Suara Warga

Gandeng KPK, Politik Nabok Nyilih Tangan Ala Jokowi

Artikel terkait : Gandeng KPK, Politik Nabok Nyilih Tangan Ala Jokowi

14140390262076975973

Cak Imin tersingkir dari Kabinet Jokowi? (foto; tribun.news)

Koalisi tanpa syarat, tanpa transaksi bagi-bagi kekuasaan, tanpa bagi-bagi jatah menteri itu adalah salah satu kesimpulan dari janji Presiden Jokowi. Meskipun demikian, ucapan terimakasih tentu hal yang tak bisa terlakkan, dan salah satu bentuk nyata dari ucapan terimaksih itu tak lain tak bukan adalah mengakomodir kader partai pendukung menjadi salah satu dari anggota kabinet yang akan dipimpinnya. Mustahil jika sang presiden tak akan memberi jatah apa-apa kepada partai anggota koalisi, terbukti PPP yang baru bergabung belakangan paska pilpres saja sudah dijanjikan satu kursi menteri.

Kepastian ini disampaikan politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Aria Bima seusai melakukan pertemuan selama 15 menit dengan Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (21/10/2014). PPP dipastikan mendapatkan jatah kursi menteri dalam kabinet yang akan dibentuk Presiden Joko Widodo (Jokowi). “Saya datang, hanya memastikan PPP masuk ke dalam kabinet. Akhirnya, Bapak Jokowi sepakat bahwa PPP diakomodasi di dalam kabinet,” kata Aria sebagaimana dilansir kompas.com

Namun demikian Jokowi tidak sembarangan dalam merekrut nama yang akan menjadi bagian dari kabinetnya. Meskipun ia seorang loyalis, namun jika di kemudian hari bisa menimbulkan masalah karena yang bersangkutan tersangkut kasus hukum, maka mau tidak mau yang bersangkutan harus “disingkirkan” untuk menghindari hal-hal yang tidak baik di kemudian hari.

Meskipun tampaknya Jokowi sudah tahu siapa-siapa yang layak disingkirkan, namun karena menyangkut rasa, sang presiden tak mau gegabah asal coret saja. Menyerahkan daftar nama ke KPK menjadi cara cantik Jokowi untuk menyingkirkan sejumlah orang tanpa harus mengotori tangannya sendiri, istilah Jawa ; “nabok nyilih tangan”.

Jokowi menyatakan KPK telah mencoret delapan calon menteri dari daftar yang dia serahkan ke lembaga antirasuah tersebut. ”Kami menyampaikan daftar itu ke PPATK dan KPK. Ada delapan nama yang tidak diperbolehkan,” kata Presiden dalam konferensi pers di taman tengah Istana Kepresidenan, kemarin (22/10). Jokowi mengaku hal ini merupakan salah satu faktor yang membuat pengumuman menteri tertunda. Saat ini, dia mencari pengganti yang cocok dan tidak mempunyai latar belakang bermasalah. ”Ya sekarang lagi dicari untuk penggantinya,” jelasnya sebagaimana dilansir SMcetak.

Siapa nama-nama yang dicoret? Jokowi enggan berkomentar bahkan dia meminta agar siapapun termasuk media untuk tidak berspekulasi terhadap delapan nama tersebut. Namun demikian, rumor siapa-siapa yang dicoret tetap saja berkembang, menggelinding ibarat bola salju, dan salah satu nama yang santer dibicarakan adalah Ketum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar (Cak Imin), dan sebentar lagi nama-nama tersebut kemungkinan akan “bocor” ke telinga publik juga.

Di Koalisi Indonesia Hebat (KIH), PKB merupakan partai terbesar kedua setelah PDIP yang memberikan dukungan penuh terhadap pencalonan Jokowi-JK. Kalau lah Jokowi dari awal sudah tahu reputasi Cak Imin dan atau yang lainnya, urusan coret-mencoret adalah hak prerogratif presiden. Namun sekali lagi kemungkinan rasa pekewuh Jokowi sebagai manusia biasa, terlebih karena sumbangan suara dari PKB yang tak bisa dianggap remeh, menjadikan Jokowi menggandeng KPK untuk menseleksi nama-nama calon menteri yang akan mendampinginya lima tahun ke depan.

Kalau delapan nama yang dicoret KPK ternyata semua berasala dari unsur parpol pendukung KIH, apakah kira-kira hal ini tidak akan berdampak negatif terhadap soliditas koalisi dalam mendukung kepemimpinan duet Jokowi-JK? Sekali lagi, kuncinya ada pada Jokowi sendiri, apakah ia kemudian bisa “menghibur” delapan nama tersebut atau sebaliknya. Kita tunggu saja, semoga semua bisa saling legawa dan bisa saling menerima. (Banyumas; 23 Oktober 2014)

Salam Kompasiana!

Before;

1. Usai Pelantikan, Pendukung Jokowi Langsung Hura-Hura

2. Dana Desa 1,5 Milyar Cuma Bohong Belaka

3. Esemka Gagal, Ganti Odong-Odong Saja

4. Berkat KMP, Pelantikan Jokowi Berjalan Lancar

5. Evan Dimas, Ngapain Lagi?






Sumber : http://ift.tt/1FG9gy2

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz