(Kejamnya Dikau DPR) Pilkada tak Langsung is Gone With the Wind
(Kejamnya Dikau DPR) Pilkada tak Langsung is_Gone_With_the_Wind
Sumber : http://ift.tt/1Cu59CA
Palu tak bisa diketuk. Yang hadir disidang tidak bisa disatukan pendapatnya. Ada yang bersikeras ingin A. Anda yang bersikeras ingin B. Ada yang bersekeras ingin A-plus, dan ada yang bersikeras B-plus.
*
Dan akhirnya suasana pun panas. Ada yang tetap tinggal untuk mempertahankan pendapatnya. Ada yang meninggalkan ruangan sidang, karena usulannya tak diterima. Karena palu tak bisa diketuk. Akhirnya jalan voting dilakukan. One vote, one voice. Luch voice is the winner.
*
Akhirnya, seperti yang ditakutkan koalisi Jokowi-gate, bahwa KMP akan bersikap (sepertinya balas dendam atas kekalahan pilpres), dengan mutlak, tanpa ragu dan solid KMP mendukung pilkada tak langsung. Demokrat yang diharapkan menjadi kongsi, komunikasi politiknya tak jalan, dan memilih walk-out. Jalan-jalan keluar. Dan ketetapannya bahwa kepala daerah hanya akan dipilih oleh DPRD.
*
Oh, banyak postingan para kompasianer yang kecewa dan galau terhadap postingan itu. Ada yang berkata, “Demokrasi telah mati” “RIP for demokrasi” “Kemunduran bagi demokrasi” “Hak politik rakyat dicabut”, dan yang paling banyak menyalahkan Pak SBY. Membully beliau bahwa ini kesalahan beliau, karena memerintahkan kepada Fraksi Demokrat walk-out. Hanya 6 orang yang tinggal. Entah apa maksud mereka yang tinggal? Mau cari muka, jadi kutu loncat atau melompat dari kapal yang karam.
*
Yang jelas bagi saya keputusan DPR itu telah menghilangkan penghasilan saya sebanyak 200ribu/5 tahun. Biasanya bila ada Pilkada, ada makelar/broker khusus yang membagi-bagikan uang berkisar 50-100 ribu untuk menyoblos walikota/bupati dan gubernur tertentu. *
Oh DPR, kejamnya dikau kepada si miskin ini. 200 ribu pertahun diriku kau rebut. Hilang lenyap. Bagai ditelan angin. Lenyap bersama angin. Gone with the wind.
Sumber : http://ift.tt/1Cu59CA