Presiden “Jokowidodo”
Ir Joko Widodo, Presiden kita, berasal dari desa. Keluarga bapak Ibunyapun berpenampilan sederhana. Tak terlihat wajah dan raut muka berasal dari ndoro Gusti. lahir pada tanggal 21 tahun 1961 di bulan Juni, di kota Solo. Dia berasal dari keluarga yang cukup sederhana. Kala Ia masa remaja tak sekalipun membantah ibunda tercinta, itulah anak berbakti calon pemimpin pewaris tahta pendiri bangsa.
Begitu lekat bila berdekatan dengan tangan dan keringat rakyat. Pelukan serta belaian kasih sayang tanpa pencintraan, karena Jokowi hanya satu permintaan yang dimohonkan kepada Tuhan. Rakyat Indonesia “cukup sandang, cukup pangan dan cukup papan dan hidup bersama sebagai anak bangsa dari berbagai pelosok negeri di Nusantara.
Pilihan rakyat tidak salah, sesuai suara hati nurani dan tuntunan hikmah, untuk memilih manusia yang tidak menyodor-nyodorkan dirinya jadi pemimpin, pilihan langsung dari rakyat dengan suara hati nurani. Karena rakyat mengharamkan memilih pemimpin karena titipan apalagi setoran , setoran dari partai politik yang mengaku memikul dipundaknya amanat penderitaan rakyat tetapi malah berhianat .
Jikowidodo tidak pernah memamer-mamerkan dirinya agar dikenal rakyat, tidak menjual-jual dirinya bahwa dirinyalah yang terbaik, sedangkan orang selain dirinya tidak layak dijadikan pemimpin. Partai politik KMP tidak lagi menjaga lisan, semua janji –janji tidak lagi dapat dipegang dan menyadari apa yang telah diomongkan, sudah sedemikian jauhkan pemilihan pemimpin langsung takan diusung? Mereka beramai-ramai merangkap profesi sebagai kritikus, komentator, yang mengobral kata-kata kasar dan kotor.
Bukankah mereka harusnya mengerti bahwa menjaga dan menjalankan kedaulatan rakyat yang diamanatkan Konstitusi seharusnya setingi-tinginya dijunjung?
Rakyat sekarang memiliki pemimpin yang memiliki rekam jejaknya yang baik dan pendekatannya yang membumi dan pragmatis, seperti yang ditunjukan melalui program “blusukan” untuk memeriksa keadaan di lapangan secara langsung, tanpa harus dipropagandakan apalagi ikut-ikutan model SBY yang banyak tipuan dan pencitraan.
Bukti ditunjukan Oleh Jokowi berkali-kali, di Solo dan DKI selalu menunjukan integritas yang tinggi dan tahan uji, moralitasnya, visi dan masa depannya, berani mengambil resiko pribadi, demi untuk kepentingan rakyatnya .
Jokowi sebagai presiden Republik Indonesia, mempunyai watak Yudhistira Raja Pandawa, tidak mau makan terlebih dulu sebelum adik-adiknya dan rakyatnya sudah makan. Ia menjadi orang terdepan siap menanggung resiko perang yang paling berat sekalipun, untuk melawan ketidak adilan, ia tidak takut kepada DPR atau apapun yang mau menjegalnya, karena ia bukanlah pemimpin Setoran.
Seorang pegawai Restoran pernah pulang tengah malam, mengendarai sepedamotornya yang sudah usang, menjumpai seorang laki-laki berdiri sendirian ditepi galian sungai, di sebuah proyek yang sedang dikerjakan, setelah dilihatnya ternyata adalah Gubernur DKI, Bapak Jokowi, sendirian tanpa pengawalan. Ia kemudian turun dari sepeda motornya, menghormat kepada pemimpin yang istirahat paling akhir dan bangun paling awal dibandingkan rakyatnya.
Sekarang bertambah teranglah pandangan mata rakyat kearah pribadi seorang pemimpin Indonesia yang akan memikul beban menjadi Presiden RI ke 7, Presiden Jokowidodo “didalam isi kepala Presiden adalah kesibukan mesin penyejahteraan rakyat, isi dadanya adalah “rasa bersalah karena belum maksimal bekerja “rasa malu” karena belum berhasil seperti yang seharusnya, serta “kerendahan hati” kepada Tuhan dan rakyatnya.( Emha Ainun Najib ).
Sumber : http://ift.tt/1wrwP7o
Begitu lekat bila berdekatan dengan tangan dan keringat rakyat. Pelukan serta belaian kasih sayang tanpa pencintraan, karena Jokowi hanya satu permintaan yang dimohonkan kepada Tuhan. Rakyat Indonesia “cukup sandang, cukup pangan dan cukup papan dan hidup bersama sebagai anak bangsa dari berbagai pelosok negeri di Nusantara.
Pilihan rakyat tidak salah, sesuai suara hati nurani dan tuntunan hikmah, untuk memilih manusia yang tidak menyodor-nyodorkan dirinya jadi pemimpin, pilihan langsung dari rakyat dengan suara hati nurani. Karena rakyat mengharamkan memilih pemimpin karena titipan apalagi setoran , setoran dari partai politik yang mengaku memikul dipundaknya amanat penderitaan rakyat tetapi malah berhianat .
Jikowidodo tidak pernah memamer-mamerkan dirinya agar dikenal rakyat, tidak menjual-jual dirinya bahwa dirinyalah yang terbaik, sedangkan orang selain dirinya tidak layak dijadikan pemimpin. Partai politik KMP tidak lagi menjaga lisan, semua janji –janji tidak lagi dapat dipegang dan menyadari apa yang telah diomongkan, sudah sedemikian jauhkan pemilihan pemimpin langsung takan diusung? Mereka beramai-ramai merangkap profesi sebagai kritikus, komentator, yang mengobral kata-kata kasar dan kotor.
Bukankah mereka harusnya mengerti bahwa menjaga dan menjalankan kedaulatan rakyat yang diamanatkan Konstitusi seharusnya setingi-tinginya dijunjung?
Rakyat sekarang memiliki pemimpin yang memiliki rekam jejaknya yang baik dan pendekatannya yang membumi dan pragmatis, seperti yang ditunjukan melalui program “blusukan” untuk memeriksa keadaan di lapangan secara langsung, tanpa harus dipropagandakan apalagi ikut-ikutan model SBY yang banyak tipuan dan pencitraan.
Bukti ditunjukan Oleh Jokowi berkali-kali, di Solo dan DKI selalu menunjukan integritas yang tinggi dan tahan uji, moralitasnya, visi dan masa depannya, berani mengambil resiko pribadi, demi untuk kepentingan rakyatnya .
Jokowi sebagai presiden Republik Indonesia, mempunyai watak Yudhistira Raja Pandawa, tidak mau makan terlebih dulu sebelum adik-adiknya dan rakyatnya sudah makan. Ia menjadi orang terdepan siap menanggung resiko perang yang paling berat sekalipun, untuk melawan ketidak adilan, ia tidak takut kepada DPR atau apapun yang mau menjegalnya, karena ia bukanlah pemimpin Setoran.
Seorang pegawai Restoran pernah pulang tengah malam, mengendarai sepedamotornya yang sudah usang, menjumpai seorang laki-laki berdiri sendirian ditepi galian sungai, di sebuah proyek yang sedang dikerjakan, setelah dilihatnya ternyata adalah Gubernur DKI, Bapak Jokowi, sendirian tanpa pengawalan. Ia kemudian turun dari sepeda motornya, menghormat kepada pemimpin yang istirahat paling akhir dan bangun paling awal dibandingkan rakyatnya.
Sekarang bertambah teranglah pandangan mata rakyat kearah pribadi seorang pemimpin Indonesia yang akan memikul beban menjadi Presiden RI ke 7, Presiden Jokowidodo “didalam isi kepala Presiden adalah kesibukan mesin penyejahteraan rakyat, isi dadanya adalah “rasa bersalah karena belum maksimal bekerja “rasa malu” karena belum berhasil seperti yang seharusnya, serta “kerendahan hati” kepada Tuhan dan rakyatnya.( Emha Ainun Najib ).
Sumber : http://ift.tt/1wrwP7o