahwa ia juga berjuang demi Indonesia.

Salam Kompasiana…..




Sumber : http://ift.tt/1s67L1w

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz