Suara Warga

Masa Depan Partai Politik di Indonesia

Artikel terkait : Masa Depan Partai Politik di Indonesia

Masa depan partai politik di Indonesia

Sejarah partai politik di Indonesia cukup menarik untuk di bahas. Pada masa awal kemerdekaan, tepatnya pada pemilu 1955. Saat itu menjadi masa kejayaan partai politik di Indonesia. Terdapat 4 partai besar yaitu: Masyumi, PNI, NU, dan PKI. Pada masa itu Partai politik memiliki peranan sentral dalam bernegara melalui system pemerintahan parlementer. Seiring berjalannya waktu sistem pemerintahan pun berubah menjadi system demokrasi terpimpin, dimana peran partai politik menjadi berkurang dan presiden memiliki peranan yang sangat besar. Masa awal “demokrasi terpimpin” terdapat tiga kekuatan besar yang biasa disebut NASAKOM (Nasional, Agama dan Komunis) yang diwakili oleh NU,PNI dan PKI. Dalam sejarah dikisahkan bahwa Komunis mempunya peranan sangat besar pada masa ini.

Bergerak maju ke masa Orde Baru,pada masa ini partai-partai politik dapat lebih leluasa bergerak dibandingkan ketika masa demokrasi terpimpin. Salah satu catatan di masa ini adalah terlahirnya satu kekuatan Besar yang bernama GOLKAR. GOLKAR terus menjadi juara di masa ini, karena pengaruh kekuasaan otoriter yang sangat kuat. Di tahun 1973 terdapat catatan menarik, yaitu penyederhanaan jumlah partai politik yang hanya menjadi 3 kelompok besar, yaitu : Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang berisikan persatuan partai – partai berhaluan Islam ( NU,Parmusi,Partai Serikat Islam) lalu Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang merupakan persatua dari lima partai (PNI,Partai Kristen Indonesia, Partai Katolik, Partai Murba dan IPKI) dan satu lagi tentu Partai Golkar. Jumlah partai ini bertahan hingga tahun 1997.

Setelah gelombang reformasi terjadi di Indonesia yang ditandai dengan tumbangnya rezim Orde Baru, maka pemilu dengan sistem multi partai kembali terjadi di Indonesia. Dan terus berlanjut hingga pemilu 2014. Banyak peristaiwa yang menarik setelah Reformasi. Demokrasi di Indonesia menjadi lebih dewasa, terbukti pada tahun 2004 pemilu presiden pertama secara langsung di selenggarakan lalu pemilihan kepala daerah secara langsung pun terselenggara.

Sistem multi partai saat ini terlihat akan segera berakhir. Pada pemilu presiden 2014 hanya terdapat dua kubu besar di panggung perpolitikan Indonesia, yaitu Koalisi Merah Putih yang berperan sebagai oposisi pemerintah dan juga Koalisi Indonesia Hebat yang menjadi Mitra pemerintah. Kedua kubu itu terlihat setia satu sama lain. Hanya PPP saja yang terlihat menyebrang dari KMP ke KIH tapi masih belum pasti apakah PPP menyebrang.salah satu catatan yang menarik adalah, meleburnya berbagai Ideologi di kedua kekuatan besar itu. Di KMP terdapat ideologi Islam, nasionalis dan Kristen pun ada, juga di KIH pun sama. Koalisi partai Islam mungkin sudah tidak berlaku pada masa ini tidak seperti dulu. Sebelum pemilu presiden, sempat ada wacana bahwa partai Islam akan bersatu,tapi nihil.

Kini Wacana – wacana penyusutan partai banyak bermunculan kembali. Fenomena di masyarakan menunjukan bahwa KIH dan KMP terlihat seperti satu partai politik sendiri, tidak seperti koalisi. Di benak masyarakat sekarang tergambar hanya KMP dan KIH. Hanya ada Jokowi dan Prabowo, tidak tergambar Golkar, Nasdem, Hanura, PKB dan lainnya. Politisi di kedua kubu pun terlihat sangat akrab satu sama lain, terlihat seperti bernaung dalam satu partai yang sama. Media media partai politik pun memberitakan kebaikan kebaikan dari tokoh partai yang berbeda tidak seperti biasanya. Koalisi permanen pun telah dibentuk. Dan kejadian kejadian tak biasa lainnya.

Dengan fenomena ini, tidak menutup kemungkinan pemilu selanjutnya di tahun 2019 hanya akan terdapat dua partai besar seperti di Amerika serikat. Alasan kuatnya adalah sistem pemilu 2019 yang telah di rubah. Di dalam sistem pemilu yang baru, pemilu legislatif dan pemilu presiden dilakukan secara bersamaan. Peta kekuatan pemilu selanjutnya mungkin akan terlihat dari sekarang. Jokowi sebagai incumbent pasti mempunyai kekuatan yang sangat besar. Akan sangat sulit dikalahkan jika terdapat lebih dari dua calon Presiden.

Untuk pemilu 2019 dapat di prediksi hanya terdapat dua kekuatan besar saja seperti pemilu presiden 2014 kemarin. Dalam pemilu, Masyarakat Indonesia kerap melihat dari Tokoh yang di calonkan, bukan melihat dari Partai Politiknya bagus atau tidak, korupsi atau tidak. Maka akan menjadi suatu kerugian jika Partai Politik hanya mencalonkan tokoh dari partai lain. Masyarakat akan memilih secara bersamaan nanti, presiden dan juga legislatif. Dapat di prediksi masyarakat akan memilih partai yang identik dengan calon presidennya. Itu akan menjadi kerugian sangat besar bagi partai yang hanya mencalonkan tokoh dari partai lain, bisa bisa tidak akan lulus Electoral thresholds.

Banyak kelebihan dari dwi partai ini. Diantaranya penguatan system presidential, pemerintahan akan berjalan lebih baik dan masih banyak lagi. Menjadi otak dari kekuatan besar adalah yang paling penting. Karena otak adalah yang menggerakan semuanya. Tidak peduli siapa, ideology atau kepentingan yang menggerakan kekuatan besar akan menang walaupun jumlahnya kecil. Seperti orang-orang yahudi yang minoritas menjadi otak dari Negara sebesar Amerika.




Sumber : http://ift.tt/1zIQ4zl

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz